Mohon tunggu...
Astri Rahayu
Astri Rahayu Mohon Tunggu... Freelancer - Philanthropist

Easy Like Sunday Morning

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mudik, Demi Ibu...

12 Juni 2017   01:02 Diperbarui: 12 Juni 2017   19:37 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum genap satu minggu saya bertemu dengan seorang teman di surau tempat kami biasa melaksanakan sholat Tarawih. Waktu itu kami saling bertukar cerita panjang lebar tentang kegiatan yang kami selama bulan suci Ramadhan serta rencana-rencana kami selanjutnya. Saya dengan penuh antusias bercerita bahwa menjelang lebaran tiba, saya sekeluarga akan pulang kampung alias mudik lebaran dan menghabiskan sisa liburan panjang kami di tempat kelahiran saya di sebuah kota kecil di Jawa Barat. Tiketpun bahkan sudah kami pesan jauh-jauh hari untuk mengantisipasi meroketnya harga tiket pesawat.

Ada banyak alasan kenapa kami memang memutuskan untuk mudik disetiap lebaran tiba. Pertama, libur lebaran selalunya bertepatan dengan liburan sekolah yang berarti jatah libur menjadi lumayan panjang. Kalau hanya pulang menjenguk keluarga untuk satu dua hari saja, kurang terasa efek liburannya. Lagi pula, disaat lebaran biasanya seluruh keluarga berkumpul dan disaat itulah saya bisa bertemu dengan saudara-saudara dan sahabat handai yang selama satu tahun hanya bersilaturahmi lewat dunia maya. Kalau saja saya pulang diluar hari raya, bisa dipastikan saya tidak akan bertemu dengan mereka karena memiliki kesibukan masing-masing.

Kedua, tentu saja saya rindu suasana kampung tempat kelahiran saya—Sukabumi. Walaupun Kuala Lumpur lebih modern dibanding Sukabumi, tetapi udaranya yang dingin dan hamparan luas perkebunan tehnya mampu mengalahkan pesona Kuala Lumpur yang gemerlap. Belum lagi kalau membahas kuliner yang menjadi ciri khas kota Sukabumi. Mochi, bubur ayam, kue bandros dan sirup buah pala menjadi sasaran utama saya kalau pulang kampung.

Tetapi alasan utama saya harus mudik lebaran adalah karena saya masih memiliki ibu di kampung. Berkat doa ibu lah yang membuat saya bisa seperti sekarang ini. Walaupun kami sering berkirim kabar melalui telepon, tetap saja tidak akan sepuas kalau kami bertemu muka. Ibu biasanya akan bercerita panjang lebar tentang apa-apa yang terjadi di kampung selama saya merantau, dari mulai hal yang sangat penting sampai hal-hal kecil yang menurut saya tidak perlu diobrolkan. Tapi itulah ibu, dan saya pun harus siap untuk mendengarkan. Saya rindu suara ibu.

**

Lain lagi cerita teman saya tentang rencana liburan lebarannya tahun ini. Beliau bersama istrinya memutuskan untuk tidak mudik pada lebaran kali ini. Walaupun beliau masih memiliki orang tua di kampung, tetapi beliau telah berencana untuk tidak mudik karena ingin merasakan suasana lebaran yang berbeda di negeri orang. Beliau berkilah,”Kalau lebaran di kampung kan setiap tahunnya pasti ada. Tapi kalau di sini belum tentu tiap tahun”.

Ternyata Tuhan berencana lain. Kemarin malam kami mendapat kabar bahwa ibunda beliau di kampung telah berpulang. Saya terhenyak. Entah apa yang ada di dalam benak teman saya hari ini. Saya merenungi apa yang tengah terjadi.

Takdir memang bukan manusia yang menentukan. Seandainya masih ada waktu yang bisa kita berikan untuk orang yang senantiasa berdoa dengan tulus untuk semua kebaikan dalam diri kita, kenapa tidak kita luangkan waktu untuk rasa terima kasih itu. Sesukses apapun kita di rantau, orang tua kita di kampung tidak mengharapkan apapun kecuali kehadiran anaknya saat hari raya itu tiba. Pulang kampung pun rasanya menjadi hampa seandainya orang tua sudah tidak ada. Yang pasti sudah tidak ada pula yang akan mendoakan kita anak-anaknya dengan tulus.

Waktu rasanya merambat pelan. Tidak sabar rasanya untuk segera pulang kampung, menemui ibu dan kembali meminta doa restu tulus dari beliau.

Kuala Lumpur, 12/06/2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun