Mohon tunggu...
Arli Aditya Parikesit
Arli Aditya Parikesit Mohon Tunggu... -

Pernah menjadi peneliti bidang bioinformatika di FMIPA-UI, dan sekarang menjadi Kandidat doktor di bidang Bioinformatika, Universitas Leipzig, Jerman. Selain dunia IT, juga tertarik mempelajari isu sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah ke Jerman: Bagaimana caranya dan apa yang harus dipersiapkan?

16 Januari 2010   18:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:25 3908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam rangka menjawab pertanyaan beberapa kawan yang berminat studi ke Jerman, maka saya siapkan tulisan ini. Ada beberapa poin yang seyogyanya dipertimbangkan jika ingin studi ke Jerman.

Poin pertama. Selama ini, saya mendapatkan banyak pertanyaan mengenai bagaimana caranya sekolah ke Jerman. Sebenarnya, DAAD (Dinas Pertukaran Akademis Jerman) sudah memberikan informasi sangat lengkap di situs webnya. Buka saja situs DAAD cabang jakarta di http://jakarta.daad.de/. Situs itu akan memberikan informasi lengkap mengenai prosedur bagaimana cara sekolah ke sana, dan seperti apa sistim pendidikan di Jerman. Mereka juga menyediakan waktu untuk konsultasi pendidikan secara gratis. Jam konsultasinya ada tertera pada situs tersebut. Membuka dan membaca isi situs DAAD, dan kemudian mendatangi atau menghubungi kantor regional mereka di Jakarta adalah langkah pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan informasi studi di Jerman. DAAD juga memberikan beasiswa bagi Dosen, Peneliti, Bisnis/LSM. Informasi lengkap mengenai beasiswa dan cara aplikasinya ada di situs tersebut. Mereka akan dapat memberikan informasi untuk studi tingkat Bachelor (S1), Master (S2), dan PhD (S3).

Poin kedua, adalah menguasai Bahasa Jerman. Walaupun sekarang program Bachelor, Master, dan Phd sudah tersedia dalam bahasa Inggris, menguasai Bahasa jerman tidak ada salahnya. Ini akan berguna jika kita belanja, membaca koran, nonton tv, membaca pengumuman di jalan, dan berkomunikasi sehari-hari. Jika menguasai Bahasa Jerman, maka kita tidak akan merasa terlalu asing dengan suasana negeri Jerman. Hal ini juga akan berguna, untuk berteman dengan orang Jerman. Walau Bahasa Inggris generasi muda Jerman sangat bagus, namun mereka akan lebih senang kalo kita juga menguasai Bahasa Jerman. Jika Bahasa Inggris adalah bahasa resmi untuk riset, akademik, dan bisnis, maka Bahasa Jerman adalah bahasa lobi. Penguasaan Bahasa Jerman adalah salah satu syarat penting, untuk mengurangi efek 'cultural shock'. Jika akan apply ke beasiswa DAAD, maka mengikuti kursus Jerman adalah syarat mutlak. Ini berlaku, walaupun program studinya sudah dalam bahasa Inggris. DAAD mewajibkan kursus ini, dengan dua pertimbangan. Pertama, untuk keberhasilan integrasi pemegang beasiswa dengan masyarakat Jerman. Kedua, untuk mempromosikan bahasa Jerman. Bagi yang tidak menggunakan jalur DAAD (lihat poin keempat dibawah), bisa hubungi Goethe Institut di Jakarta dan Bandung. Situsnya di  http://www.goethe.de/ins/id/jak/deindex.htm .Jika tidak ada Goethe Institut di kota masing-masing, bisa hubungi Departemen Sastra Jerman dari Universitas di kota masing-masing. Mereka bisa memberikan informasi mengenai kursus Jerman. Paling tidak, tingkat penguasaan bahasa 'mittelstufe' (intermediate) adalah syarat minimal untuk bisa berkomunikasi dengan orang Jerman.

Poin ketiga, hubungi PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) kota setempat. Walau adalah sangat penting untuk berinteraksi dengan orang Jerman, tidak ada salahnya juga jika kita tetap bersilaturahmi dengan bangsa sendiri. Biasanya, PPI memiliki informasi lengkap mengenai akomodasi, situasi pergaulan, dan juga mengenai studi. Mereka juga dapat banyak sharing mengenai seluk-beluk pengalaman mereka berhubungan dengan orang Jerman. Bahkan, banyak aktivitas bersama yang dapat dilakukan dengan PPI, misalnya olahraga, kesenian, masak bersama, malam indonesia, dan lain-lain. Penting sekali untuk tetap berhubungan dan bersilaturahmi dengan bangsa sendiri, sebab hal itu dapat mengurangi 'home sick' secara drastis. Jika tidak terdapat PPI di kota tujuan, bukalah akun facebook atau social networking anda, dan cari orang Indonesia yang satu kota dengan anda. Lalu berkenalanlah secara online. Kemudian copy darat bersama.

Poin keempat. Penting untuk dipertimbangkan, bahwa yang menyediakan beasiswa ke Jerman tidak hanya DAAD ataupun sponsor lain yang berasal dari Jerman (Misal Max-Planck institute, Konrad Adenauer Stiftung, atau Alexander Humbolt Stiftung). Depdiknas (Departemen Pendidikan) RI juga menyediakan beasiswa ke Jerman. Ini berlaku untuk Dosen ataupun Non Dosen. Mereka memiliki kuota yang banyak dan dana yang cukup untuk itu. Keterangan lengkap bisa diklik pada http://beasiswaunggulan.diknas.go.id/ dan bagi yang Dosen, bisa ditanyakan kepada direktorat kerja sama luar negeri di Universitas masing-masing. Ada perkembangan terbaru terkait beasiswa diknas. Sekarang mereka memiliki program 'debt swap 5000 doktor'. Silahkan klik http://ds5k.kemdiknas.go.id/ untuk informasi lebih lanjut.

Poin kelima. Mengenai masakan. Jika masih setia dengan masakan Indonesia, tidak usah terlalu khawatir. Di Jerman ada banyak asia shop, yang biasanya dimiliki orang Vietnam. Mereka menyediakan bumbu-bumbu dan bahan mentah lainnya, yang dapat diolah menjadi masakan Indonesia. Jika ingin membuat masakan yang halal, bisa pergi ke Toko Turki. Mereka menyediakan bumbu, dan berbagai bahan mentah yang sudah tersertifikasi halal. Restoran Vietnam dan Turki terdapat dimana-mana, sehingga tidak perlu khawatir untuk masalah kuliner.

Poin keenam. Mengenai akomodasi. Ada dua tipe, yaitu apartemen mahasiswa (studentwohnheim) dan privat. Jika berminat untuk apply ke apartemen mahasiswa, harus menghubungi international office dari universitas yang bersangkutan. Namun, jika ingin ke privat, informasinya harus dicari secara mandiri. Bisa ditanyakan ke PPI mengenai hal itu.

Poin ketujuh. Mengenai ibadah. Bagi yang muslim, dan ingin sembahyang ke mesjid, tidak usah khawatir. Sebab mesjid terdapat di seluruh Jerman. Biasanya milik orang Turki dan/atau Arab. Khotbah selain diberikan dalam Bahasa Arab/Turki, juga dalam Bahasa Jerman. Sementara, bagi yang beragama Hindu dan Buddha, juga terdapat komunitas religius dan tempat ibadah (Pura dan Vihara).

Sementara, saya akhiri tulisan ini. Akan saya lanjutkan, setelah mendapatkan feedback dari segenap pembaca. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun