Mohon tunggu...
asri supatmiati
asri supatmiati Mohon Tunggu... Editor - Penuli, peminat isu sosial, perempuan dan anak-anak

Jurnalis & kolumnis. Penulis 11 buku, 2 terbit juga di Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bunuh Diri, Derita Tiga Tingkatan #26

25 Maret 2017   21:34 Diperbarui: 3 Mei 2017   17:46 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manajer grup idol JKT48 bunuh diri. Peristiwa tragis ini menyusul tewasnya Panghegar Indrawan yang live show prosesi menjemput mati di FB. Astaghfirullah! Bunuh diri rupanya jadi penyebab kematian nomor duadi dunia pada penduduk usia 15-29 tahun. WHO menyebut, tahun 2015 saja, tiap 40 detik, satu nyawa melayang karena mematikan diri sendiri (kompas, 22/3/2015). 

Kemajuan zaman, modernisasi dan teknologi, nyatanya tidak berbanding lurus dengan tingkat kewarasan manusia untuk mencintai hidup. Dari negara maju, bunuh diri menular sebagai jalan keluar dari prsoalan. Bahkan dianggap gengsi, menjaga harga diri.  Itu karena dunia global dipimpin peradaban kapitalisme sekuler. Menghapus peran agama dalam menuntun jalan hidup manusia. Manusia sekuler mungkin memeluk agama, tetapi sekadar dipeluk erat tanpa dibiarkan untuk mengambil peran dalam mengatur kehidupan. 

Kapitalisme lantas mengajarkan, kebahagiaan hidup adalah terpenuhinya kebutuhan materi. Tentu saja tidak mengenalkan konsep rezeki, syukur, tawakal, sabar dan qonaah, karena itu adalah wilayah agama. Manusia yang sekuler, akhirnya berpikiran sempit, hanya hidup untuk di dunia yangkasat mata.  

Fenomena bunuh diri juga kode keras atas gagalnya sistem pendidikan sekuler. Gagal melahirkan manusia yang struggle,tahan banting dan bermental baja. Mengapa? Karena hanya iman dan takwa yang bisa membentuk kepribadian kuat. Sementara pendidikan sekuler memiskinkan manusia dari iman. Gagal membentuk sosok problem solver yang mampu mengatasi masalah hidupnya. Baik masalah pribadi, membantu lingkungan mengatasi masalah dan terlebih memiliki visi mengatasi masalah melalui level negara secara luas. 

Fenomena bunuh diri menegaskan kegagalan sistem kapitalisme untuk memberikan jalan keluar bagi masalah manusia. Sistem ini “memaksa” manusia menjadi orang-orang stres, depresi, dan putus asa. Berbeda dengan sistem Islam. Peradaban gemilang ini “membina” warganya untuk menjadi pribadi-pribadi yang beriman dan bertakwa. Modal dasar inilah yang menjadikan hidupnya tenteram, tenang, tawakal dan insya Allah jauh dari depresi. 

Keyakinan akan kehidupan terbaik, membuat individu takwa memiliki karakter kuat dalam mengatasi masalah. Sabar, syukur dan tawakal cukup menjadi modal hidup bahagia. Setiap persoalan hidup dianggap ujian yang pasti bisa dilalui dengan keyakinan. Tidak ada sedikitpun sikap putus asa. Tidak ada alasan bagi individu untuk mengakhiri hidupnya di dunia,jika persoalan demi persoalan dikembalikan kepada Allah SWT. 

Muslim paham, bunuh diri bukan solusi. Kematian hanyalah akhir kehidupan di dunia, tetapi awal kehidupan di alam lain. Pertama di alam kubur, selanjutnya di alam akhirat. Bunuh diri haram dan termasuk dosa besar. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu;sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An Nisa’:29).

Sungguh rugi bunuh diri. Bukannya keluar dari penderitaan, justru ia menderita tiga tingkatan. Pertama, penderitaan di dunia yang memicunya bunuh diri. Kedua, penderitaan saat menjemput ajalnya. Ketiga, penderitaan di akhirat berupa azab yang pedih. Na'udubillahiminzalik.(*)

#belajarnulis#revowriter #ideowriter #taklukkandeadline #bunuhdiribukansolusi#bunuhdiri 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun