Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hati-hati Perlawanan Terhadap Presiden Jokowi Tetap Pakai SARA?

20 Juni 2017   12:15 Diperbarui: 20 Juni 2017   15:21 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Sekali ini penulis menulis tentang serangkaian "cerita usang" versi penulis pribadi. Yang sudah barang tentu tidak ada artinya bila dibandingkan dengan tulisan para pakar sejarah atau catatan para pelaku sejarah di republik ini.

Manifesto politik Bung Karno

Awal-awal tahun 60an. Ada manifesto politik Bung Karno yang dikenal dengan Manipol USDEK. Dalam Manipol digariskan secara tegas siapa kawan dan siapa lawan-lawan Bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

USDEK kalau tidak keliru singkatan dari UUD '45-Sosialisme ala Indonesia-Demokrasi Terpimpin-Ekonomi Terpimpin-Kepribadian Indonesia.

Demkianlah kira-kira jalan revolusi Indonesia yang berhasil ditemukan kembali oleh Pemimpin Besar Revolusi---Bung Karno. Ketika bangsa ini diajak segera menyadari sedang terombang-ambing oleh gelombang dahsyat kebingungan dunia internasinal menghadapi pertarungan ideologis yang seru antara kaum kapitalis dengan kaum marxis.

Yang saat itu terkenal sebagai pertarungan Blok Barat dan Blok Timur.  Indonesia (baca: Bung Karno) terus berjuang untuk tidak mau terseret dalam pertarungan tersebut. Maka ditampikanlah kelompok negara-negara Non Blok---mungkin termasuk RRT yang jelas komunis tetapi belum masuk hitungan PBB sebagai nagara.

Sedang di Indonesia sendiri sedang terjadi persaingan rebutan pengaruh ideologi, antara kaum tradisional---nasionalis demokratis , kaum religious nasionalis, kaum sosialis religius dan kaum marxis nasionalis. Yang berwujud munculnya puluhan parpol.

Antara lain (Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia): Partai Nasinal Indonesia (PNI); Masyumi; Nahdlatul Ulama; Partai Komunis Indonesia (PKI); Partai Tani Indonesia; Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia; Persatuan Indonesia Raya (PIR); Gerakan Pilihan Sunda; Partai Kebangsaan Indonesia (PARKI); Partai Kebangsaan Indonesia Wanita (PARKIWA) Persatuan Rakyat Desa (PRD); Partai Rakyat Indonesia Merdeka (PRIM); Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII); Partai Kristen Indonesia (Parkindo); Partai Katolik; Partai Sosialis Indonesia; Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI); Persatuan Tarbiyah Islamiyah; Partai Rakyat Nasional); Partai Buruh Indonesia (PBI); Gerakan Panca Sila; Partai Demokrasi Indonesia (PDI); Musyawarah Rakyat Banyak (Murba); Partai Persatuan Dayak); Partai Rakyat Sosialis (Parsas); Partai Angkatan Komunis Muda Indonesia (Acoma).

Celakanya. Mungkin ada diantaranya yang punya kerjasama dengan kekuatan besar di luar yang sedang terlibat dengan pihak yang bertarung dalam perang dingin.

Demikian terkotak-kotak Bangsa Indonesia dalam berjuang membangun negara yag masih muda. Maka tidak mengherankan jika kemudian Bung Karno punya ide untuk mengubur semua partai. Tapi ditentang semua pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun