Mohon tunggu...
arif budi
arif budi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peranan Pendidikan Islam

26 Mei 2015   07:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 3353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki peranan penting dalam membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas, bertanggung jawab dan mampu meng-antisipasi masa depan. Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa menstimulir, menyertai perubahan-perubahan dan perkembangan umat manusia. Selain itu, upaya pendidikan senantiasa menghantar, membimbing perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.

Peranan pendidikan sebagaimana disebutkan di atas tidak terlepas dari kedudukan manusia, baik sebagai abdullah maupun sebagai khalifatullah. Sebagai abdullah, maka manusia harus mengabdikan dirinya kepada Allah swt dengan penuh tanggung jawab, dan sebagai khalifatullah maka manusia harus mengelolah alam ini, juga dengan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya sekedar tindakan lahiriyah, tetapi ia juga merupakan tindakan batiniyah, sebab di dalam proses pendidikan ada tanggungjawab yang harus diembang. Dengan melaksanakan tanggungjawab tersebut dengan baik, praktis bahwa arah dan tujuan pendidikan akan mudah tercapai.

Dalam pandangan Islam, tanggung jawab pendidikan tersebut di-bebankan kepada setiap individu. Dalam QS. al-Tahrim (66) 6 Allah swt ber-firman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Kata “أَنْفُسَكُمْ” dalam ayat ini yang berarti “dirimu”, menandakan bahwa setiap diri pribadi, atau setiap individu harus memiliki tanggungjawab dalam upaya melaksanakan pendidikan dengan baik, agar ia terhindar dari api neraka. Dalam sisi lain, ayat tersebut juga menegaskan bahwa di samping diri pribadi, maka keluarga juga harus dididik dengan baik. Karena ayat tersebut berbicara tentang diri pribadi dan keluarga, maka jelaslah bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab semua orang.

Dalam implementasinya, orang tualah sebagai penanggungjawab pendidikan di lingkungan keluarga  atau di rumah tangga. Guru-guru dan pengelolah sekolah termasuk pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan di lingkungan sekolah.  Tokoh masyarakat dan selainnya sebagai penanggung jawab pendidikan di lingkungan masyarakat. Ketiga pihak ini, masing-masing memiliki tanggung jawab pendidikan secara tersendiri dalam lingkungannya masing-masing, namun tidaklah berarti bahwa mereka hanya bertanggung jawab penuh di lingkungannya, tetapi juga memiliki tanggung jawab yang signifikan dalam lingkungan pendidikan lainnya. Orang tua misalnya, ia sebagai penanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga, tetapi tanggung jawab tersebut bukan hanya terbatas pada lingkungan rumah tangganya, namun juga dibutuhkan tanggung jawabnya di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Pendidikan dalam lingkungan rumah tangga, disebut dengan jalur pendidikan informal. Lingkungan rumah tangga atau lingkungan keluarga, memberikan peranan yang sangat berarti dalam proses pembentukan kepribadian muslim sejak dini. Sebab di lingkungan inilah seseorang menerima sejumlah nilai dan norma yang ditanamkan sejak masa kecilnya. Allah swt berfirman dalam QS. Āli Imrān (3): 102,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam.

Seruan kepada orang-orang beriman untuk bertakwa dalam ayat di atas, bermuara pada pembentukan kepribadian muslim. Itulah sebabnya, ayat tersebut diakhiri dengan kalimat “muslimun”. Orang yang beriman hendaknya menumbuhkan karakter taqwa pada dirinya. Dengan bertumbuhnya ketakwaan tersebut secara pesat, akan melahirkan kepribadian muslim. Dalam perkataan lain bahwa dengan keimanan dan ketakwaan tersebut, akan terbentuk suatu kepribadian muslim. Dengan demikian, manusia yang beriman dan bertakwa merupakan citra manusia muslim.

Zakiah Daradjat menyatakan bahwa mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim sebagaimana dalam ayat tadi merupakan ujung dari takwa, sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Lebih lanjut pakar pendidikan ini, menjelaskan bahwa sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola takwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya.

Pembentukan insan kamil sebagai indikator kepribadian muslim, berlangsung secara berangsur-angsur, dan bukanlah hal yang sekali jadi, melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian merupakan suatu proses. Akhir dari perkembangan itu, kalau berlangsung dengan baik, akan menghasilkan suatu kepribadian yang harmonis. Selanjutnya, kepribadian itu disebut harmonis kalau segala aspek-aspeknya seimbang, kalau tenaga-tenaga bekerja simbang pula sesuai dengan kebutuhan. Pada segi lain, kepribadian yang harmonis dapat dikenal, pada adanya keseimbangan antara peranan individu dengan pengaruh lingkungan sekitarnya.upaya mewujudkan kepribadian muslim, agama Islam dalam konsep pendidikannya, mengarahkan secara integral obyeknya ditujukan kepada manusia untuk berkepribadian ideal, sehingga tidak akan tertinggal dan terabaikan, baik dari segi jasmani maupun rohani, baik kehidupan secara mutlak maupun segala kegiatan di alam syahada ini (bumi). Islam memandang manusia secara totalitas, atas dasar fitrah yang diberikan dari Allah kepada hambaNya, tidak sedikit pun yang diabaikan dan tidak memaksa apapun selain apa yang dijadikanNya sesuai dengan fitrahnya.

Pandangan tersebut memberikan petunjuk dengan jelas bahwa dalam rangka mencapai tujuan kepribadian muslim, Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang. Terkait dengan itu, maka seluruh potensi yang dimiliki manusia diharapkan dapat berfungsi sebagai pengabdi dan sebagai khalifah di bumi ini. Atas dasar itu M. Quraish Shihab berpendapat bahwa tujuan pendidikan Alquran (Islam) adalah membina manusia muslim secara pribadi dan kelompok, sehingga mereka mampu menjalankan khalifahnya,  guna membangun dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah, atau dengan kata lain untuk bertakwa kepada Allah swt.

Dengan demikian, pendidikan harus mampu membina, mengarahkan dan melatih semua potensi jasmani, jiwa dan akal manusia secara optimal agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai “khalifah”. Di samping itu, mengisyaratkan perlunya parencanaan tujuan pendidikan yang sesuai dengan situasi masyarakat.

Adapun tujuan khusus Pendidikan Islam, dapat dikaitkan dengan tujuan keagamaan itu sendiri yang meliputi : pembinaan akhlak menyiapkan anak didik untuk hidup dunia dan akhirat penguasaan ilmu, dan keterampilan bekerja dalam masyarakat. Tujuan-tujuan di atas, meliputi ciri khas yang harus dimiliki seorang muslim, dan dari situ dapat diketahui bahwa tujuan khusus pendidikan keagamaan memiliki indikator sebagai berikut:

1.mengarahkan manusia muslim menjadi khalifah yakni melaksanakan tugas untuk memakmurkan bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.

2.mengarahkan manusia muslim dalam melaksanakan tugas kekhalifahan itu, dalam rangka beribadah kepada Allah swt.

3.mengarahkan manusia muslim untuk berakhlak mulia, sehingga tidak melenceng dari fungsi kekhalifahan.

4.mengarahkan semua potensi manusia muslim (akal, jiwa dan fisik) untuk memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan dalam rangka mendukung tugas pengabdian dan fungsi kekhalifahannya.

Manusia muslim yang memiliki ciri-ciri tersebut secara umum adalah kepribadian manusia yang ideal dan dapat diistilahkan sebagai insan kamil, atas dasar ini dapat dikatakan bahwa para ahli pendidikan Islam pada hakekatnya sepakat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia insan kamil, yakni manusia sempurna yang dalam kehidiupannya senantiasa beribadah kepada Allah dalam rangka pelaksanaan fungsi kekhalifahannya di muka bumi.

Lingkungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan, karena perkembangan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif dan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan sikap, akhlak dan perasaan agama.[8] Dapat dipahami bahwa penerapan pendidikan Islam secara baik pada lingkungan keluarga, memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian muslim.


referensi :

Abu ahmadi.1991.ilmu pendidikan.jakarta: rineka cipta
Ramayulis.1994.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Kalam Mulia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun