Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Seseorang yang bermimpi berbuat sesuatu yang luar biasa untuk masyarakat dan negara-nya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menakar Kebahagiaan Orang-orang yang Bermulut Busuk

12 November 2019   12:42 Diperbarui: 12 November 2019   13:00 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay.com

Pada masa SMA, kuliah, dan kerja (kira-kira sekitar tahun dua ribu lima belas saat saya berhenti total dari bidang riba), susah menghitung berapa manusia yang punya mulut busuk. Bukan salah mereka, tapi kesalahan saya yang membiarkan diri ini masuk dan tenggelam dalam lingkungan beracun itu. 

Sekarang, jenis makhluk yang disebutkan tadi sudah jauh berkurang, karena saya sudah berusaha memilih bergaul dengan orang-orang yang ketika berbicara selalu teratur dan sopan kata-katanya. Mengapa? Karena itu merupakan satu cerminan dari daya pikir yang baik.

Di zaman ini, coba buka Facebook Anda, Instagram, apalagi? Pasti kita akan menemukan banyak komentar-komentar dangkal dari oknum warganet yang budiman. Mereka ini punya otak--saya yakin--tapi memilih untuk tak menggunakannya.

Sungguh fenomena menarik yang membuat saya terkejut sekaligus terheran-heran. Bagaimana mungkin manusia ciptaan Tuhan yang Maha Baik, bisa-bisanya rajin mengumpat? Jawabannya ada dua, karena mereka memilih menjadi goblok, atau mereka memilih menjadi jahat. Sederhana.

Tak hanya di internet, dunia nyata--seperti yang saya alami--juga memperkenalkan makhluk-makhluk kasat mata dungu, yang lidahnya mampu merusak suasana pertemanan. Tameng mereka adalah kalimat ini: "Ah ... hanya perkataan seperti itu saja dianggap serius!"

Maka itulah masalah utamanya, kebanyakan orang bermulut busuk kerap menyamakan orang lain sama beracun seperti dirinya, padahal seperti air tawar dan air asin, atau air dan minyak, antara mereka dan manusia normal, punya garis pembatas yang sangat jelas.

Maka saya akan masuk pada pertanyaan utama: "Apakah orang yang bermulut busuk itu bahagia?"

Saya akan menjawab "ya"! Tentu bahagia. Lebih jauh akan saya jelaskan bagaimana mereka berbahagia (di atas penderitaan orang lain).

Suatu masa di Kota Pontianak, hiduplah seseorang bernama Suhe, bukan nama sebenarnya. Suhe adalah seorang pria dengan karir bagus dan terpelajar. Sayang, ia tidak dilengkapi dengan adab yang baik.

Suhe sangat senang mempermalukan seseorang di depan orang ramai demi kepuasannya. Suatu ketika, ketika ia sedang melakukan kebiasaannya itu, saya memperhatikan dengan saksama. Wajahnya terlihat bahagia, puas, dan seakan mendapatkan suatu pelampiasan akan sesuatu.

Sebaliknya, orang yang dipermalukannya bersikap datar saja, seakan tahu bahwa si Suhe ini punya tekanan berat dalam hidupnya yang harus segera dilepaskan dengan cara negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun