Mohon tunggu...
Ari Kusanto
Ari Kusanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Kilang untuk Indonesia

24 Mei 2017   19:49 Diperbarui: 24 Mei 2017   20:13 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini konsumsi energi dari berbagai sumber energi terus meningkat sesuai dengan kemajuan teknologi. Walaupun pada sisi lain dengan pertimbangan dari berbagai sektor seperti ketahanan energi, efek dari bahan bakar fosil terhadap lingkungan, serta tingginya harga minyak dunia untuk jangka waktu yang panjang membuat negara di dunia mulai mengeluarkan kebijakan dan insentif khusus terhadap dukungan untuk ditingkatkannya penggunaan bahan bakar renewable non-fosil dan energi nuklir, serta natural gas sebagai bahan bakar fosil dengan jumlah karbon yang paling sedikit.

Hal ini membuat renewable energy menjadi world’s fastest growing source of energydengan presentase 2 – 2.6% per tahun.  Berdasarkan data dari US Energy Information and Administration, International Energy Outlook 2016, penggunaan energi fosil masih akan terus meningkat dengan konsumen terbesar dari sektor industri dan transportasi dunia. Kita jadi bisa melihat bahwa tren dunia yang katanya masih bergantung pada bahan bakar fosil ternyata benar.

Kilang Minyak Indonesia

Kurangnya eksplorasi dan investasi di sektor hulu migas membuat produksi minyak mentah Indonesia mengalami trenpenurunan yang berkelanjutan semenjak tahun 1990an. Untuk beberapa tahun berturut-turuttarget-target produksi minyak yang telah ditetapkan olehPemerintah setiap awal tahun mau tak mau harus tidak tercapai karena kebanyakanproduksi minyak berasal dari ladang-ladang minyak yang saat ini sudah menuadan mengalami penurunan kemampuan produksinya. Hal ini memang tidak dapatdicegah tanpa eksplorasi bukan?

 Indonesia sendiri saat ini memiliki kilang minyakyang berkapasitas 1,05 juta Bph (kurang lebih sama dengan satu dekade lalu), haltersebut dikarenakan kurangnya langkah pengembangan dalam produksi minyak, yangmenyebabkan kebutuhan untuk dapat terus mengimpor minyak mentah dari beberapanegara lain demi memenuhi permintaan domestik. Ini yang menjadikan secarakontras, konsumsi minyak Indonesia menunjukkan tren naik yang stabil. Diproyeksikanpermintaan akan bahan bakar akan terus-menerus meningkat dikarenakan jumlah populasipenduduk yang terus bertumbuh, baik itu peningkatan jumlah penduduk kelas menengah,serta pertumbuhan ekonomi.

   Berdasarkan data dari Korps Lalu Lintas Polri contohnya, jumlah kendaraan bermotor yangada di seluruh Indonesia yang tercatat daripendaftaran registrasi kendaraan yang terhitung sampai dengan Juli 2016 mencapai 124.348.224 unit. Sementara setiap tahunnya, pertumbuhan kendaraan bermotor berada padakisaran antara 7-8 juta. 

Faktatersebut juga menegaskan tingginya ketergantungan penggunaan BBM domestik yang selalumenghasilkan trend meningkat dengan rata rata sekitar 6-8% per tahun (konsumsiBBM hingga 1.6 MBph), hal ini mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan danmengambil langkah khusus mengingat saat ini jumlah produksi minyak yang berasaldari kilang-kilang yang dikelola oleh Pertamina sebagai BUMN pengelola migas sebesar820 - 830 ribu bph dimana terdapat selisih yang cukup banyak untuk memenuhi permintaan domestik.

Laluapa yang akan dilakukan selanjutnya? Tentu harus ada yang memulai. Langkah-langkahyang diambil oleh pemerintah dengan dukungan Pertamina salah satunya adalahmeningkatkan eksplorasi energi terbarukan juga sumber minyak baru dan menambahproduksi serta meningkatkan cadangan minyak. Kilang-kilang minyak Indonesia pundigenjot agar bisa menambah produksinya. 

Dengandikeluarkannya Peraturan Presiden (Perpres) No 146 Tahun 2015 tentangPelaksanaan Pembangunan dan Pengembangan Kilang Minyak di Dalam Negeri, Makadimulailah megaproyek RDMP (RefineryDevelopment Master Plan) untuk empat kilang, yaitu di Cilacap, Jawa Tengah; Balongan, Jawa Barat; Dumai, Riau;Balikpapan, Kalimantan Timur; sertaNGRR (New Grass Root Refinery) yang nantinyaakan dibangun kilang baru di daerah Tuban dan Bontang. 

NGRRdengan dua kilang Tuban dan Bontang menjadi program yang paling menjanjikankarena akan menambah jumlah kilang yang ada di bawah pengelolaan Pertamina. Duakilang ini diperkirakan akan selesai pembangunannya pada tahun 2021 – 2023.Cukup cepat untuk sebuah pembangunan kilang yang nantinya akan dapat membantumengejar target produksi Pertamina.

ngrr-592580f1e422bde8584f4045.jpg
ngrr-592580f1e422bde8584f4045.jpg
Pertamina sendiri saat ini memiliki dan mengoperasikan 6 (enam) buah unit Kilang dengan kapasitas total mencapai 1.046,70 Ribu Barrel dengan Kontribusi terbesar dari kilang Cilacap mencapai 348 ribu barel minyak per hari. Angka tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan dengan kilang minyak lainnya di Tanah Air. Sementara kapasitas kilang minyak terbesar kedua adalah Balikpapan, yakni mencapai 260 ribu barel per hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun