Mohon tunggu...
Asron Da Finsie
Asron Da Finsie Mohon Tunggu... Local Civil Government -

Mengisi waktu luang dengan menulis sepulang kerja aplikasi penglihatan mata, hati dan telinga terhadap lingkungan sekitar untuk perubahan kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menjadi Dokter, Biaya Kuliah Mahal

1 Juli 2017   21:32 Diperbarui: 5 Juli 2017   14:49 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Eksploitasi tenaga medis, tindakan eksploitasi kepada para pelaku tenaga medis dengan mempekerjakan tanpa batasan waktu yang jelas. Meninggalnya seorang dokter muda yang diduga karena kelelahan bekerja di rumah sakit. Dokter Stefanus Taofik, meninggal saat bekerja pada piket lebaran pada 27 Juni kemarin. Beberapa kabar menyebutkan bahwa dokter muda ini meninggal dunia karena kelelahan setelah bekerja 5 hari non-stop. kompas.com

Berdasarkan UU Keternagakerjaan, waktu bekerja adalah 40 jam per minggu atau 8 jam sehari untuk lima hari kerja. Namun, dokter biasanya berpraktik di tiga tempat sekaligus milik pemerintah, swasta, maupun praktik perorangan sesuai dengan Peraturan Menkes RI nomor 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Praktek Kedokteran. Kompasiana.com

Benarkah eksploitasi itu terjadi..? Simak komentar pada artikel Kasus Tenaga Medis Kelebihan Beban Kerja Bukan Hanya Terjadi di Indonesia. (Kompasiana news). Ini 'commentnya' : 40 jam seminggu atau 8 jam sehari dengan 5 hari kerja sudah cocok sama dengan kerja guru, cumaaaa kadang dokternya juga kan yang maksain diri, setelah 8 jam sehari malamnya masih praktek pribadi, atau ngajar les tambahan sore atau malamnya alangkah baiknya kalau dibawa istirahat sehingga tidak kelelahan dehidrasi dan lain-lain. Susi respati setyorini.

Sebuah 'comment' yang terasa tidak mengenakkan untuk didengar dan dilihat, apalagi dilihat dan didengar oleh seorang dokter, mukanya pasti bersemu merah.  Tapi apakah sang dokter ada pilihan lain..? ketika sewaktu masih menuntut ilmu (kuliah) kedokteran bukan rahasia umum lagi berapa 'cost' yang mesti dikeluarkan oleh orang tua si dokter (lazimnya dibiayai orang tua). Apalagi jika disandingkan dengan kuliah bidang-bidang sosial (Sospol, Pemerintahan, Hukum dsb), jelas fakultas kedokteran menyedot 'cost' tinggi. Memang itu faktanya karena ilmu kedokteran itu sendiri rumit dan memerlukan penjiwaan serta IQ yang mampu pula untuk mendalaminya.

Jadi, ketika harus menyalahkan aturan jam kerja 40 jam atau 8 jam tersebut rasanya terasa berlebihan ketika kita mendengar dan melihat seorang dokter yang seperti diceritakan diatas, si dokter terlihat seperti mengesampingkan kesehatannya sendiri termasuk itu berhubungan dengan nyawanya. Tapi.. tidak juga lantas semua dokter akan rela berkerja non-stop dan mengorbankan kesehatannya sendiri. Masih ada juga yang tidak harus memaksakan diri seperti itu. 

Ketika tugas Negara atau ditugaskan Pemerintah atau instansi yang berwenang atau dimana tempat dia berkerja untuk keadaan khusus seperti moment lebaran ini, memang aturan atau regulasi untuk tugas dokter ini haruslah jelas dan tegas (kompasiana news). Jangan hanya tenaga mereka saja yang dieksploitasi tanpa memikirkan kesehatan mereka. Sudah cukup lah kita melihat kejadian si dokter Stefanus Taofik ini yang terakhir. Jangan karena kita rada malas untuk membuat regulasi akhirnya dokter-dokter kita 'bertumbangan gugur' secara perlahan. Semoga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun