Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Atletik Pilihan

Saya Dulu Atlet Atletik

20 Mei 2019   11:48 Diperbarui: 20 Mei 2019   12:48 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1984 ketika mantan pacar juara lari 10 km tingkat desa. Dokpri

Bicara atau membahas Mandiri Jogja Marathon 2019 menggugah kenangan lama saya pada tahun 1967 hingga 1984, kala itu masih duduk di SD hingga menjadi guru olahraga di SD. 

Tahun 1967, saya masih tinggal di Jalan Embong Tanjung Surabaya dan sekolah di daerah Ketabang Kali dengan jarak tak terlalu jauh, hanya sekitar 1,5 km saja. Tapi untuk anak kelas 2 SD cukup lumayan jika harus ditempuh dengan jalan kaki di Surabaya yang panas. Setelah peristiwa G30S, kami pindah ke desa di Malang dan harus berjalan kaki ke sekolah dengan jarak sekitar 5-6 km setiap hari . 

Bahkan saat kuliah di tahun 1979 di IKIP Malang tetap masih sering jalan kaki atau naik sepeda jengki. Karena selalu jalan kaki bahkan kadang lomba lari di antara petak sawah atau sepanjang pematang dan jalan setapak menyusuri tepian sungai bersama teman saat pulang atau mengejar waktu agar tidak kehujanan dengan taruhan mendapat buah kedondong atau rukem jika menang.

Tahun 1977, pertama kali ikut lomba jalan cepat yang diadakan oleh KNPI tanpa mendapat juara dan sejak itu mulai senang ikut lomba atletik terutama jalan cepat dan lari jarak menengah 3-10 km. Tak ada target juara selain bersenang-senang saja.

Sempat jadi pelatih juga-Dokpri
Sempat jadi pelatih juga-Dokpri

Dokpri
Dokpri

1981 saya menjadi guru olahraga, sebuah profesi yang jauh dari cita-cita dan pendidikan. Tapi apa boleh buat. Pada masa itu guru olahraga masih belum membumi dan kegiatan  lomba juga belum ada dan yang paling sering dilakukan hanya sepakbola dan kasti. Karena saya tertarik pada cabang atletik maka kadang para siswa saya ajak jalan-jalan menyusuri pedestrian kota Malang atau lari di sekitar alun-alun dan stadion Malang.

Sebagai guru olahraga yang mulai mengenal atletik dari para atlit professional di antaranya pelari wanita yang cukup ternama di negeri ini kala itu, yakni Heni Maspaitella saya pun mulai terlatih dengan cukup baik sekalipun sudah terlambat usia.

1984 saya ikut lomba marathon di Surabaya, start dari Bundaran Aloha dan finish di depan Gedung Pemuda Surabaya. Tak mendapat hadiah sama sekali karena hanya finish di urutan ke 20. Lumayan. Pada masa itu juga sering ikut lomba lari tingkat desa bersama rekan guru. Sekali pun tingkat desa toh tetap tak pernah mendapat juara juga. 

Ternyata orang desa yang sering bermain bola tarpung atau antar kampung atau sering ke sekolah dengan jalan kaki serta lari kecil apalagi wilayahnya bukit dan lembah naik turun kalau lari nafasnya kuat dan panjang bagaikan kerbau. Bahkan pada saat itu, saya kalah dengan calon istri yang masih duduk di SMS justru menyabet juara 1 untuk kelompok putri. Ampuuuun...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun