Mohon tunggu...
Asikin Hidayat
Asikin Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah di SMP 4 Satap Sumberjaya, Majalengka

Hanya suka, semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Kabar Pendidikan Karakter?

22 Juni 2017   06:27 Diperbarui: 22 Juni 2017   07:25 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. (Wikipedia Indonesia) Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, mem-perhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. (Lickona)

Paragraf di atas menyiratkan bahwa karakter sesungguhnya berhubungan dengan perilaku dan budi pekerti yang didasari nilai-nilai inti dari etika. Karakter adalah sikap hidup yang mencerminkan tingkah laku positif. Manusia yang memiliki karakter adalah mereka yang terhindar dari pergaulan bebas, kekerasan, kejahatan, pencurian, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, serta terhindar dari praktik-praktik curang seperti menipu, korupsi, kolusi dan nepotisme.

Sementara itu, nilai-nilai karakter yang berlandaskan budaya bangsa menurut Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas antara lain : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Betapa paripurna seseorang jika mampu mengampu 18 karakter budaya bangsa ini.

Pendidikan karakter diselenggarakan dalam rangka mewujudkan ke-18 karakter budaya bangsa itu. Di dalam praktiknya, pendidikan karakter terintegrasi ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian pendidikan karakter secara eksplisit terselenggara di dalam pembelajaran yang mendidik. Ini sekaligus merupakan bukti perhatian pemerintah dalam rangka mempersiapkan generasi berkualitas. Istilah yang muncul belakangan adalah guna mewujudkan karakter generasi emas atau generasi gemilang.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah : sudahkah pendidikan karakter berjalan sebagaimana mestinya? Sejauh mana pendidkan karakter berhasil mencapai tujuannya?

Kajian empirik mengenai sejauh mana keberhasilan pendidikan karakter sepertinya belum ada. Namun secara kasat mata, kita bisa menyaksikan seberapa banyak dampak tertanamnya karakter pada anak bangsa dibandingkan dengan perilaku remaja yang selama ini berkembang. Bahwa perilaku yang tidak mencerminkan karakter bangsa yang gemilang masih jauh dari harapan. Di sekitar kita masih banyak terjadi fenomena kenakalan remaja, dari mulai saling menghina, bertengkar, tawuran, pembunuhan, dan lain-lain.

Masih tergambar di benak kita ketika dua orang siswa salah satu ekolah membunuh temannya sendiri hanya karena urusan utang Rp 33.000 belum terbayar. Dari daerah utara tersiar kabar seorang anak membunuh ayahnya sendiri karena tidak diberi uang jajan. Di daerah selatan terjadi pemerkosaan terhadap seorang anak gadis tiga orang remaja tanggung. Di dalam kota, beberapa orang pelajar sebuah sekolah tertangkap oleh Satpol PP karena melalaikan shalat Jum'at. Dan beberapa kejadian lain yang masih sering kita dengar dan kita saksikan.

Jika fenomena kenakalan remaja dan tindak kriminal dilakukan oleh remaja, terlebih oleh anak sekolah, maka indikasinya adalah pendidikan karakter ternyata belum mampu mencapai tujuannya dengan paripurna. Memang, untuk mencapai tujuan segala sesuatu haruslah dilalui dengan proses yang relatif membutuhkan waktu panjang. Akan tetapi, jika tindak kriminal itu terjadi pada saat sekarang, akankah kita menyalahkan proses pendidikan masa lalu? Pantaskah ini disebut sebuah kegagalan?

Sekarang, kembali kita dimanuver dengan isu pendidikan karakter untuk mencapai generasi bangsa yang gemilang. Artinya kita berhadapan dengan proses pendidikan yang sedang dan akan dilakukan untuk kemudian dipetik hasilnya di masa depan. Persoalannya, sudah efektifkah metode yang diterapkan untuk pencapaian tujuan pendidikan karakter itu? Jawabannya tentu terpulang kepada kita selaku pelaku pendidikan di lapangan. Banyak cara, banyak jalan, maka bukan tidak mungkin sejak dini kita tanamkan karakter generasi emas kepada anak-anak kita. Hasilnya adalah...masa depan gemilang!***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun