Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama Memerdekakan, Bukan Menambah Beban

15 Agustus 2019   19:45 Diperbarui: 15 Agustus 2019   19:49 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuan esensial diturunkannya agama kepada manusia hakekatnya adalah agar manusia punya pondasi dan tuntunan dalam berfikir serta bertindak . Agama tidak mengekang atau memberi beban, tapi malah memerdekakan; menyerahkan implemantasinya kepada umat.

Contoh nyata dalam hal ini adalah rukun Islam. Dalam berpuasanya misalnya anak-anak yang belum akil balik dan wanita haid serta nifas tidak diperkenankan untuk berpuasa. Juga orang-orang yang sedang dalam perjalanan dan dalam kondisi tidak memungkinkan (bepergian jauh; musafir, perang dll). Puasa wajib bagi orang yang menetap atau bermukim. Sehingga orang-orang diluar itu diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Artinya anak dibawah akil balik diperbolehkan untuk tidak berpuasa atau berpuasa separoh waktu.

Begitu juga rukun Islam kelima yang menganjurkan umat yang mampu (secara ekonomi) untuk naik haji sebanyak satu kali seumur hidup. Rukun Islam kelima itu ditujukan untuk yang mampu, sehingga tidak memaksa. Bagi umat yang belum mampu menunaikan ibadah haji maka tidak ada hukuman yang mengikutinya.

Dari dua ilustrasi itu kita bisa menyimpulkan bahwa perintah-perintah Allah dalam agama itu tidak memaksa. Agama sebagai kompas kehidupan tapi tidak memaksa perintah Allah itu kepada semua umat manusia. Semuanya disesuaikan dengan kondisi umat yang berbeda.

Perbedaan itu tidak saja situasional seperti contoh di atas. Tapi juga berbeda karena lahir dan kondisi geografis, geopolitik dan lain sebagainya. Kita punya teman atau saudara yang non muslim, semisal Kristiani atau Budha atau Hindu. Dalam Al Qur'an juga pernah diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak membumi-hanguskan umat yang berbeda keyakinannya , mereka tetap diberi hak untuk hidup dan berkarya sebagaimana takdirnya. Allah memberi kemerdekaan atau memberi pilihan kepada manusia sesuai takdirnya. Allah juga mengajarkan untuk saling menghormati justru karena berbeda itu.

Karena itu  patut kita pertanyakan kembali kepada sekelompok golongan yang memaksakan sesuatu seragam bagi sebagian masyarakat yang berbeda. Mereka marah jika golongan berbeda itu tidak sesuai dengan aturan atau kebiasaan mereka. Ini  cara berfikir radikal, yaitu memaksakan orag lain untuk selalu selaras dengan kelompok kita.

Contoh paling nyata adalah ketika bulan puasa  mereka melakukan sweeping bagi warung-warung yang buka atau tidak menutup warungnya dengan kain agar tidak terlihat dari luar. Golongan itu bertindak seakan semua orang harus memahami bahwa umat Islam berpuasa tanpa paham bahwa ada umat lain atau kelompok lain yang karena status atau kondisinya tidak harus berpuasa. Mereka tetap harus kita hargai sebagaimana Nabi Muhammad juga menghargai / tidak mengusik mereka.

Karena itu mungkin kita perlu berfikir ulang tentang bagaimana Allah mengatur ketentuan-ketentuan yang Dia berikan untuk manusia. Yang jelas ketentuan-ketentuan itu menjadikan kita lebih baik dan teratur tapi tidak menambah beban kita. Perintah-perintahNya merdeka buat kita laksanakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun