Mohon tunggu...
asri supatmiati
asri supatmiati Mohon Tunggu... Editor - Penuli, peminat isu sosial, perempuan dan anak-anak

Jurnalis & kolumnis. Penulis 11 buku, 2 terbit juga di Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Najwa Shihab Memburu "Garam" #30

12 Agustus 2017   20:31 Diperbarui: 12 Agustus 2017   20:34 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari-hari ini, Najwa Shihab ditangisi Indonesia karena menyudahi episode MataNajwa dengan Catatan tanpa Titik. Jadi, kalau saya ikutan membicarakannya, bukan bermaksud menggosip. Saya ingin mengambil pelajaran dari balik kacamata sesama jurnalis. Bedanya, dia jurnalis list A, saya jurnalis apalah apalah haha...

Pelajaran pertama, dia mengundurkan diri di puncak karir. Keberanian yang sama pernah ditunjukkan presenter televisi Tina Talisa (TVOne) dan Ira Koesno (SCTV). Hal ini menguntungkan. Pemirsaakan mengenangnya dengan citra yang baik. Angkat topi. Acung jempol. Tangis penggemar menjadi perpisahan yang indah. 

Kebanyakan,orang enggan mundur ketika berada di puncak kejayaan. Asyik masyuk menunggu titik jenuh. Kadang jadi lupa daratan. Akhirnya terperosok ketidakpantasan. Keburu kena skandal, baru terbirit-birit tunggang langgang. Mundur karena dikejar-kejar aparat. 

Seperti pejabat-pejabat yang lupa berdiri dari kursi empuknya itu. Hakim MK-lah, jaksalah, gubernurlah, bupati, pengusaha, dll. Keasyikan di puncak guyuran uang, tiba-tiba kejedot tembok penjara. Akibat noda setitik, rusak susu sebelanga. Hilang musnah nama baiknya.

Lebih miris lagi, ada yang keluar dari penjara, masih minat naik ke puncak ketenaran. Yah, para politikus itu. Sampai-sampai narapidanapun boleh ikut pemilu. Sungguh pilu. Juga, artis yang kena skandal mesum misalnya, masih dengan pedenya berusaha naik daun. Na'uzubillahiminzalik. Sudah langkakah kaca-kaca cermin di dunia?     

Maka khusus Najwa, keputusan itu sangat tepat. Ia pasti paham untuk menyelamatkan karirnya. Di tengah kemerosotan pamor televisi tempatdia bernaung, bukan tidak mungkin Mata Najwa tak lama lagi akan ditinggalkan. Terutama oleh sebagian (besar) pemirsa Muslim. 

Pasalnya, pada beberapa episode belakangan, tampak sekali framingnya yang berat sebelah. Tidak objektif. Bahkan dinilai memojokkan Islam. Misalnya kasus Pilkada DKI dengan calon Ahok. Atau saat nekat membedah HizbutTahrir Indonesia (HTI), padahal sang nara sumber dari ormas itu tidakada di sana. Disebut-sebut, itu episode paling kelam, karena tak ubahnya ajang gosip. Membicarakan sosok yang absen. 

Lebih dari itu, pemirsa pro-Islam sudah sangat paham, bagaimana sepakterjang MetroTV yang bahkan dengan teganya diplesetkan menjadi MetroTipu (saking jengkelnya). Keberpihakan yang dibangun peloportivi berita ini telah menggali lubangnya sendiri. Ditalak tiga oleh para pemirsa.

Sosok jurnalis "hebat" seperti Najwa, tentu tak mau ikut jadi korban kejatuhannya. Lebih baik mundur "terhormat" (terlepas dari isu-isu tak sedap dari kemundurannya, yang dikaitkan dengan episode eksklusif bersama Novel Bawesdan). Tentu saja Najwa  pandai berhitung. Yakin tak akan ada yang berubah dengan kejayaannya.

Saya akui, saya sendiri, jarang nonton MetroTV. Jarang juga nonton Mata Najwa. Mungkin beberapa kali saja, sebelum saya menceraikan channel itu. Saya menulis begini bukan karena fans Mata Najwa. Juga bukan pengagum pribadinya. Tapi, ada pelajaran yang terkait hobi saya menulis. 

Selain nara sumbernya yang bukan orang biasa, yang menjadi perhatian saya adalah narasinya. Menusuk nusuk. Tim kreatifnya pasti luar biasa. Najwa sungguh beruntung dibesarkan mereka. Pengalaman yang langka. Tapi, tidak masalah meninggalkan itu semua. Di tempat yang baru, dia akan menemukannya kembali. Masih banyak "asam garam" yang lebih menggiurkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun