Mohon tunggu...
Asri NurLestari
Asri NurLestari Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa tingkat empat disalah satu kampus terbaik dalam perjalanan berhijrah, kampus STEI SEBI [Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI] | Pencinta Sastra

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kuliah dan Organisasi

19 Juli 2017   22:45 Diperbarui: 19 Juli 2017   23:11 1664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Dalam hidup, mulai dari kita membuka mata sampai kembali tidur kita melakukan banyak keputusan. Dari beragam pilihan yang tersedia, kita diberi kebebasan untuk memilihnya. Apakah saat kita membuka mata kita memilih untuk kembali tidur atau bangun mengambil wudhu dan melaksanakan shalat shubuh. Apapun yang kita lakukan, kita pasti mengambil keputusan untuk memilih satu dari kesekian pilihan yang juga terfikirkan. Inilah hidup, bagaimana sebuah pilihan menentukan sebuah keputusan apa yang akan kita jalankan disepanjang hari, tidak ada sebuah pilihanpun adalah sebuah pilihan, tidak mengambil sebuah keputusanpun adalah sebuah keputusan.

Begitupun keputusanku untuk melanjutkan kuliah yang berarti aku mengabaikan pilihan untuk bekerja membantu kedua orang tua. Bukan! Berarti aku tidak peduli, namun sosok Ayah memberi keputusan untuk menyemangati anak bungsunya dengan keyakinan diri untuk melanjutkan pendidikan, soal biaya serahkan saja kepada Allah, kata beliau. Itulah aku, dimana pilihan yang kuputuskan tidak serta-merta adalah hasil kuasaku namun ada 'doktrin' yang mempengaruhi keputusan itu. Bahkan untuk melanjutkan kuliahpun aku harus mencari kampus yang memberikan beasiswa dan disaat kuliahpun aku mengisi waktu luang sepulang kuliah untuk mengajar privat. Yes! This is my choise and i'm prepared to approve all the risk.

Inilah kehidupan, inilah keputusan dan inilah pilihan. Sewaktu sekolah, dihadapkan diantara pilihan kuliah atau bekerja. Setelah memutuskan kuliah maka dihadapkan diantara pilihan beasiswa atau biaya mahal. Setelah memutuskan beasiswa maka dihadapkan diantara pilihan fokus kuliah atau mengerjakan hal lain, contohnya berorganisasi. 

Maka, apapun yang kau putuskan, akan selalu menimbulkan pilihan-pilihan baru lainnya. Semoga engkau tidak merasakan terpentok, antara mati sengan hiduppun tak mau. Maksudnya, engkau tidak mau mengambil sebuah risiko diatas keputusanmu untuk memilih. Engkau hanya beranggapan bahwa 'comfortable zone'. Come on,beranilah untuk bertindak, maka akan ada pelajaran-pelajaran baru yang belum pernah engkau rasakan dalam hidupmu. Itulah pengalaman.

Ini tentang pilihanmu. Mugkin, keputusan yang engkau ambil terkadang tidak sependapat dengan orang lain atau orang-orang disekitarmu. Seakan, setelah engkau memutuskan sesuatu yang dianggapnya tidak sesuai dengan pemikiran mereka, maka engkau akan berhadapan dengan situasi dimana engkau akan berada diposisi bersalah. Ya, itu hal yang biasa. Karena setiap dari manusia pasti memiliki pemikiran-pemikiran yang berbeda, begitu dengan aku yang memilih untuk bergabung dalam organisasi kampus yang bukan berarti aku tidak memprioritaskan kuliah.

Kata mereka, kuliah itu nomor satu. Harus fokus didalamnya, belajar dengan sebaik-baiknya apalagi mereka yang berlabel 'penerima beasiswa', ada tuntutan lebih dipundak untuk berada satu tingkat lebih baik dari mahasiswa pada umumnya. Mereka berpandangan, bahwa melakukan hal yang tidak berhubungan dengan perkuliahan adalah membuang-buang waktu. Apalagi sibuk menjalankan pekerjaan yang menyita waktu belajar dan membuatmu begitu lelah ketika masuk kelas, semua itu terkesan percuma. Well,itulah keputusan mereka untuk berfikir demikian, hak mereka dalam mewarnai setiap jengkal kehidupan kampus tapi tidak untukku.

Untuk mereka yang mengatakan organisasi membuaat nilaimu jelek, maka aku katakan IPK-ku selalu diatas 3,5. Untuk mereka yang berpandangan organisasi membuat tidak fokus mendengarkan dosen di kelas, maka mengapa setiap akhir semester banyak dari teman-teman meminjam catatanku untuk difotocopy. Untuk mereka yang men-judgeorang-orang yang berorganisasi hanya mengerjakan hal yang sia-sia, maka aku katakan dengan tegas bahwa perubahan dalam diri ini adalah hasil upgradingselama mengikuti organisasi. Inilah pilihanku untuk aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa dan selama 6 semsester menerima beasiswa tidak pernah sekalipun aku menerima suraat peringat. How about you?

Bukan untuk bersombong ria diatas hasil yang mungkin masih fana, namun diatas semua hasil yang didapat, tentu ada proses dan komitmen yang harus dijaga kedisiplinannya. Bagiku kekonsistenan diri akan membuahkan hasil sesuai dengan perencanaan, namun ketika diri masih mampu untuk mengabaikan tentu tidak akan seimbang antara kuliah dan organisasi yang menjadi tujannya. Karena jujur saja bahwa keduanya tidak ada yang mudah, sama-sama berat dan sama-sama meminta pertanggung jawaban yang besar. Namun, tidak ada yang tidak mungkin. Karena segala ketidakmungkinkan dapat disemogakan dengan usaha dan doa. Ini pilihanku dan aku memperjuangkannya.

Keberhasilan suatu tujuan bagiku adalah hasil dari pengelolaan yang cermat oleh pelakunya. Baik dari segi waktu, prioritas pekerjaan, bahkan sampai kepengelolaan keuangan, karena semua aspeknya saling berhubungan. Bagiku ada 5 cara pengelolaan yang biasa kulakukan untuk mem-balance-kan antara kuliah dan kegiatan organisasi, berikut pemaparannya :

Buatlah schedule yang terencana dengan baik

Selain buku tulis untuk kuliah, aku memiliki satu buku khusus yang mencatat segala hal selain materi perkuliahan. Dalam buku tersebut, aku menulis seluruh jadwal perkuliahan, kemudian disingkronkan dengan dengan agenda-agenda organisasi semisal rapat. Jadi disetiap agenda organisasi selalu diusahan tidak bentrok dengan jadwal kuliah, karena bagiku walaupun aktif dalam organisasi tidak berarti mengabaikan prioritas kuliah. Dengan menulis jadwal dengan rapih segala kegiatan kuliah dan organisasi, maka kita akan bisa mengontrol waktu, membagi waktu sesuai dengaan porsinya. Tidak hanya untuk kuliah dan organisasi, namun masih bisa untuk mengajar privatdan pergi menonton bioskop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun