Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rumitnya Jepitan Politik untuk Jokowi Pasca Pilpres

19 Agustus 2019   07:51 Diperbarui: 19 Agustus 2019   08:11 2781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Pimpinan Parpol I Gambar : Tribun

 

Dua bulan mendatang sebelum pelantikan di Oktober, tensi politik di sekitar Jokowi diprediksi akan semakin meninggi. Jokowi perlu berpikir keras dan jeli untuk memastikan struktur pemerintahannya lebih kuat dari pemerintahan sebelumnya.

Di atas kertas mungkin akan terlihat mudah, tetapi geliat politik yang kerap berubah membuat Jokowi seperti dijepit dalam berbagai kepentingan politik yang terjadi. Jepitan politik Pasca Pilpres hingga saat ini terlihat rumit bagi Jokowi.

Ada yang perlu dipahami bahwa sistim presidensial-multipartai yang kita anut meniscayakan adanya koalisi, Kekuatan politik presiden terpilih seperti Jokowi masih kurang untuk mengunci single majority di parlemen.

Apalagi harus dipahami bahwa kombinasi kepentingan presidensial-multipartai ini akan sulit untuk menciptakan untuk koalisi yang bersifat permanen, karena fragmentatif akan berubah karena koalisi politik yang kerap berubah sebelum pilpres dan pasca pilpres.

Pada Koalisi Pra-Pilpres untuk memenangkan pemilu maka ketersediaan figur dengan elektabilitas yang mencukupi untuk memenangkan pertarungan menjadi amat penting. 

Inilah yang membuat fragmentasi menjadi terbagi dua dengan figur Jokowi dan Prabowo menjadi dua titik magnet utama. Meskipun secara matematis ada peluang untuk mendistribusi lebih banyak pasangan calon presiden dan wakil presiden namun variabel ketersediaan figur dengan potensi menang tinggi dan kemampuan membangun lobi tidak dimiliki semua partai.

Koalisi pasca pilpres, situasi berubah, fragmentasi yang terbentuk juga berubah. Meski seorang Capres bisa mendapat suara signifikan dalam Pilpres, dukungan politik di parlemen tak bisa diabaikan agar pemerintahan berjalan efektif.

Secara teoritis pemenang Pilpres bisa memilih bagaimana koalisi terbangun untuk mendapat dukungan mayoritas di parlemen, hanya persoalannya, pemenang Pilpres tidak dapat mengabaikan dukungan dari partai pendukung, baik yang mendapat electoral vote signifikan ataupun yang tidak lolos di parlemen.

Jokowi nampak terjebak dalam jepitan keduakepentingan ini. Logika matematika politik menjadi amat rumit bagi seorang Jokowi.

Jika Jokowi ingin idealis untuk memastikan kekuatan parlemen menjadi kuat dengan postur yang besar, maka persoalannya adalah roti yang dibagikan akan menjadi kecili-kecil dan bisa saja tidak diterima oleh partai pendukungnya sebelum Pilpres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun