Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berulang Kali Patah Hati di Facebook

22 Juni 2012   13:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:39 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

PERTEMANAN di dunia maya, alias melalui jasa layanan internet pada jejaring sosial, ternyata penuh dengan kepalsuan. Hal itu dirasakan sendiri oleh banyak teman saya. Maksudnya teman di dunia nyata. Salah seorang di antara mereka pernah mengeluh, bahwa dirinya pernah beberapa kali tertipu oleh teman di jejaring sosial.

Kebetulan teman saya itu seorang pria jomlo, alias tidak laku-laku. Padahal usianya sudah menginjak 40 lewat. Padahal kehidupannya pun boleh dibilang sudah mapan. Sebagai seorang wirausaha yang tekun dan ulet di bidang peternakan.  Demikian juga penampilannya tidak jelek-jelek amat. Termasuk kelas pasaran. Dengan tampang khas orang Indonesia asli. Kulit sawo matang, hidung tidak mancung dan tidak pesek. Tinggi dan berat seimbang. Dan ditambah pula dengan sebuah jeep yang selalu membawanya kemana pun dia pergi.

Mungkin karena selama ini dia terlalu fokus dengan usaha yang digelutinya, sehingga masalah jodoh hampir-hampir saja dia lupakan. Dan saat dia mencoba mencari jodoh dalam sosialita kehidupannya, ternyata banyak sekali kesulitan yang dihadapinya.  Gadis-gadis yang didekatinya selalu saja menganggap dia sebagai seorang Bapak-bapak, atau paling banter memanggilnya Om-omMereka menganggapnya sudah berkeluarga. Memiliki seorang istri yang setia dan anak-anak yang lucu-lucu di rumahnya.

Kalau sekedar untuk bersenang-senang, tak ada kesulitan sedikit pun memang. Dengan kantong yang selalu full dengan cek maupun lembaran rupiah, perempuan nakal yang tarifnya berapa pun dengan mudahnya dapat memberikan kebutuhan biologisnya. Tapi perempuan nakal pun hanya mengincar hartanya saja. Kalau sekali waktu dia berbicara yang mengarah pada cinta, perempuan yang dikencaninya itu secara halus menolaknya. Atau bahkan ada pula yang tanpa tedeng aling-aling di antara perempuan nakal yang dikencaninya itu sudah tidak butuh cinta lagi, dia hanya butuh uang para lelaki belaka.

Maka dengan munculnya berbagai jejaring sosial, maupun layanan jodoh lewat situs yang mengkhususkan pada masalah itu, teman saya pun mencoba mendaptarkan diri menjadi member . Siapa tahu lewat dunia maya jodohnya yang dicari selama ini  dapat ditemuinya. Misalnya saja lewat jejaring sosial facebook saja, teman saya menjalin pertemanan dengan banyak orang yang berjenis kelamin perempuan. Sebagaimana yang dibacanya pada profil  orang tersebut. Terutama juga yang statusnya masih lajang tentu saja.

Suatu ketika dia merasa tertarik dengan salah satu teman di jejaring sosial itu. Dari foto profilnya, bisa dikata cantik juga, lalu pendidikannya sarjana, dan tutur kata yang ditulis pada statusnya mencerminkan sebagai seorang yang smart dan suka berfikir pula.  Dan tipe perempuan itu juga yang menjadi impiannya selama ini. Maka diapun berusaha mendekati perempuan itu. Dengan cara member tanda suka, atau mengomentari status yang ditulis perempuan itu.

Tampaknya gayung pun bersambut. Setiap komen teman saya pada status teman perempuan di facebook itu selalu mendapat sambutan yang baik. Malahan perempuan itu pun sekarang selalu member tanda suka, dan mengomentari status yang ditulis teman saya.

Komunikasi kedua insan berlainan jenis di jejaring sosial itu kemudian berlanjut pada percakapan yang mengasyikan. Di setiap kesempatan, saat mereka online secara bersamaan, tidak sekedar berkomentar di status masing-masing saja seperti sebelumnya. Melainkan secara intens keduanya melakukan percakapan secara pribadi, tanpa diketahui orang lain.

Bagaimanapun namanya suatu hubungan, sekalipun hanya lewat dunia maya, apbila sudah merasa ada kecocokan, maka teman saya mengajak teman perempuan di facebooknya itu untuk bertemu. Kopdaran pada suatu tempat yang biasa digunakan untuk kencan.

Tapi secara halus perempuan itu menolak ajakan teman saya. “Cukup lewat dunia maya saja kita menjalin pertemanan ini,” katanya. Dan setelah didesak dengan berbagai cara, barulah perempuan itu mengaku kalau dirinya sudah bersuami dan memiliki dua anak. Dan ketika ditanya mengapa memberi harapan kepada teman saya itu, jawabnya cukup simple: “Just pleasure only…

Dan teman saya pun kembali patah hati. Karena hal semacam itu telah berulang kali dialaminya…***

Cigupit, 2012/06/22

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun