Mohon tunggu...
Politik

Rasa Demokrasi Partai Politik yang Mulai Hilang

6 September 2017   19:25 Diperbarui: 6 September 2017   19:32 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rasa Demokrasi Partai Politik yang Mulai Hilang

Indonesia adalah Negara Demokrasi. Dalam hal memilih pemimpin sekalipun, Indonesia menggunakan suara rakyat. Tanpa membedakan ras, suku dan agama. Indonesia dalam hal Demokrasi memanglah sangat meng elu-elukan Demokrasi. Meskipun kini, nilai-nilai Demokrasi sudah mulai bergeser. Pada awalnya Demokrasi yang bermula dari tingkat individual. Ada satu semboyan yang harus dimiliki oleh seseorang berjiwa Demokrasi, yakni "aku mungkin tak setuju dengan pendapatmu, tapi aku akan mati-matian berjuang agar kau bisa menyuarakan pendapat itu". Namun kini tidak ada seorangpun yang berpijak pada semboyan ini[1].

Demokrasi di Indonesia dapat kita ambil contoh dengan bebasnya mendirikan partai politik dengan visi dan misi yang saling berlomba. Visi dan misi yang sangat luar biasa untuk mengembangkan dan menyalurkan suara rakyat. Seperti yang kita ketahui dengan pemilihan secara Demokratif, Indonesia yang menggunakan suara rakyat untuk memilih pemimpin inilah salah satu penyebab menjamurnya Partai Politik yang ada di Negara kita. Dalam Partai Politik terdapat polemik mengenai Politik yang sangat bergejolak.

 

Politik dalam Demokrasi kita sangatlah rumit. Politik Indonesia Menunjuk kepada "satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai" atau "cara-cara atau arah kegiatam tertentu untuk mencapai tujuan tertentu". Lebih mengarah pada kebijakan (policy). Misal politik luar negeri, politik dalam negeri, politik keuangan. Hal ini selaras dengan tujuan Partai politik yang ada di Negara kita. Yang mana tiap Parpol yang bersaing dengan ketatnya untuk mengambil hati masyarakat. Dapat kita lihat bersama, ada hal yang menarik dalam Parpol kita kini. Yakni mulai hilangnya rasa Demokrasi dalam berpolitik.

Bagaimana bisa saya mengatakan hal tersebut. Hal yang pertama yang ditulis oleh penulis adalah bagaimana dan seperti apa Demokrasi itu. Demokrasi yang sebenarnya adalah bersifat dinamis dan terbuka. Dinamis dalam hal berfikir dan beradaptasi dengan waktu dan juga terbuka dalam pendapat. Kita harus dinamis dalam perkembangan yang akan terjadi sehingga pemikiran harus terus terbuka dan menerima tiap adanya perbedaan yang ada. Perbedaan akan selalu ada dan tak akan pernah hilang. Karena sesungguhnya perbedaan sangatlah indah. Itulah yang mendasari adanya Demokrasi.

Akantetapi dalam Parpol yang dikatakan mulai hilang sikap Demokrasinya karena. Para kader memiliki rasa egois yang luar biasa, egois dalam ruang lingkup yang sangatlah luas. Egois untuk mempertahankan hak rakyat dan egois dalam hal pribadi. Inilah yang menjadi sumbangsih mulai terjadinya perpecahan dan timbullah Partai baru yang memiliki visi misi baru. Mereka akan berlomba, dan pastinya luka masalalu akan mengiringi dan mewarnai Perpolitikan mereka.

Politik tidak selalu putih, terkadang hitam dan bisa menjadi abu-abu. Politik adalah sesuatu yang apabila mengangguk belum tentu mengiyakan. Begitupun covernya berupa paprtai politik. Partai politik yang terdiri dari berbagai latar belakang menjadi satu menyatukan visi misi untuk Indonesia kedepannya semoga terus terjaga dan tetap dilaksanakan meskipun kita tak pernah tahu apa dan bagaimana latar belakang semuanya.

[1]file:///D:/TUGAS/Semester%205/Parpol%20dan%20Pemilu/Demokrasi-Jurnal_UNPAR.pdf diakses pada 3/9/2017 pukul 20:45

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun