Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

2003 Jose Mourinho, 2017 Peter Bosz?

24 Mei 2017   15:48 Diperbarui: 24 Mei 2017   18:28 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peter Bosz/ Footbal Oranje.com

“Saya selalu bilang, final Piala UEFA melawan Celtic adalah final paling emosional dalam karier saya. Saya rasa gelar itu adalah awal dari semuanya. Saya pun memutuskan bertahan di Porto semusim lagi dan Anda tahu, saya sangat mensyukuri keputusan itu,” ujar Jose Mourinho mengingat peristiwa pada tanggal 21 Mei 2003.

Di tanggal itu, 14 tahun lalu itu, Mou yang masih belum berpengalaman berhasil membawa klub yang diasuhnya, FC Porto ke Final Piala UEFA musim 2002/2003. Mou mengalami tekanan besar sebelum pertandingan. Hal ini dikarenakan beberapa hal, selain FC Porto memang tidak diunggulkan, sejarah juga mencatat belum ada klub Portugal yang sanggup memenangkan piala UEFA sebelumnya.

Tekanan dari sang rival juga tak kalah hebat. Glasgow Celtic membawa sekitar 80 ribu pendukung untuk datang ke Sevilla, padahal kapasitas dari Estadio Olímpico de Sevilla S.A. tempat pertandingan dilangsungkan hanya 60 ribu orang.

Celtic yang diasuh oleh pelatih yang dihormati di kawasan Inggris raya, Martin O’neill sangat percaya diri dapat menang sekaligus merayakannya di Sevilla. Celtic memang dianggap lebih pantas untuk juara karena perjalanannya ke Final yang lebih mengkilap.

Klub-klub hebat seperti Liverpool, Stuttgart dan klub dari Portugal, Boavista dihantam Celtic sebelum menjejaki kaki ke final. Sedang di pihak Porto, paling Lazio yang dianggap lawan terhebat yang dihadapi mereka.

Kualitas pemain yang dimiliki juga demikian, duet penyerang Cetic, Chris Sutton dan pemain yang dijuluki “dewa” Henrik Larsson dianggap akan terlalu sulit dihentikan, sebaliknya,  di pihak Porto nama paling tenar di sana mungkin hanya sang kiper sekaligus kapten, Vitor Baia, apalagi penyerang mereka Helder Postiga terkena larangan bertanding.

Kehebatan Mourinho berbicara pada waktu itu. Anak asuhnya yang belum dikenal seperti Deco, Paulo Ferreira dan Derlei mampu dibuat tampil lebih dari kemampuan terbaik mereka. Hasilnya dalam 90 menit Celtic tak mampu mengalahkan mereka walau “Dewa dari Swedia” mampu menjebol gawang Baia 2 kali. Skor 2-2 dalam 90 menit.

Di babak tambahan waktu, Mourinho membuktikan bahwa dia lebih pintar dari O’Neill. Sesudah bek Celtic, Balde mendapat kartu merah di menit ke-96,  semenit kemudian Mou langsung mengganti pemain bernomor 9 kepunyaannya, Nuno Capucho dengan pemain baru, M. Ferreira.

Porto yang lebih segar akhirnya berhasil menambah 1 gol lagi di menit ke-115. Akhirnya hingga wasit Ľuboš Micheľ  asal Slovakia meniup peluit panjang, skor 3-2 bagi Porto bertahan.

Trofi Piala UEFA pertama bagi Porto sekaligus trofi pertama bagi Mourinho di pentas Eropa. Sebuah gelar yang membuat nama Mourinho semakin dikenal di benua biru.

Menurut saya keadaan yang hampir serupa terjadi sekarang, dan tetap Mourinho tetap terlibat di dalamnya. Hanya posisinya yang berubah. Mourinho sekarang jelas lebih diunggulkan. Mourinho yang belum spesial pada 2003 sekarang sudah menjadi The Special One di kompetisi Eropa. Segudang gelar yang dipunyainya membuat di bukan saja pantas diunggulkan tapi memang harus juara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun