Mohon tunggu...
Arinal Rahman
Arinal Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Let's do reading and let's do writing

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dewan Rakyat dan Sang Adik Mahasiswa

17 September 2018   01:22 Diperbarui: 17 September 2018   01:57 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mencermati aksi kawan-kawan mahasiswa beberapa hari yang lalu yang berujung dengan kejadian yang tidak diinginkan itu menghasilkan sebuah renungan kenapa hal tersebut bisa terjadi dan siapa sebenarnya yang bersalah.

Berdasarkan berita yang ada, pada kejadian beberapa hari yang lalu, para mahasiswa sang generasi penerus bangsa dipukuli dan disakiti oknum aparat kepolisian seolah-olah mereka yang dipukuli itu bukan manusia. Aparat bertindak seperti hanya karena ada aksi anarkis mahasiswa merusak pintu dan sebagian peralatan di gedung DPRD.

Aksi anarkis mahasiswa ini terjadi karena mereka tidak bisa bertatap muka langsung dengan anggota dewan. Berdasarkan klarifikasi dari salah satu anggota dewan, para mahasiswa ini kerap dalam setiap kali aksi selalu datang tidak sesuai janji. Sebenarnya menurut para anggota dewan, mereka siap menerima aspirasi mahasiswa, tetapi mereka malah tidak datang tepat waktu . 

Dalam 3 aksi, para anggota dewan telah siap berdiskusi dengan mahasiswa namun selalu setelah waktu yang dijanjikan terlewat dan mereka juga lelah menunggu karena faktor kesibukan maka mereka pergi meninggalkan gedung DPRD. Permasalahannya muncul adalah ketika 3 kali aksi itu dilaksanakan mereka telah tidak berada di tempat, Sehingga diskusi yang telah dijanjikan tidak bisa terwujud.

Karena tidak bisa bertatap muka langsung dengan para dewan perwakilan rakyat daerah, maka mahasiswa menunjukan aksi ketidakpuasan dengan memasuki gedung DPRD secara paksa. Hal ini di klaim adalah sebagai tindak kekecewaan karena anggota dewan tidak pernah mau bertemu dengan mahasiswa.

Dengan dalih keduanya merasa benar, baik anggota dewan maupun mahasiswa, maka perlu kita analisis secara logis kedua penjelasan tersebut kemudian kita cari apa sebenarnya apa permasalahnnya.

Ada hal menarik disini. Ketika dikatakan mahasiswa tidak datang ke gedung DPRD sesuai dengan janji yang sudah disepakati baik perwakilan mahasiswa dan juga anggota dewan. Apakah anggota dewan ini tidak ada usaha atau inisiatif untuk menghubungi mahasiswa, sekedar bertanya "jadi atau tidak datang? Atau mau datang telat? Kalau telat kami mau pulang kerumah." seperti itu. Hal ini jelas ga akan menurunkan pamor atau harga diri wakil rakyat tersebut, bukan?

Ditambah lagi. Sebenarnya jika memang tidak bisa semua anggota dewan berhadir disana, paling tidak satu atau dua anggota dewan harus stand by sebagai perwakilan khusus menemui mahasiswa. Bukannya seperti itu lebih baik?

Dengan langsung pulang meninggalkan tempat kerja, kemudian membiarkan mahasiswa hanya datang ke gedung DPRD yang kosong, menunjukan adanya jarak yang tak terlihat antara anggota dewan dan mahasiswa.

Saat ini masyarakat dan media melakukan framing dalam melihat fenomena ini seolah-olah mahasiswa yang salah. Sebenarnya kita hanya melihat fenomena ini dengan asumsi hubungan anggota dewan dan mahasiswa adalah seperti dua orang asing. 

Ketika kedua orang ini telah membuat janji untuk bertemu beberapa kali, namun tidak berhasil berjumpa, lalu si orang asing mengobrak abrik rumah, maka yang disalahkan adalah orang asing ini. Sehingga bebas untuk polisi mengusir bahkan dengan kekerasan dan akan dilaporkan supaya di penjarakan tanpa belas kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun