Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mencari Bahagia: Latah vs Cerdas

7 Agustus 2017   11:05 Diperbarui: 7 Agustus 2017   11:10 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

If you want to be happy, be. !.   (Leo Tolstoy,  novelis/cerpenis Rusia, 1828-1910)   Anda mau bahagia,.... Berbahagialah... karena niatan anda dan pekerjaan baik anda..... puasa dan amal anda.(pernah kutulis distatus Facebook ku,pada tg 20/06/2017 ) Mengapa Leo Tolstoy menulis kata kata terkutip diatas, bagi saya dia memberi petunjuk bahwa Hidup itu suatu Pilihan. Dan hal itupun ternyata tidak semua orang dan pada setiap orang tidak setiap saat sadar bahwa Hidup itu suatu pilihan. Teryata kecenderungan orang mencari kebahagiaanya sendiripun masih memerlukan motivasi baru lagi : If You want to be happy, be !    

Seorang Pesbuker, Diansi, melontar status kata kata ini : "Mau bebas dari galau ? Jangan menjalin hubungan pribadi !". Bagi saya kata kata Diansi itu senada dengan kata kata Leo Tolstoy diatas : Anda mau bahagia, anda mau bebas dari galau ? Dan saya percaya jawaban Diansi "Jangan menjalin Hubungan pribadi" bukan sebuah larangan untuk menjalin hubugan pribadi bagi semua pembaca, tetapi mungkin saran untuk didunia maya bagi pesbuker khususnya saja. Ataupun itu sebenarnya petunjuk juga yang mau mengatakan bahwa Hidup itu perlu ada pilihan gaya.

Sebenarnya bisa saja saya menulis yang senada serupa saran petunjuk yang diatas. Begini:  "Anda mau menulis artikel atau buku, coba juga jalan jalan di toko buku yang besar, perhatikan demikian hebat mengesannya judul judul buku-buku itu."  Itu pun sekedar mau mengatakan hidup itu pilihan. Dari melihat judul-judul buku tampak betapa para penulis itu membaca kehidupan dan mau berbagi kehidupan dari sudut pandang mereka.

Maka memang menghadapi kehidupan kita semua sejak dini harus Cerdas. Cerdas otak dan cerdas hati. Sebab Hidup ini tidak cuma urusan nalar logika. Oleh karena itu menghadapinya juga harus dengan Semangat Hati, Spirit Hati yang reflektif, gaya hidup dengan hati yang cerdas. Sebab hidup itu kadang indah menarik hati. Tetapi siapa tahu gelora hati sendiri mengusir pergi yang menyenangkan itu dan serasa semua menjadikan kesepian tanpa arti.

Segala sesuatu akan bergerak bergeser berubah. Pertanyaannya adalah pertumbuhan atau pengeringan yang segera terjadi. Perubahan itu menakjubkan untuk direnungkan. Perubahan bisa mengejutkan mengambil alih yang tadinya diharapkan serba instant. Memang Hidup ini seperti lalu lintas dua arah. Pusing ketika macet. Padahal kita harus maju kesana jauh kedepan tak ada jalan kembali. Saat itu hendaknya terbayang betapa perlu pengatur lalu lintas. Dan bayangkan lalu lintas jalan itu lancar, lapang.......  Jadi memang Hidup membutuhkan kemerdekaan. Kemedekaan bebas hambatan itu memberi kelegaan. Kelegaan inilah yang menumbuhkan kecerdasan budi nurani yang murni. Menjadi diri sendiri bersama Dia Sumber Energy Kehidupan.

Dengan kecerdasan budi nurani, yaitu hati dan nalar, kita bisa menata kehiduoan. Dan kehidupan itu sendiri seperti menjadi sahabat yang menemani kita untuk mencapai kebahagiaan. Dengan cermatnya kecerdasan kita memetakan target target kehidupan untuk bisa membuat siasat kehidupan. Relasi atau hubungan manusia dalam kehidupannya dapat dipetakan : Hubungan kearah yang vertical dan yang horosontal. Dengan jelas kita membedakan mana sarana mana target target yang harus dicapai. Dengan cerdas kita mengalami perbedaan keinginan dan kebutuhan. Dengan kecerdasan kita mengatur strategi memenuhi kebutuhan lahir batin. Dengan kecerdasan kita berani seringkali mentertawakan keinginan dan diri sendiri. Dengan arif dan cerdas bahkan kita mampu menangkap getar pertemanan mana kawan mana lawan. Demikian kuat dan kuasa kecerdasan yang digali dalam dan dengan keheningan.

Kecerdasan dilemahkan oleh perilaku berlebihan terhadap keinginan dan kebutuhan seksual atau libido. Konon diceritakan tokoh tokoh berprestasi dan nama besar juga memenuhi kebutuhan seksualya yang besar. Apabila itu menjadi hokum benar maka pasti orang berprestasi tumbuh karena isteri isteri atau suami mereka yang hebat. Atau orang hebat muncul ditempat pelacuran. Kecerdasan membutuhkan pemeliharaan tersendiri dalam integritas pribadi yang seimbang.

Kelegaan ketenangan keheningan akan memberi kecerdasan itu bisa mengendalikan dan mengebangkan diri. Kecerdasan bisa seperti tahu kapan keinginan tahu dibiarkan mendorong semangat belajar, dan kapan keinginan tahu menghambat ketenangan diri.

Catatan terakhir harus diberikan kepada perilaku LATAH. Latah dalam arti sehari hari hanyalah diberikan kepada perilaku, ucapan, seruan spontan tanpa piker sebagai respon kejutan baik suka maupun kecewa. Diluaskan kepada kebiasaan meniru ucapan atau perilaku yang kebanyakan orang sedang sering melontarkan. Sepertinya lontaran isi hati spontan  yang lagi ngetrend. Sepertinya keinginan kelihatan ngetren. Hal semacam itu menumpulkan kesadaran membina kecerdasan. Sikap yang demikian hanya memupuk sikap cari gampang cari cepat dan semangat instan.

Padahal bila dikaji lebih dalam Latah sesungguhnya merupakan Mental Disorder, kekacauan mental yang terkaitt dengan unsur gangguan hasrat seksual serta dekat dengan tekanan jiwa alias stress. Google memberi catatan bahwa Latah merupakan gejala mental syndrome di Jawa dan Tanah Melayu.  J. R. Logan, Robert L. Winzeler, O'Brien, Kenny MG, dan dua tiga yang lain adalah nama nama pembelajar tentang Latah di Melayu dan Jawa ,  Malaisia dan Indonesia sejak tahun 1850an.

Oleh sebab itu sebaiknya waspada dan jangan mudah membuat perilaku yang cenderung ditandai oleh perilaku latah. Sebab itu bertentangan dengan dan merugikan sikap dan perilaku cerdas dalam hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun