Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbagi Pendapat: Agama & Budaya

14 Februari 2012   03:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:41 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Prakata.

Berbagi atau sharing adalah ‘menyampaikan dan memberi’ dengan rasa penghargaan dan penghormatan dalam kesetaraan. Berbagi berbeda dengan indoktrinasi (kalau gagasan.pendapat) atau bahkan bukan seperti provokasi atau menginfiltrasikan gagasan. Kita tidan bicara tentang barang, dan bukan sebagai sogok atau gratifikasi. Berbagi dan sharing pendapat mengharapkan kedewasaan antar pribadi. Berbagi adalah komunikasi positip tulus jujur dan penuh perhargaan satu sama lain khususnya sebatas pemahaman. Tindak lanjut dari pemahaman adalah urusan lain, tidak harus dikaitkan dengan ‘sharing’ itu sendiri.

Contoh kasus.

Kasus controversial seperti perayaan agama dan budaya yang sering didebatkan tidak perlu dijadikan alasan ketertutupan atau permusuhan dan menghentikan komunikasi. Patut disayangkan apabila hari Raya yang memiliki sifat agama dan disucikan oleh umat yang bersangkutan justru menjadi hari-hari permusuhan dan menakutkan. Patut disyukuri dan perlu disosialiasikan bahwa banyak (belum semua) pejabat dapat dan bersedia membedakan perilaku “merayakan perayaan hari” – besar keagamaan yang berbeda dengan perilaku “melakukan upacara agama” yang didasarkan pada imannya.

Contoh kasus toleransi dan kearifan tinggi yang pernah saya berikan sebagai kesaksian bahwa Ajaran Sosial Gereja Katholik yang terdiri dari sekitar 15 dokumen tebal tentang sikap-sikap social Gereja menghadapi perkembangan social dan teknologi dunia dijadikan bahan studi oleh kelompok diluar umat yang bersangkutan. Boleh dibaca ulang pula bahwa sudah dua tahun ini di bulan Ramadhanditulis karya-tulis renungan nilai2 universal seri Ramadhan oleh seorang bukan Muslim dan mendapat tanggapan yang memadai.

Mungkin juga merupakan contoh kasus yang positip bahwa dirumah penulis telah belasan tahun tinggal menghuni beberapa anak-anak kost titipan keluarga berbeda agama dan hidup rukun saling mendukung dalam melaksanan hidup keagamaannya. Masih ditambah mereka dari pelbagai latar belakang keluarga yang berbeda agama dan suku.

Opini perlu di sharingkan disini dalam hal-hal tersebut ini:


  1. Agama selalu di kemas dalam budaya tertentu.
  2. Dalam satu agama pun sejarah membuktikan ada pertentangan karena beda budaya. Budaya sendiri biasa membuat perbedaan.
  3. Tetap boleh dilihat perbedaan mana sisi agama mana sisi budayanya.
  4. Perlu dicermati mana pemahaman dan mana tindakan dan perilaku yang khas, inti, mana yang asesori saja.
  5. Perlu selalu diwaspadai beda-bedanya suatu sikap dan tindakan itu dari oknum atau kelompok atau seluruh kategori umatnya…..

Dengan lima pokok pikiran tersebut dimuka kiranya bisa menambah aspirasi pembaca memandang satu kontroversi yang sering terjadi ditengah keanekaragaman kita. Dan dengan ‘berbagi pendapat’ sebenarnya kita dapat menciptakan system komunikasi yang kondusif seperti di Kompasiana ini untuk kerukunan nasional yang tentu akan memperkokoh NKRI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun