Mohon tunggu...
Astya Panggulu
Astya Panggulu Mohon Tunggu... Human Resources - SOCIAL WORKER

SETIAP MASA ADA ORANGNYA SETIAP ORANG ADA MASANYA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Acara Musrenbangdes Mengkayakan Hati Bu Rini Peserta PKH

6 Agustus 2018   12:22 Diperbarui: 6 Agustus 2018   13:17 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditengah terik matahari pendamping sosial dari Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Jawa Tengah dengan wajah lelahnya tetap menjalankan kewajibannya sebagai pendamping sosial di PKH. Rahmad Agung Nugroho adalah nama pendamping yang tengah berjuang untuk merubah perilaku Keluarga Penerima Manfaat dan berusaha untuk memandirikan KPM agar tidak tergantung lagi dengan bantuan sosial dari pemerintah maupun non-pemerintah.

Meskipun kendala di lapangan sangat banyak, dan pendamping social yang menjadi sasaran dari kemarahan warga yang belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Tidak akan menyurutkan semangat untuk terus berjuang demi kemanusiaan . Tanggung jawab moral menjadi motivasi mas agung disela-sela semangat telah mulai surut.

Lapar dan dahaga sudah sering dirasakan oleh mas Agung sebagai pendamping sosial. Semua bisnis proses PKH coba dilakukan dengan maksimal. Usaha dan kerja kerasnya selama menjadi pendamping sosial dari tahun 2015 tidak sia-sia. Ada beberapa kelompok pemberdayaan yang didampingi dan sekarang masih berjalan meski income untuk tambahan anggota kelompok belum bisa sepenuhnya mengangkat perekonomian anggota kelompok. Namun setidaknya berkat jasa mas agung kelompok KPM yang didampingi bisa termotivasi untuk terus berusaha menaikkan income perekonomian mereka dengan kelompok usaha bersama. Hingga pada akhirnya juga ada KPM PKH yang didampingi menjadi tersadar bahwa kaya bukan ukuran uang.

Kemudian pada hari Kamis, tanggal 19 Juli 2018 mas agung mendatangi rumah KPM. Pertemuan itu bukan tanpa hasil dan tujuan. Agenda hari tersebut adalah rapat ketua kelompok sedesa musuk. Pada rapat tersebut KPM dampingan mas agung mengatakan jika ingin keluar dari kepesertaan PKH karena merasa masih banyak yang lebih membutuhkan dibandingkan dia.Meski dia sadar masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Itu semua berkat motivasi pendamping social saat acara Musrenbangdes di Balai desa. Ibu Rini adalah warga dukuh Recosari rt 04 rw 05 Desa Musuk Kecamatan Musuk.

Inilah yang diungkapkan oleh KPM atas nama Rini Sri Wiyanti dengan no anggota 201510000219191 sebagai berikut "Yang jelas bukan karena saya sudah kaya atau bukan karena tidak mau uangnya. Setelah jenengan (anda) jelaskan di balai desa dan ternyata ada yang lebih membutuhkan daripada say,.saya pernah dengar dia dari orang yang penghidupannya di bawah saya dan ternyata banyak cerita yang menyedihkan di balik uang yang saya dapat. Semoga dengan saya keluar akan ada keluarga yang lebih berhak untuk mendapatkan bantuan tersebut. Dan semoga tidak lebih banyak lagi angka kemiskinan di desa musuk khususnya dan semoga pemerintah lebih bijak dalam memberikan bantuan sehingga tidak terjadi kenceburuan."

Hal tersebut membuat trenyuh bagi yang mendengarnya. Orang kaya banyak, punya usaha banyak, yang suksespun banyak, namun orang yang memiliki kaya hati sangatlah sedikit. Ibu Rini sri wijayanti termasuk salah satu dari sedikit orang yang memiliki hati yang kaya.Bukan karena telah memiliki usaha yang sudah berkembang atau pekerjaan yang lebih layak.  Dia hanyalah buruh tani sedangkan suaminya bekerja sebagai buruh di proyek pembangunan.  Ibu rini memiliki dua anak, yang pertama masih sekolah di SMK Karya Nugraha Boyolali kelas 11 dan anaknya yang kedua sekolah di SD N 1 Musuk kelas 5.  

Selain sebagai buruh tani, bu Rini juga aktif sebagai kader TBC dan kader Posyandu. Jika ada kegiatan di kampungnya biasanya ibu Rini turut serta membantu menjadi panitia. Seperti halnya saat kegiatan lomba dalam peringatan hari Kartini di Kec. Musuk yang kebetulan diadakan di Desa Musuk. Bu Rini menjadi ketua panitia lomba yang tentunya membantu pendamping social sebagai penggagas dan pendana acara tersebut.

Melihat update status dari pendamping sosial di whatsapp, kemudian pekerja sosial supervisor mencoba mendalami bagaimana pendamping sosial tersebut bisa sukses menyadarkan KPMnya. Dari informasi yang di dapatkan oleh peksos supervisor dari pendamping sosial yang bersangkutan bahwa hal itu berawal ketika sosialisasi di desa acara musrengbangdes (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa). Dalam acara tersebut dihadiri oleh rt, rw dan perangkat desa musuk. Mas agung mensosialisasikan mengenai data kemiskinan desa musuk yang berada di rangking 1 se kecamatan musuk. Setelah mendengar sosialisasi tersebut tersadarlah bu rini. Saat Pertemuan Kelompok bilang kalo mau mengundurkan diri dari kepersertaan PKH. Setelah itu mas agung pendamping sosial datang kerumahnya yang bertepatan dengan pertemuan khusus ketua kelompok se desa musuk. Waktu yang bersamaan pula mas agung menyerahkan surat pengunduran diri bermaterai dan ditandatangani oleh bu rini.

Benar adanya menurut Gede Prama seorang penulis,pembicara dan juga motivator Indonesia bahwa kepintaran adalah sebuah kekayaan. Namun ia memerlukan kekuatan penyeimbang yang namanya kebijaksaan. Hal ini sejalan yang dilakukan oleh bu Rini yangmana ibu rini memilih menjadi pintar meski bukan karena pendidikan yang tinggi. Pintar dalam hal memoralkan diri dan meningkatkan harga dirinya yang jauh lebih terhormat dibandingkan dengan orang berpendidikan tinggi yang memiskinkan diri. Tentunya keputusan keluar dari kepesertaan PKH menjadi keputusan yang bijaksana dan tidak semua orang bisa melakukannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun