Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kisah Perjalanan ke Batam-Singapore-Johor Bahru-Kuala Lumpur

23 Oktober 2013   22:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:07 18288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini dibuat untuk ikut memberi tips bagaimana bisa melakukan perjalanan yang terjangkau bagi wisatawan yang bermodal tak banyak atau backpacker ke Singapore dan Malaysia. Penulis perlu ikut memberi arahan karena pernah terbantu oleh sebuah tips yang diunduh di google. Dengan semakin banyak tips perjalanan maka di antara kita bisa saling memberi informasi bagaimana cara berwisata  yang terjangkau, nyaman dan aman.

Pada tanggal 17 hingga 20 Oktober 2013, penulis melakukan perjalanan dari Batam – Singapore – Johor Bahru – Kuala Lumpur, pulang pergi. Cara ini ditempuh sebab dirasa lebih murah. Untuk mendapat tiket murah selain bisa membeli tiket promo juga bisa lewat kenalan kawan yang bekerja di biro travel atau penjual tiket pesawat terbang. Sebenarnya harga tiket terjangkau setiap hari itu ada namun membelinya harus seminggu atau dua minggu sebelumnya. Cara membeli tiket seminggu atau dua minggu sebelumnya lebih enak daripada membeli tiket promo yang harus menunggu sampai 5 bulan. Harganya tidak beda jauh.

Saya membeli tiket ke Jakarta-Batam pulang pergi pada sebuah maskapai swasta hanya Rp1.190.00, bandingkan dengan sebuah pesawat milik pemerintah sekali jalan ke Changi Singapore atau Kuala Lumpur Malaysia Rp1.500.000. Bila kita membeli tiket pesawat milik pemerintah, biaya pulang pergi ke Singapore atau Malaysia sudah mencapai Rp3.000.000.

Setelah tiba di Airport Hang Nadim, Batam, saya naik bus Damri, Rp20.000, menuju ke sebuah perempatan yang ada Mall Kepri. Dari perempatan itu naik angkot menuju Pelabuhan Batam Center, ku kasih Rp5.000. Sesampai di pelabuhan Batam Center di situ banyak pilihan Ferry menuju ke Singapura atau Malaysia. Karena saya mau ke Singapura maka pelabuhan yang aku pilih adalah Harbour Front. Saya membeli sebuah tiket ferry pada sebuah jasa seharga 24 $ Sing atau sekitar Rp240.000.

[caption id="attachment_296667" align="aligncenter" width="300" caption="Harbour Front"]

13825417381071510210
13825417381071510210
[/caption]

Perjalanan dari Batam Center menuju Harbour Front sekitar satu jam. Pemandangan di sekitar ya kita melihat laut dan menemui kapal-kapal tanker. Setelah merapat di pelabuhan itu kita akan diperiksa petugas imigrasi. Petugas imigrasi Singapore terkesan angker namun mereka ramah. Mereka akan menyebut nama kita sehingga membawa suasana yang akrab. Selepas pemeriksaan kita menuju ke Stasiun MRT Harbour Front. Di tempat ini bisa membeli card (kartu) MRT ke segala penjuru Singapore. Bila pengunjung baru, ia harus membeli card seharga 2 $ Sin dan biaya untuk elektrik 10 $ Sin. Nilai sebanyak itu cukup untuk keliling Singapura. Bila nilai elektrik itu habis bisa diisi ulang. Sesuai dengan kebutuhan perjalanan.

Bila kita baru pertama kali ke Singapore pasti akan bingung arah dan lintasan MRT atau bas (bus) namun bila sudah pernah rute yang ada mengasyikkan sebab semuanya terintegrasi dan dengan bermodalkan card bisa keluar masuk angkutan umum. Karena saya mempunyai tujuan ke Kuala Lumpur maka hari pertama saya hanya menuju ke Marina Bay. Untuk berfoto di Merlion. Marina Bay merupakan salah satu icon Singapore. Bila sudah ke berfoto di samping Merlion, orang lain sudah tahu bahwa kita sudah pernah di Singapore.

[caption id="attachment_296652" align="aligncenter" width="300" caption="kawasan marina bay"]

1382540685336771833
1382540685336771833
[/caption]

[caption id="attachment_296668" align="aligncenter" width="300" caption="kawasan marina bay"]

1382541851235239307
1382541851235239307
[/caption]

[caption id="attachment_296683" align="aligncenter" width="300" caption="kawasan marina bay"]

13825427651359042915
13825427651359042915
[/caption]

Selepas dari Marina Bay saya naik bus ke arah Lavender. Saya menuju ke arah Lavender karena disebut di wilayah ini ada station bus ke arah Johor Bahru. Setelah tiba di Lavender saya bertanya kepada seseorang di mana station bus itu. Setelah saya selusuri ternyata station itu berada di kawasan Bugis. Tidak masalah salah arah karena saya sambil jalan-jalan menikmati suasana kota.

Setelah berada di terminal itu, saya membeli tiket bus Singapore-Johor. Penjual tiket itu menyebut harga dengan bahasa Inggris yang cepat dan beraksen China sehingga membuat aku tak paham. Aku beri 10 $ Sin dan aku berlalu menuju tempat bus. Aku baru sadar di tiket ternyata harganya 2,4 $ Sin. Melihat hal yang demikian aku pasrah saja sebab mau menagih kembaliannya nggak ada bukti. Namun tidak lama kemudian penjual tiket itu mengembalikan kembalian uang 7,6 $ Sin. Dari sini menunjukkan orang Singapore jujur.

Enaknya naik bus di sana menunggu keberangkatan tidak lama. Mereka berdasarkan jam namun biasanya bus selalu penuh. Tak lama kemudian bus meninggalkan station itu menuju ke arah Johor. Melintasi jalan di Singapore kita akan melihat rapinya lalu lintas di sana. Ada sedikit kemacetan saat berada di check point baik di Singapore dan Johor namun semuanya tak sampai berjam-jam seperti di Jakarta.

Saat berada di Check Point Singapore, suasana angker nampak dalam pemeriksaan namun petugas Singapore selalu menyapa nama kita sesuai dengan nama yang ada di pasport. Di sini menunjukkan sisi ramah yang hendak ditampilkan. Selepas di check point di Singapore penumpang bus melanjutkan perjalanan menuju ke Johor. Di jembatan yang menghubungkan Malaysia dan Singapore kemacetan mengular, bus, sedan, truk panjang dan lebar berderet menuju ke tempat pemeriksaan imigrasi Malaysia. Sama seperti di Singapore maka semua penumpang disuruh menunjukkan identitasnya. Bagi penduduk asli mereka melalui jalur khusus. Sementara yang menggunakan pasport harus melintasi jalur itu. Di sini letak perbedaan petugas imigrasi Singapore dan Malaysia. Petugas  imigrasi Malaysia hanya memandang wajah kita dan tidak menyebut nama kita.

Dalam naik bus, penulis harap penumpang harus memperhatikan dan menghapalkan nomer bus dan penumpang sebab bila kita kehilangan arah atau kebingungan kita bisa melihat ke mana arah penumpang itu berjalan. Biasanya penumpang bus akan menuju ke bus yang membawa ke tempat tujuan. Bisa juga menanyakan kepada petugas atau bertanya kepada orang lain. Saat di pemeriksaan imigrasi Johor, penulis kehilangan arah, tidak menuju ke bus namun ke arah terminal yang berada di bawah kantor imigrasi. Sayangnya jarak ke Larkin, terminal bus di Johor terbesar, dekat dan hanya membayar 1 RM (ringgit Malaysia).

Penulis pun menuju ke Larkin. Terminal Larkin itu mirip dengan terminal Kampung Rambutan atau Rawa Mangun. Di mana banyak loket bus yang melayani ke segala tujuan  ke Kuala Lumpur dan kota-kota lainnya. Di sana pun banyak calo yang menawarkan tiket namun jangan khawatir calo itu memaksa seperti di terminal-terminal di Indonesia. ketika kita bila tidak mereka langsung tak menawari lagi.

Penulis melihat loket bus yang menuju Kuala Lumpur, salah satu bus itu adalah Transnasional. Harga tiketnya sekitar 35 RM. Syukur saat naik bus itu penumpang sudah penuh sehingga tak menunggu lama. Perjalanan Johor – Kuala Lumpur sejauh 300 km. Sekitar Surabaya-Jogjakarta namun jalan ke sana lewat tol terus sehingga bebas macet dan lebih cepat. Menarik di tol Malaysia adalah sepeda motor bisa melintasi jalan tol. Hal ini ditempu bisa jadi karena sepeda motor jumlahnya terkendali dan keberadaannya tidak mengganggu kendaraan roda 4 dan lebih. Kalau di Indonesia sepeda motor diperkenankan masuk ke tol, bisa jadi ratusan sepeda motor akan menggunakan jalan tol dan pastinya akan mengganggu kendaraan roda 4 dan lebih.

[caption id="attachment_296655" align="aligncenter" width="300" caption="bus di malaysia"]

1382540861236934436
1382540861236934436
[/caption]

Sama seperti di Indonesia, sekali bus masuk ke pujasera. Di pujasera itu penumpang diberi waktu istirahat sekitar 20 menit. Mereka bisa ke toilet atau makan dan minum. Menurut seorang penumpang bahwa pujasera tempat berhenti itu satu satunya pujasera yang masih bertahan, yang lain sudah banyak yang bangkrut. Dikatakan lagi, seperti di Indonesia, sopir bus itu oleh pihak pujasera selain makan dan minum gratis juga diberi uang oleh pengelola pujasera.

Setelah bus selesai beristirahat, perjalanan dilanjutkan kembali. Dalam perjalanan mendekati Kuala Lumpur, bus menurunkan penumpang di beberapa tempat pemberhentian, seperti di Serdang. Dan akhirnya bus berhenti di titik terakhir di Bandar Tasik Selatan. Bandar Tasik Selatan merupakan terminal terpadu di Malaysia yang menuju ke arah selatan.

[caption id="attachment_296657" align="aligncenter" width="300" caption="bandar tasik selatan"]

13825409611265660152
13825409611265660152
[/caption]

Semua penumpang turun di bandar ini. Penulis berkehendak menuju Petaling Street. Bingung pastinya sehingga harus bertanya kepada petugas. Petugas pun menunjukkan arah MRT. Masih bingung maka menanyakan kepada orang lagi. Orang bingung ketika saya menyebut Petaling, sebab ada Petaling Jaya dan Petaling Street. Setelah saya tunjukkan sebuah cara perjalanan ke Kuala Lumpur, orang itu baru sadar dan menunjukkan arah.

Naik MRT di Malaysia lain dengan di Singapore. Di Malaysia tidak ada tiket terusan. Penumpang membeli tiket berdasarkan tiket satu rute. Untuk melihat rute dan harga tiketnya, penumpang bisa melihat ke sebuah box yang ada di depan pintu masuk stasion MRT. Saya pun ditunjukkan ke stasiun Plaza Rakyat. Stasiun ini yang membawa ke arah Petaling Street alias China Town. Harga tiket MRT dari Bandar Tasik Selatan ke Plaza Rakyat sekitar 1,2 RM.

[caption id="attachment_296670" align="aligncenter" width="300" caption="Petaling Street"]

13825420322095161225
13825420322095161225
[/caption]

[caption id="attachment_296682" align="aligncenter" width="300" caption="petaling street"]

1382542629516276000
1382542629516276000
[/caption]

Tak lama kemudian MRT datang dan penulis naik ke MRT. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekejap menurut orang Malaysia. Akhirnya sampailah di stasiun Plaza Rakyat. Saat itu suasana di sekitar itu sudah malam, sudah tak banyak orang melintas. Dalam kebingungan saya bertanya di mana Petaling Street lagi namun masih banyak orang bingung hingga akhirnya saya bertanya kepada polis. Polis cukup ramah menunjukkan arah dan memberi peta.

Akhirnya sampailah di kawasan Petaling Steet, karena sudah lapar maka saya mencari makan karena keterbatasan anggaran maka penulis mencari warung makan yang murah. Kalau di Jakarta kayak Warteg gitu. Makan seadanya hanya menghabiskan sekitar 4 RM. Selepas ngobrol sekadarnya dengan pemilik warung, penulis berjalan mencaci hostel. Akhirnya bertemu dengan hostel untuk backpacker. Di hostel itu ada banyak pilihan harga untuk mulai dari  70 RM sampai 39 RM. Penulis memilih yang harga 39 RM. Yang penting bisa buat tidur.

Paginya, penulis segera bangun dan hendak melihat menara Kembar Petronas. Sebelum pergi ke sana, penulis hanya membeli roti dan kopi yang semuanya sekitar 2 RM-an. Memilih makan roti agar mengirit. Selepas makan roti kaki kuayunkan menyelusuri Petaling Street atau China Town. Di daerah ini banyak sekali wisata kuliner dengan menu khas China. Tak hanya itu, huruf dan budaya China dominan di daerah ini tak heran bila daerah itu disebut China Town.

Sebagai orang yang pertama kali di Kuala Lumpur, penulis pasti masih bingung ke mana arah menuju Menara Kembar Petronas. Untuk itu maka penulis memberanikan diri bertanya kepada orang. Rupanya dari Petaling Street menuju ke Menara Kembar Petronas bisa ditempuh melalui MRT dan stasiunnya tak jauh dari tempat bertanya. Orang yang aku tanya itu mengatakan untuk bisa mencapai Menara Kembar Petronas turun di Stasiun KLCC.

Berbekal dengan informasi itu aku melangkah menuju ke stasiun yang tak jauh dari aku ke tempat bertanya tadi. Sesampai di stasiun itu kutanyakan apakah ada tiket terusan. Dengan nada sedikit ketus penjaga informasi mengatakan tidak ada. Seperti biasanya membeli tiket MRT di Kuala Lumpur dari box yang disediakan. Di box itu calon penumpang bisa memilih jurusan dan harga tiketnya. Aku pun memilih jurusan KLCC dan membayar ringgit yang tak mahal. 1,7 RM.

Akhirnya penulis bisa naik MRT ke arah KLCC. Karena tak jauh akhirnya bisa tiba di KLCC. Begitu keluar dari stasiun itu aku terhubung dengan mall yang elit di mana berbagai produk pakaian yang sudah punya nama ada di mall itu. Di mall itu aku bertanya di mana bisa melihat Menara Kembar Petronas. Disarankan aku ke keluar mall ke arah danau. Begitu tiba di luar mall kucoba aku memandang ke langit, wooo penulis sangat takjub, ternyata aku telah berada di bahwa menara yang sangat terkenal itu.

13825421491512313148
13825421491512313148

Penulis pun menuju ke arah danau, taman yang berada di mall itu dengan harapan pandangan ke menara bisa menjadi lebih lapang. Rupanya benar di sekitar danau aku bisa memandang menara itu dengan lebih indah. Kunikmati pemandangan di tempat itu. Di taman itu pula aku melihat anak-anak sekolah sedang duduk bersama sambil makan. Sementara yang lain ada yang olah raga.

Ingin mengambil gambar dengan latar belakang gedung itu namun sayangnya belum ada orang yang mendekat. Syukurnya tak lama kemudian ada 2 orang anak muda yang berjalan mendekat ke arah penulis. Seketika aku meminta tolong untuk memotret diriku. Dengan ramah ia mengambil foto penulis dengan latar belakang menara. Sepertinya ia sangat pengalaman memotret, buktinya foto yang ada sesuai dengan keinginan penulis.

Ingin naik ke puncak menara? Pasti. Namun karena biayanya cukup mahal 80 RM maka niat itu kuurungkan. Saya dalam hati mengatakan nanti saja kalau ke Kuala Lumpur lagi. Mahalnya biaya naik puncak itu kusampaikan kepada seorang Malaysia yang berada duduk di taman sebelah lain mall itu. Orang itu mengatakan bahwa dirinya juga belum pernah naik ke puncak menara. “Daripada naik ke puncak menara mending uangnya buat pigi makan,” ujarnya dengan santai.

Setelah puas menikmati menara itu aku kembali ke Stasiun KLCC dengan tujuan Batu Caves. Batu Caves adalah kuil Hindhu yang berada di pinggiran Kuala Lumpur. Untuk menuju ke sana saya diarahkan seorang gadis Malaysia. Ia menuntun aku sampai ke stasiun center. Dari situ pindah kereta bukan MRT langsung ke Batu Caves. Enaknya Stasiun Batu Caves bersebelahan langsung dengan kuil itu. Begitu tiba di stasiun melangkah sedikit sudah sampai kuil.

Di kuil itu menceritakan tentang perjalanan Rama merebut Shinta yang dikurung oleh Rahwana. Sebab tentang cerita Ramayana maka di situ juga ada patung Hanoman. Ikon dari kuil itu adalah ada patung Dewa Rama yang tinggi dan berwarna emas. Di sebut patung itu merupakan patung tertinggi di dunia.

[caption id="attachment_296676" align="aligncenter" width="300" caption="batu caves"]

13825422341701632366
13825422341701632366
[/caption] [caption id="attachment_296662" align="aligncenter" width="300" caption="Batu Caves"]
13825412001565060346
13825412001565060346
[/caption]

Di kuil itu ada sebuah jalan berundak atau tangga yang tinggi dan curam dengan ratusan anak tangga. Bila pengunjung mampu menaiki tangga itu sampai akhir ia akan menemukan gua. Di dalam gua disebut banyak patung yang menceritakan kisah Ramayana. Di kuil itu tidak hanya dipenuhi orang India namun juga orang dari berbagai belahan dunia.

Agar perjalanan anda penuh variasi anda harus berani melakukan tantangan. Maksudnya begini, bila perjalanan sebelumnya anda naik kereta maka baliknya sebaiknya menggunakan angkutan lain. Penulis pun demikian, balik dari Batu Caves untuk menuju Kota Kuala Lumpur, penulis memberanikan diri naik bus. Bus dari Batu Caves ke kota raya Kuala lumpur 2,50 RM. Memang benar perjalanan naik bus ke kota menambah wawasan penulis sebab dari bus itu kita bisa melihat geliat ekonomi Kuala Lumpur. Dan akhirnya tak sengaja penulis bisa melihat Gedung Sultan Abdul Samad, sebuah bangunan tua yang dijaga kelestariannya.

[caption id="attachment_296663" align="aligncenter" width="300" caption="Gedung Sultan Abdul Samad"]

1382541255271204645
1382541255271204645
[/caption]

Tak hanya itu, penulis bisa mengunjungi Galerry Kuala Lumpur. Galery Kuala Lumpur adalah sebuah tempat yang memvisualkan Kuala Lumpur dari maket. Di tempat itu juga ada foto-foto tentang sejarah Kuala Lumpur dan Malaysia. Di tempat itu juga ada sebuah tempat untuk para pengrajin membuat berbagai souvenir ikon-ikon kota Kuala Lumpur seperti Menara Petronas. Yang penulis kaget ada seorang pengrajin yang membuat wayang khas Indonesia.

Di Galerry Kuala Lumpur itu pengunjung disambut dengan ramah oleh petugas dan seperti tempat wisata lainnya masuk Galerry Kuala Lumpur percuma alias gratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun