Mohon tunggu...
Asron Da Finsie
Asron Da Finsie Mohon Tunggu... Local Civil Government -

Mengisi waktu luang dengan menulis sepulang kerja aplikasi penglihatan mata, hati dan telinga terhadap lingkungan sekitar untuk perubahan kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Sanjo", Tradisi Mengunjungi Warga di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan

26 Juni 2017   01:45 Diperbarui: 26 Juni 2017   13:14 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Pagi-pagi sekali pukul 06.30 WIB, saya sudah bergegas menuju masjid komplek kami untuk menunaikan sholat Idul Fitri 1438 H. Saya duluan dan nanti selang beberapa menit, istri dan anak-anak juga akan menyusul ke masjid. Duluan datang ke masjid karena saya bersama teman-teman lain akan mempersiapkan, mengoordinir remaja masjid untuk mengedarkan "sholawat" istilahnya, yakni dengan membentangkan sajadah menyusuri shaf per shaf dari jemaah sholat Ied yang akan melemparkan uang infaqnya ke dalam sajadah. Beragam mulai dari nilai seribuan sampai yang paling besar seratus ribuan. Untuk jemaah laki-laki dikerjakan oleh remaja masjid putra dan jemaah perempuan oleh remaja masjid putri.

Setelah sajadah "sholawat" itu telah cukup berat, dioperkan kepada kami yang sudah siap menghitung perolehan di samping mihrab (tempat khotib khutbah) pada ruangan tersendiri. Merapikan dan mengklasifikasikan satu persatu uang infaq dengan menyusun sesuai nilai uangnya, yang ribuan dengan ribuan, ratusan dengan ratusan. Sementara itu pembawa acara memandu jalannya acara sebelum sholat Ied, dengan sambutan-sambutan Ketua Masjid, Pak Lurah, laporan keuangan zakat fitrah, mengingatkan kembali para jemaah tentang tata cara dan bacaan sholat Ied karena dikerjakan setahun sekali khawatir lupa.

Selesai penghitungan uang infaq langsung diumumkan oleh pembawa acara perolehan jumlah uang infaq tersebut. Terasa rumit dan lamban ketika harus membuka satu persatu dan mengklasifikasikan uang infaq, apalagi jika uangnya terkadang digumpal-gumpal oleh si pemberi infaq, tetapi hal ini haruslah dikerjakan karena untuk mengetahui kepastian jumlah uang yang diperoleh.

Selesai sholat Ied, ada tradisi yang tidak pernah ditinggalkan pada komplek kami, yakni "sanjo" (Berkunjung) silaturahmi dari rumah ke rumah warga komplek. Karena banyaknya warga komplek maka dibagi untuk sanjo ini dilakukan hanya pada RT masing-masing. Jika harus di-sanjo semua tentu akan membutuhkan waktu yang cukup panjang dan melelahkan, bayangkan satu Kelurahan. 

Sanjo ini akan dimulai masing-masing RT dengan terlebih dahulu menuju rumahnya Pak RT. Sebuah bentuk penghargaan tak tertulis dari warga dan Pak RT juga seperti menyadari itu sehingga dia dengan senang hati akan memandu warga RT untuk sanjo ke rumah warga yang mana dulu, dengan catatan si warga harus ikut dalam rombongan sanjo itu, jika ada yang menyalip ditengah jalan, artinya titik awal sanjo tidak dilakukannya dari rumah Pak RT, maka jangan harap rumahnya akan ikut di-sanjo-i (datangi) warga.

Tradisi sanjo ini, katakanlah hampir membudaya di setiap RT dalam Kelurahan di wilayah Kota Lubuk Linggau. Tampaknya juga warga senang untuk melestarikan budaya ini. Apalagi kompleksitas aktivitas keseharian warga terbilang cukup tinggi (sibuk) yang tidak akan mungkin berkunjung (sanjo) satu per satu dari rumah kerumah warga setelah sholat Ied. Jadilah budaya ini melestari secara alami.

Urusan sanjo dalam RT akan selesai pada pukul setengah 12.00 siang atau sebelum masuk waktu sholat zhuhur. Setelah sholat zhuhur, maka warga RT akan sanjo juga keluar komplek mengunjungi sanak keluarganya yang berada di luar komplek. Sedangkan saya terpaksa agak molor sanjo keluar komplek karena adik-adik ternyata sudah lebih dulu berdatangan kerumah kami. Jadilah acara berlebaran rianya digelar di rumah kami dulu.

Sebuah tradisi yang menjunjung budaya kearifan lokal ini, mungkin juga tidak akan ditemui di tempat lain atau mungkin juga jenisnya akan berbeda. Namun, tradisi sanjo dari rumah ke rumah setelah sholat ied, lebaran ini, akan terasa sekali berkesan nuansa kekeluargaan yang terjalin akrab di antara warga RT. Mereka mendatangi rumah ke rumah dengan tak henti-henti bersenda gurau melepas kerinduan berjumpa dengan tetangganya yang terkadang karena kesibukan kesehariannya jarang bisa dapat berkomunikasi langsung antar mereka.

Semoga tradisi sanjo (berkunjung) setelah selesai melaksanakan sholat Ied ini akan tetap lestari terjaga sampai ke anak cucu kami kelak. Sebuah simbol keakraban, kerukunan, perdamaian dan persatuan dari unit terkecil pemerintahan negara kita ini. Ada bahagia tersendiri terpatri di sanubari warga RT. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun