Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melepas Kelegaan di Hamparan Pasir Putih Pulau Kepa, Alor, NTT

19 Februari 2017   19:02 Diperbarui: 20 Februari 2017   19:41 2684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mensauhkan Kelegaan di hamparan pasir putih kepa (dokpri)

Kepa yang sepi, jauh dari kebisingan menghadirkan eksotisme tersendiri, tempat yang tepat untuk mensauhkan kelegaan dari kesibukan kita.

Sisi menarik menjadi instruktur Latihan Kerja (ILK) itu adalah mengunjungi tempat baru dan menikmati keindahan alam di tempat bertugas. Jikalau boleh meminjam motto salah satu perusahaan komunikasi maka saya menyebut kehidupan ILK dengan Share and Travelling.

Share itu mewakili tugas untuk berbagi ilmu ketrampilan kepada masyarakat sedangkan Travelling itu mewakili perjalanan ke tempat wisata baru di tempat tugas.

Saya mau ke Pulau Kepa,” pinta saya ke beberapa teman yang kebetulan berdomisili di Alor. “Ayoo..” jawab mereka. Sudah seminggu saya di Kabupaten Alor untuk melatih, tapi keindahan pulau ini belum kujamah.

Pulau Kepa pertama kali dipromosikan seorang saudara yang pernah mengadakan penelitian di sana. “Ayo Arnold, harus ke Kepa, Pantainya cantik,” kata saudara tersebut. “Pastilah…” jawab saya melalui WA sesudah saya mendarat di Bandara Mali, bandara udara satu-satunya di Pulau Alor.

Singkat cerita, di tengah hari minggu, lajuan sepeda motor membawa kami ke Kepa. Jika dari Kalabahi, maka perlu waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke desa bernama Alor Kecil. Di desa yang berada di pinggir laut ini terdapat dermaga di mana tersedia perahu untuk membawa saya ke pulau Kepa.

Bersama John, teman di Alor sebelum menyeberang ke Kepa (dokpri)
Bersama John, teman di Alor sebelum menyeberang ke Kepa (dokpri)
Jarak antara dermaga ini ke pulau Kepa hanya sekitar 500 meter dengan waktu tempuh 10 menit. Soal berapa biaya tranportasi, biasanya untuk mengantar ke Kepa, pemilik perahu mematok tarik 15 ribu hingga 20 ribu per orang, namun itu pun harus menunggu di dermaga besar. Kebetulan karena ada relasi dengan 'orang perahu' kami segera berangkat hanya dengan biaya 'uang solar'. Begitu kata orang sana untuk menyebut harga 'miring' antar jemput itu.

Pulau Kepa, adalah pulau kecil yang jauh dari modernitas. Tak ada warung yang menjual makanan sehingga saya sarankan sebelum menyeberang kita dapat menyiapkan atau dapat membeli makanan kecil di warung-warung yang tersedia di Kalabahi atau di Desa Alor Kecil.

Tenang saja…nanti saya menelepon kaka dorang yang biasa masak di homestay kaka Arnold,” janji Hery menjanjikan pelayanan maksimal di Kepa nanti.

Bertolak ke Pulau Kepa (dokpri)
Bertolak ke Pulau Kepa (dokpri)
Sepanjang perjalanan di atas perahu kecil itu, terlihat dari jauh rumah beraksen tradisional berjejer rapi di pinggir tebing Pulau Kepa. “Itu penginapan atau homestay bule,” kata Hery, teman sekaligus guide saya di Alor sekaligus di Kepa.

Homestay itu bernama La Pettite Kepa Homestay, milik orang Perancis yang dibangun di tebing-tebing pantai Pulau Kepa. Sebenarnya, di sisi yang lain kelihatan juga dibangun homestay milik pemerintah tetapi menurut saya posisinya masih kurang strategis dibandingkan dengan yang dipunyai bule Perancis itu. “Terlambat…” gumam saya dalam hati sedikit kecewa karena pemerintah masih kurang sigap karena hal-hal yang begini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun