Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Follow Your Passion Adalah Nasihat yang Buruk!

9 Februari 2017   16:51 Diperbarui: 9 Februari 2017   16:58 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ini kondisinya :

Punya suara oke, kalau lagi nyanyi, cewek-cewek pada klepek-klepek, beberapa kali menang lomba walau masih ajang kelas kampung, yang jurinya pak RT dan istrinya. Tiap kali masuk kamar mandi, girang setengah mati, karena disinilah ruang untuk unjuk gigi, imajinasi melayang, seolah sedang bertarung di ajang Indonesian Idol.

Namun kemudian, acara Master Chef yang mendrama itu mulai menyita perhatian, chef dengan tato yang melingker-linger itu kelihatan cool. Di tayangan lain, ada bapak yang suka kasih pujian kepada koki yang dengan kalimat, “masakan ini terasa ‘mak cruuttt’.” Tak lama, film Filosofi Kopi tayang di bioskop, Chicko Jerickho dengan apron kulitnya terlihat macho, terlebih saat doi ngaduk-ngaduk kopi dengan rambut gondrongnya yang tertiup angin dari kipas listrik yang dibawa sutradara ke lokasi syuting. 

Nggak selesai disitu, beberapa selebritis juga mulai nunjukin bakat mereka di dapur, acara food traveller digelar berbagai stasiun TV hingga film berjudul Chef yang rilis kemudian. Semua tayangan yang membuat hidangan, sontak naik pamor, ratingnya tinggi. Tiba-tiba, dalam tahun-tahun tersebut, semua orang demam dengan dunia kuliner.

Dan ketika tiba saatnya untuk mengisi formulir pendaftaran kuliah, rasa ragu mulai hinggap. Dambaan untuk bernyanyi mulai redup, keinginan untuk melanjutkan belajar di sekolah seni itupun terasa janggal, apalagi ketika beberapa sahabat dekat akhirnya masuk ke sekolah Tata Boga, mau jadi Chef kata mereka. Semua mau pakai apron ala chef kece.. Chico Jericho.

Keputusan akhirnya bulat, putar kemudi! Nyanyi nggak penting lagi, dapur dengan ulekan dan bumbu-bumbu masakan adalah prioritas. Perjalanan dengan gairah baru ini pun dimulai….

Namun setelah berbulan-bulan berselang, situasainya tak lagi sama ….

Efouria acara memasak itu mulai redup, koki dengan tato melingker itu nggak pernah muncul lagi, dan ngupas bawang itu tidak sekeren yang dibayangkan sebelumnya, bahkan terasa jauh lebih susah daripada menyanyi. Belum lagi pas lihat si Chicko Jericho yang kini mulai memerankan lakon dalam film lain. Rasa galau hinggap menjadi-jadi.

Rencana negosiasi pun dibuat, dengan persiapan dan tarikan nafas panjang, akhirnya keberanian untuk meminta restu dari orang tua terkumpul, misinya jelas, agar diijinkan pindah jurusan kuliah. Setelah perdebatan sengit –yup, ini akan terjadi seperti dikebanyakan kasus-, orang tua akhirnya mengalah. Cita-cita jadi chef itupun akhirnya kandas, persis seperti sebelumnya ketika meninggalkan cita-cita mau jadi kayak Judika.

Sekarang hitung, berapa banyak uang yang terbuang, waktu yang hilang, dan kesempatan semakin ahli jika tetap bernyanyi yang juga tereduksi?

Kondisi diatas, adalah situasi yang sering terjadi. Di Indonesia, banyak mahasiswa yang salah jurusan, mereka berkarir di bidang yang tak linier dengan bidang studinya ketika kuliah. Alasannya beragam, salah satunya tentu dari pengaruh lingkungan. Kawan saya yang mengelola sekolah pariwisata cerita, sejak ada tayangan Master Chef di TV, jurusan tata boga meningkat pesat. Tayangan itu memberikan pengaruh seseorang mengambil keputusan, dan jurusan Tata Boga bukan cuma meningkat dilembaga pendidikannya, tapi di berbagai lembaga pendidikan sejenis, mengalami lonjakan yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun