Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tetaplah Percaya pada Perdamaian dan Kebhinekaan

20 Juli 2017   05:48 Diperbarui: 29 Juli 2017   08:19 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peace - mizanuladyan.files.wordpress.com

Apalagi yang harus kita katakan untuk mengatakan bahwa agama manapun menghargai perbedaan? Gelombang kebencian terhadap penganut agama berbeda kini telah sampai pada tahap lanjut. Tahap di mana argumen yang menyebutkan bahwa pembenci perbedaan itu justru tidak memahami agama secara benar tidak lagi dipedulikan. Kabut di dalam pikiran kini semakin tebal dan ketidakpedulian terhadap kebenaran telah menjadi manipulasi terhadap kebenaran itu sendiri.

Pada Kamis, 19 Juli 2017, pemerintah mencabut izin badan hukum lembaga Hizbut Tahrir Indonesia karena organisasi ini dianggap mengancam Pancasila. Sebaliknya, Hizbut Tahrir justru menganggap pembubaran ini sebagai bentuk otoritarianisme pemerintah yang sedang berkuasa. Lebih manis lagi, mereka menyebutnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia.Ini adalah perang klaim. Ketika pemerintah mengklaim bahwa Hizbut Tahrir menentang Pancasila karena ingin mendirikan negara khilafah, sebaliknya mereka menuding pemerintah bertindak sewenang-wenang.

Dalam polemik ini, harga yang harus dipertaruhkan adalah perdamaian yang telah dicita-citakan sebagai buah pemikiran dan perjuangan para pendiri bangsa. Dalam situasi ini, apa yang kita rasakan adalah konflik yang bertumpu pada ideologi negara dan sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam.Berdirinya Hizbut Tahrir sebagai organisasi resmi di Indonesia tak terlepas dari kekebasan berorganisasi yang disyaratkan dalam demokrasi. Juga sebagai buah dari lepasnya Indonesia dari otorianisme Orde Baru pada 1998.Namun, jika Hizbut Tahrir menolak perbedaan agama dalam konteks negara, maka ada hak manusia lain yang akan dicederai, yakni mereka yang bukan Islam. Maka pendapat Hizbut Tahrir yang menyebut bahwa pembubaran organisasi mereka sebagai pelanggaran hak asasi adalah sesuatu yang membingungkan.

Membingungkan jika kita bersedia dibuat bingung dalam urusan politik yang mau tak mau harus kita terima sebagai fakta ini. Jika kita tidak mau menjadi bingung, maka apapun yang terjadi tidak akan menggugah keyakinan kita tentang hak asasi, dan tentu perdamaian yang terus kita perjuangkan.Sulit untuk tidak berpihak dalam masalah ini. Anda mau tidak mau harus mengamini tindakan pemerintah karena Hizbut Tahrir secara jelas menolak perbedaan. Namun, jika berada pada posisi pemerintah, Anda juga harus bersih-bersih dari rawannya kepentingan politik para elit.

Untuk menghadapinya, Anda sebaiknya menjadi dingin dengan semacam keyakinan yang pada dasarnya tak bisa ditolak oleh jiwa hakiki manusia. Yang pertama adalah anggapan bahwa perdamaian adalah kebaikan, dan yang kedua adalah sadar bahwa kita lahir dalam kehidupan yang berbeda-beda.Politik bisa saja berubah dalam sekejap, presiden pasti berganti sampai kapanpun, partai politik bakal patah dan tumbuh, namun persaudaraan, perdamaian, dan kebhinnekaan, akan tetap seperti sedia kala.

Tak peduli siapapun pemimpin negara, apapun situasinya, perdamaian adalah hal yang harus kita utamakan, sebagaimana juga konflik akan selalu timbul sebagai bagian dari human nature. Untuk posisi berdiri ini, kita harus tegas dan teguh. Konflik dan perdamaian akan selalu terjadi. Namun, jika kita membela perdamaian, maka berarti kita bergairah untuk kehidupan yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun