Mohon tunggu...
Kuntoro Tayubi
Kuntoro Tayubi Mohon Tunggu... Journalist -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah ruh, dan menebar kebaikan adalah jiwaku. Bagiku kehidupan ini berproses, karena tidak ada kesempurnaan kecuali Sang Pencipta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengrajin Tambang, Antara Anomali Cuaca dan Kebijakan KKP

26 Maret 2018   13:33 Diperbarui: 26 Maret 2018   13:41 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apabila melewati jalur alternatif Pejagan (Brebes)-Prupuk (Tegal), Jawa Tengah tepatnya di Desa Kubangwungu, Kecamatan Ketanggungan, Brebes, pastimata kita tidak akanlepas menyaksikan kegiatan masyarakat membuat tali.

Mereka mengerjakan di pinggir jalan searah dengan jalan yang membujur dari timur ke barat. Tali dengan ukuran panjang puluhan meter dibentangkan persis di pinggir bahu jalan. Sementara pekerja lain memutar roda untuk menge-rol tali tersebut. Selain di pinggir jalan, pembuatan juga dilakukan di lorong-lorong gang, di sudut rumah warga.

Menurut seorang Pamong Desa Kubangwungu, Sobirin mengatakan, keterampilan membuat tali tambangwarga Kubangwungu awalnya dilakukan denganskala kecil, menggunakanbahan baku rami (plastik) atau ijuk. Namun seiring perkembangan zaman, perajin mulai menggunakan limbah plastik, ban, atau limbah dari pabrik lainnya.

Seperti limbah kemasan makanan anak dari  plastik dan limbah pabrik tekstil. Yang jelas, limbah yang bisa dimanfaatkan adalah limbah panjang, yang dimungkinkan bisa dijadikan tali atau tambang. Bahan-bahan tersebut, kata dia, didaur ulang menjadi tali dengan berbagai ukuran. Seperti tali kapal panjang antara 30 dan 40 meter. Tapi, terkadang panjang ukuran disesuaikan dengan selera pesanan.

Dari perjalanan waktu usaha kerajinan tersebut, mereka kini sedang dihadapkan kesulitan bahan baku. Diakui, belakangan ini muncul banyak order pesanan dari luar kota, namun kendalanya bahan baku sulit dicari.

Sebentar lagi, awal bulan Ramadan, para perajinbiasanya menerima order lebih banyak. Dalam satu haribisa mencapai 40 hingga 60 gulung tali. Pemesan berasal dari berbagai daerah seperti Batang, Pekalongan, Semarang, bahkan ada yang dari Jakarta, Surabaya dan Pulau Madura.

 "Saat ini hampir tidak ada kendala dalam proses pembuatan tali tambang, hanya kalau di desa sedang ada panen padi, para pekerja berkurang karena mereka terjun ke sawah memanen padi,"ujar Sobirin, di Balaidesa Kubangwungu, Kecamatan Ketanggungan, Brebes, kemarin.

Sobirin kemudian menjelaskan proses pembuatan talitambang. Awalnya, nilon ( majun) disambung memanjang sambil ditarik dengan kincir (alat pemutar). Kemudian sambil memutar kincir,perajin membalutkan kain yang sudah dipotong-potong memanjang dan membentuk satu pintalan tali kecil. Proses itu kemudian diulang empat kali, sehingga didapatkan empat pintalan tali. Selanjutnya, keempat tali tersebut digulung (pintal) secara bersamaan kemudian akan didapatkan satu gulung tali kapal.

Untuk membuat tali kapal, para perajin tidak mengalami kesulitan yang berarti, namun hambatan yang ada adalah sulitnya mencari bahan baku. Untuk pemasaran tali kapal biasanya disesuaikan dengan order permintaan agar tidak terjadi penumpukan barang dagangan. Bahan baku untuk pembuatan tali biasayan didapatkan dari pabrik tekstil lokal serta dari pabrik tekstil sekitar Bandung.

Anomali cuaca (cuaca tidak menentu) yang menyebabkan banyak nelayan tidak melaut, berimbas pada kurangnya pesanan tambang. Ditambah lagi kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait dilarangnya kapal cantrang melaut, membuat produktifitas tambang di Desa Kubangwungu saat ini mengalami penurunan produksi hingga 70 persen.

"Kalau biasanya satu minggu kami bisa mengirim 3 hingga 4 truk yang bermuatan 5 ton tambang, namun sekarang satu minggu paling hanya 1 truk saja," kata Warmo, perajin tambang Desa Kubangwungu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun