Maret merah mengibaskan sayap fatamorgana.
Di negeri anoa ribuan bambu telah tertancap.
Saat wabah kematian menerawang setiap lahad.
Mencengkram erat pertanda kegelapan akan bergejolak.
Sementara wabah kekuasaan semakin erat di hati konglomerat.
Ribuan rakyat menangis akibat luka kebisuan.
Belum kering air mata sebab teriakan.
Ribuan bambu kembali ditanamkan sebagai patok kekuasaan.
Aku tidak melihat keadilan.
Sebab mataku telah dibutakan oleh bambu yang tertancap pertanda keserakahan.
Aku mulai lupa akan wasiat pahlawan bangsa.
Sebab di pikiranku wabah kematian telah mendapatkan kemerdekaan.
Kau bertanya mengapa aku tidak berjuang.
Simpan imajinasi mu, sebab bergerakpun aku sudah tidak bisa.
Kebisuan ini sejak awal ku katakan.
Kebebasan hanya milik sang angin.
Yang aku miliki hanyalah kematian.
Kendari, 18 Maret 2020