Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

PT KAI Harus Sejajar dengan DB dan SCNF

25 September 2017   14:03 Diperbarui: 25 September 2017   15:24 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naik TGV dari Paris Perancis ke Frankfurt Jerman

Semakin tak terkendalinya pembelian kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, ditambah dengan lambannya pembangunan infrastruktur jalan, membuat ruas jalan di berbagai kota dan penghubungnya menjadi tempat yang tidak nyaman, melelahkan, membosankan, dan buang-buang waktu bagi penggunanya. Hal demikian bisa terjadi sebab kendaraan roda dua dan roda empat tumpah ruah di jalan sehingga menimbulkan kemacetan yang berkepanjangan.

Kemacetan yang terjadi membuat jarak tempuh yang dahulunya bisa dilalui sekitar 2 jam, membengkak empat jam bahkan lebih. Semakin macet mengular, jarak tempuhnya semakin lama. Contohnya dahulu jarak Jakarta-Bandung lewat Tol Cikampek dan Cipularang hanya memakan waktu 2 jam, sekarang sebab macet di Tol ruas Bekasi dan Karawang dan masuk ke Tol Pausteur, Bandung, perjalanan ditempuh bisa menjadi empat jam bahkan lebih. Masih bisa menempuh perjalanan Jakarta-Bandung selama 2 jam namun itu harus dilakukan pada jam perjalanan di atas 23.00 hingga 04.00. Jam-jama seperti ini merupakan jam di mana orang tidur atau tak beraktivitas.

Kejadian yang demikian tidak hanya di jalan tol menuju ke Bandung dari Jakarta namun juga di ruas-ruas jalan yang lain, termasuk perjalanan dari Kota Padang menuju ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat, yang sebelumnya bisa ditempuh dua jam sekarang melar sekitar 4 jam, dengan problem yang sama, membludagnya jumlah kendaraan roda empat.

Ruas-ruas jalan baik jalan tol maupun non-tol semakin parah dan menyedihkan apalagi di Hari Raya Idul Fitri atau hari libur nasional yang panjang, seperti Tahun Baru.

Dari kemacetan yang terjadi dan sampai saat ini berusaha untuk terus diuraikan dan diselesaikan oleh pemerintah, timbul alternatif dari masyarakat untuk mencari moda transportasi yang aman, nyaman, tepat waktu, cepat, dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Dari moda transportasi seperti itu, ada beberapa pilihan yakni kereta api, pesawat terbang, dan kapal laut.

Namun akhirnya masyarakat memeras lagi pikirannya hingga dirasa yang paling pas dan tepat adalah kereta api. Kita harus jujur ada sebagaian masyarakat yang takut dengan ketinggian, hypherphobia, sehingga mereka tidak mau naik pesawat terbang. Kemudian kalau memilih naik kapal laut, ada juga yang takut dengan gelombang tinggi, di samping jarak tempuh melalui laut dirasa sangat lama. Jakarta-Makassar bisa lebih dari 24 jam.

Di samping hypherphobia, harga tiket pesawat dirasa mahal apalagi di saat jam-jam padat penerbangan seperti saat Hari Raya Idul Fitri atau tahun baru.

Memilih kereta api untuk perjalanan antarkota antarprovinsi bahkan kalau di negara Eropa dan Malaysia-Thailand, bisa antarnegara, merupakan pilihan yang sangat tepat. Di Indonesia memilih naik kereta api merupakan solusi yang paling benar. Dengan naik kereta api, waktu yang kita tempuh sesuai dengan waktu yang diprakirakan. Bila kita naik kereta jurusan Jakarta-Semarang maka jam perjalanan sesuai dengan apa yang tertera dalam tiket.

Jarak tempuh bisa tepat waktu karena kereta api memiliki jalan sendiri, tak berbagi dengan moda transportasi lainnya, sehingga tak boleh ada jenis kendaraan lain berada di jalur kereta api. Ini diatur dalam undang-undang sehingga jalan kereta api ada hukumnya.

Dari sinilah maka kereta api transportasi bebas hambatan bahkan diutamakan, seperti yang tertera dalam undang-undang. Hal demikian membuat kereta api bisa bebas bergerak sesuai dengan kecepatan yang ditentukan. Beda dengan bila naik bus atau kendaraan roda empat. Di setiap pertigaan, perempatan, atau jalur lurus, ada saja hambatan yang terjadi. Hambatan itu bisa traffic light, laju kendaraan di depan yang tak sama, dan faktor manusia di sekitarnya, seperti pasar.

Ketika PT. KAI di bawah pimpinan Ignasius Jonan, manajemen PT. KAI melakukan perubahan yang revolusioner. Stasiun-stasiun yang dulunya kumuh, banyak pedagang kaki lima, ditata sehingga menjadi sebuah stasiun yang nyaman, bersih, dan tertib. Pun demikian kereta api, gerbongnya menjadi lebih manusiawi. Aturan soal penumpang pun diperketat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun