Mohon tunggu...
Ari Sipahelut
Ari Sipahelut Mohon Tunggu... Human Resources - Musafir

Musafir yang melangkah selangkah demi selangkah

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada dengan Tiga Rasa

11 Februari 2017   01:34 Diperbarui: 11 Februari 2017   02:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari Republika online

Pilkada dengan 3 rasa adalah kalimat saya untuk menggambarkan pilkada DKI Jakarta 2017 yang penuh kehebohan. Saking hebohnya, saya sendiri hampir tidak sadar bahwa tanggal 15 Februari nanti kami yang ada di kota Jayapura, Papua akan mengadakan pilkada Walikota dan wakilnya. Awalnya saya agak segan untuk menulis pendapat saya mengenai pilkada Gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta karena saya toh tidak memilih di Jakarta. Namun saya mengikuti keinginan hati saya untuk menulis sembari belajar menulis dengan baik di Kompasiana. 

Saya yakin bahwa bapak atau ibu yang membaca judul artikel ini bahkan yang berkenan membaca isinya, akan berpikiran bahwa judul dan isinya berhubungan dengan pilkada DKI Jakarta 2017. Memang benar pikiran bapak atau ibu. Tapi mengapa bapak-ibu malah berpikiran ke pilkada DKI Jakarta secepat itu? Padahal ada beberapa pilkada daerah yang juga mengusung 3 pasangan calon dan juga acar sehatnya disiarkan stasiun televisi nasional. Saya menyebut satu daerah saja yaitu Provinsi Papua Barat. Itulah hebat dan hebohnya pilkada DKI Jakarta tahun ini.

Mengapa Pilgub DKI Jakarta ada tiga rasa? Pemikiran saya ini bermula ketika saya mendengar pernyataan atau komentar Prof. Effendi Ghazali selesai acara debat final pilgub Jakarta. Ia memberikan komentar terhadap masing-masing paslon. Komentarnya terhadap paslon nomor 1 ialah yang memilih paslon dan paslon ini terkesan kuat secara Psikologis. Dalam debat terakhir, paslon nomor 1 terlihat dengan jelas "menyerang" paslon 2 dari sisi watak atau karakter. 

Pemilih potensial paslon ini juga akan memilih nomor 1 karena menilai bahwa Agus adalah anak muda yang pintar dan ganteng. Komentar selanjutnya untuk nomor 2. Prof. Effendi mengatakan bahwa paslon ini adalah paslon yang rasional. Mereka lebih memaparkan kinerja dan pencapaian mereka selama menjabat sebagai gubernur dan wagub Jakarta. 

Para pemilihnya pun akan memilih mereka secara rasional karena kinerja mereka. Untuk paslon nomor 3, prof. Effendi berpendapat bahwa paslon ini adalah paslon yang sosiologis. Pernyataan yang paslon nomor 3 buat adalah pernyataan yang dari sisi sosiologis baik. Terlihat dengan jelas ketika moderator menanyakan pendapat tiap paslon tentang "lawan" mereka. Paslon nomor 3 malah membuat pernyataan bahwa pilkada Jakarta adalah tentang rakyat Jakarta dan bukan tentang 3 paslon yang ada. Kurang atau lebih, demikian yang bisa saya tangkap dari pernyataan prof. Effendi. 

Penjelasan itu memunculkan pemikiran saya bahwa memang pilgub DKI Jakarta ada tiga rasa yaitu rasa psikologis, rasional dan rasa sosiologis. Masing-masing rasa memang memiliki keunikan tersendiri. Rasa psikologis lebih banyak "bermain" di tataran perilaku dan mental manusia. Rasa rasional lebih "bermain" di tataran pikiran atau akal sehat manusia. Rasa sosiologis lebih banyak "bermain" di tataran interaksi dengan banyak individu dan kelompok. 

Tentu, memilih pemimpin DKI tidak boleh hanya melihat dari satu rasa saja melainkan tiga rasa itu harus diperhatikan. Lalu bukan berarti juga harus mencampur tiga rasa itu menjadi satu. Kita tentu tidak pernah memakan durian dengan rasa jeruk. Atau buah kelapa dengan rasa nenas. Buah-buah itu memiliki rasa yang unik dan berbeda. Begitu pula dengan tiga rasa dari pilkada DKI. Biarkanlah rakyat Jakarta memilih pemimpinnya sesuai dengan rasa yang dia anggap sesuai keinginannya. 

Tetapi bukan berarti pula memilih pemimpin DKI hanya berdasarkan selera masing-masing. Bila hanya sesuai selera warga DKI, maka pemimpin yang sesuai selera mereka sajalah yang akan mereka  ikuti. Kalau pemimpin yang tidak sesuai selera naik, maka mereka pun akan membuat rasa atau selera mereka sendiri. 

Demikian sedikit catatan pribadi saya mengenai euforia pilkada DKI dengan tiga rasa. Bila terdapat kesalahan, mohon dimaafkan dan dikoreksi. Saya sama sekali tidak punya kepentingan apa-apa dalam pilgub DKI. Namun tidak ada salahnya bila saya berpendapat. Waniambey.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun