Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Film G30S/PKI, Sebuah "Karya Seni" Pengkhianatan Bernegara

23 September 2017   15:30 Diperbarui: 23 September 2017   15:38 3219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Ajakan nonton bareng sebuah film lama karya Arifin C Noor tentang Pengkhianatan G30S/PKI agak menimbulkan tanda tanya dari berbagai pihak; kalau tidak boleh agak menimbulkan pro kontra di kalangan-kalangan tertentu. Karena PKI yang dinyatakan pemerintah sudah tidak ada, dan diakui pula oleh semua orang parpol bahwa PKI memang sudah tidak  ada, seperti halnya Masyumi dan Partai Sosial Indonesia---Sutan Sjahrir. Tetapi ternyata masih dianggap menghantui Rakyat Indonesia oleh sebagian kelompok dalam masyarakat.

Tampaknya PKI tetap dianggap lebih berbahaya dari pada para teroris dan bahaya narkoba. Kenapa? Karena keberadaan PKI telah menelan ratusan ribu bahkan mungkin jutaan jiwa Bangsa Indonesia baik yang ikut jadi anggota PKI maupun yang dianggap musuh PKI, bahkan mereka yang dianggap pengikut setia Bung Karno yang disebut pengikut orde lama pun ikut jadi korban. Paling tidak mereka pernah menjadi orang-orang tidak merdeka di negaranya sendiri, gara-gara PKI.

Tentu saja pro kontra hanya terbatas kepada mereka yang dulu di zaman Pak Harto sudah sering menonton dan sekarang ada yang masih "berkepentingan." Karena setiap tahun pasti diputar untuk mengenang kembali peristiwa keji pada 1 Oktober 1965 yang dilakukan oleh G30S/PKI.

Lebih-lebih bagi pihak-pihak yang merasa terlibat dengan ikut menyaksikan dan ikut kena dampak langsung oleh peristiwa bersejarah pengkhianatan besar yang harus diterima dan dialami langsung oleh Bangsa Indonesia sendiri. 

Sudah pasti pula bisa menimbulkan perasaan yang terusik untuk menilai "mutu" dari isi cerita yang diabadikan sebagai sebuah "karya seni" berupa bayangan gambar hidup. Tentu saja memberi penilaian yang subjektif yang dirasakan dengan jujur dan benar, yang tidak layak untuk disalahkan atau dilarang oleh orang lain. Apa lagi diperdebatkan. Sebab film itu hanya buah karya Arifin C Noor atas pesanan Pak Harto.

Masalah film itu menyampaikan isi yang akurat atau tidak, tidak jadi masalah. Bagi si pembuat film yang penting si pemesan puas dengan yang dipesan.

Bahwa karya tersebut kemudian digunakan sebagai alat propaganda atau yang lain, itu bukan urusan si pembuat. Tetapi memang bisa bermasalah jika si pembuat film berani menggugat Pak Harto yang menggunakan film itu untuk suatu kepentingan yang tidak disetujui si pembuatnya. Tentunya tergantung isi perjanjian tertulis antara Pak Harto dan Arifin C Noor sebelum film mulai diproses pembuatan.

Sudah pasti pada film Pengkhianatan G30S/PKI hanya berusaha mengabadikan setiap kejadian yang bisa dilihat mata dan semua suara yang terdengar oleh telinga yang mendengar. Tidak bisa mengungkap apa yang dipikir pelaku yang tidak diucapkan. Dan sangat mungkin banyak pula kejadian-kejadian yang berkaitan tetapi sengaja tidak boleh difilmkan.

Peristiwa Pengkhianatan G30S/PKI benar terjadi. Tetapi siapa saja yang berkhianat dan siapa saja yang dikhianati tampak masih sangat kabur dan menimbulkan pertanyaan dari semua pihak bahkan mungkin juga menjadi pertanyaan dunia: "Siapa yang sangat berkepentingan dalam peristiwa tersebut dan apa yang sesungguhnya yang ingin diperoleh dari jutaan jiwa yang dikorbankan tersebut?"

Patut diduga bahwa dalam peristiwa Pengkhianatan G30S/PKI 1965, berbagai kepentingan kolaborasi dalam permainan---pengkhianatan,  untuk kepentingan nekolim atau asing. Untuk kepentingan semua lawan Bung Karno; kepentingan ideologi; kepentingan ekonomi; kepentingan politik; kepentingan golongan maupun hanya untuk kepentingan "pribadi" dan keluarga semata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun