Mohon tunggu...
Aris Dwi Nugroho
Aris Dwi Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Seseorang yang selalu ingin menjadi pembelajar sejati untuk menggapai kebahagiaan hakiki.

Email: anugrah1983@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Cinta untuk Saudaraku yang Berniat Urbanisasi

2 Juli 2017   11:12 Diperbarui: 2 Juli 2017   11:28 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi urbanisasi. Sumber: radarplanologi.com

Idul fitri merupakan sebuah momentum istimewa bagi mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam. Mereka menyambut dan merayakannya dengan penuh kebahagiaan dan suka cita. Berbagai tradisi lokal dan nasional di seantero nusantara tercinta ini turut meramaikan momentum istimewa tahunan ini. Selain tradisi nasional mudik yang membuat banyak pihak sibuk, tradisi urbanisasi juga merupakan sebuah tradisi yang turut mengundang perhatian banyak pihak. Permasalahan kependudukan, perekonomian, lingkungan, dan lain sebagainya merupakan topik serius yang menjadi pembahasan di level nasional terkait dengan tradisi urbanisasi, khususnya pada pasca idul fitri.

Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring mendefinisikan urbanisasi sebagai proses perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan). Betapa banyak saudara-saudara kita melakukan urbanisasi pasca Idul Fitri setiap tahunnya. Biasanya mereka akan ikut menuju kota bersama family, handai tolan yang telah lebih dahulu menjadi kaum urban.

Terlepas dari berbagai faktor yang melatarbelakanginya, ada satu harapan besar kaum urban dengan menjalani kehidupan barunya di kota, yaitu dapat memperbaiki nasib, terutama nasib perekonomiannya. Sepertinya harapan besar kaum urban ini tidak dapat dibendung. Berbagai pihak dengan berbagai upayanya menekan tingkat urbanisasi, namun tidak dapat meredam harapan besar yang ada di setiap hati dan pikiran para kaum urban.  

Berbicara mengenai nasib perekonomian, memang merupakan harapan dari setiap individu untuk dapat memperbaikinya. Karena telah tertanam dalam mindset mereka bahwa dengan perbaikan ekonomi, kebahagiaan hidup akan terwujud. Selain itu, dengan cerita-cerita indah dari para kaum urban terdahulu, dan ditambah dengan pemberitaan serta siaran televisi yang banyak mengekspos sisi-sisi indah kehidupan di kota, membentuk sebuah mindset bahwa kota merupakan satu-satunya tempat yang dapat mewujudkan perbaikan ekonomi. Sehingga dengan mindset tersebut, para kaum urban tidak dapat berpikir panjang dan mendalam sebelum melakukan urbanisasi.

Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan beberapa pesan kepada saudara-saudaraku tercinta yang berniat untuk melakukan urbanisasi. Saudara-saudaraku sekalian yang tercinta, sebelum Anda melakukan urbanisasi, perhatikan dan renungkan beberapa pesan berikut ini;

1. Bersyukurlah atas segala fasilitas kehidupan yang telah diberikan oleh Allah SWT, termasuk profesi yang sedang dijalani saat ini, yang menjadi titian rezeki selama ini. Menjalani kehidupan untuk mencari penghidupan di desa maupun di kota itu sama saja, karena Allah SWT menebarkan rezeki tidak hanya terbatas di daerah-daerah tertentu. Dia tidak hanya menurunkan rezeki hanya untuk manusia yang hidup di kota. Melainkan Dia adalah Dzat yang Maha Pemberi Rezeki kepada orang-orang yang mau berusaha dengan gigih dimanapun dia berada, di desa maupun di kota.

Allah SWT berfirman dalam Surat al-Jumu'ah ayat 10 yang artinya lebih kurang: "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi (untuk mencari rezeki dan usaha yang halal), dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung".

Allah SWT memberikan rezeki tidak digantungkan pada lokasi dimana seseorang berada, namun rezeki Allah SWT digantungkan pada kualitas usahanya dan tingkat keimanan dan ketakwaannya. Walaupun seseorang hidup di kota, namun kualitas usahanya tidak sungguh-sungguh dan tidak dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, mustahil rasanya akan mendapatkan kehidupan yang layak. Dan sebaliknya seseorang yang hidup di desa, namun dengan usahanya yang gigih dan tingkat keimanan dan ketakwaan, kehidupan yang layak dan berkecukupan akan mudah diraihnya. Dengan demikian, masalahnya bukan terletak pada dimana seseorang mencari penghidupan, melainkan sejauhmana kualitas tingkat keseriusan dan kegigihan usaha yang dilakukannya, serta keimanan dan ketakwaan yang dimilikinya.

2. Pada hakikatnya tidak ada suatu profesi itu lebih unggul atau lebih bergengsi dari profesi lainnya. Bukan berarti bekerja di kantor itu lebih unggul atau lebih bergengsi dari pada bekerja di desa sebagai petani atau nelayan. Seluruh profesi itu sama nilainya, sama-sama berpotensi menjadi titian rezeki menuju perbaikan nasib ekonomi, asalkan dijalani sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, dengan penuh kesungguhan dan cinta, serta dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Artinya meyakini profesi yang dijalani itu sebagai sebuah kewajiban, wujud penghambaan (ibadah) kepada Allah SWT, dan menjalani profesi dengan penuh kehati-hatian karena apapun yang dilakukan, dimanapun dan dalam kondisi apapun tidak luput dari pengawasan Allah SWT. sehingga dalam menjalani profesinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, baik yang ditetapkan oleh instansi atau tempat menjalani profesinya, terlebih ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT. 

Selain itu menjalani profesinya tanpa dicampuri dengan perilaku-perilaku yang tercela, melakukan kecurangan, merugikan orang lain, atau perilaku tercela lainnya. Semua itu dilakukan semata-mata hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT, karena dengan ridho tersebut akan terwujud sebuah kebahagiaan yang melebihi dari hanya sekedar mendapatkan materi yang berlimpah. Bahkan dengan ridho tersebut berbagai urusan/problem dunia, termasuk masalah materi akan sangat mudah teratasi.

Coba perhatikan dalam fenomena kehidupan di masyarakat, betapa banyak orang yang berprofesi yang menurut mayoritas kalangan dianggap tidak bergengsi, bahkan dianggap rendah, seperti; petani, nelayan, dan pedagang. Dimana profesi mereka dianggap tidak dapat memberikan penghidupan yang layak, namun dalam kenyataannya mereka dapat hidup dengan tenang dan bahagia, dapat membiayai pendidikan anak-anaknya sampai jenjang perguruan tinggi, dan menghantarkan anak-anaknya menuju kesuksesan, dapat menunaikan ibadah haji dan/atau umroh, bahkan memiliki materi lebih dari mereka yang berprofesi yang dianggap bergengsi, seperti; PNS atau pekerja kantoran lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun