Mohon tunggu...
Aqib
Aqib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Awardee BPI 2022

Alumni Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Siap untuk belajar dari siapa saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untuk Raga yang Telah Berkorban

20 Juli 2017   23:17 Diperbarui: 20 Juli 2017   23:37 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Masuk ke TMP ALRI 0032 (Dokpri)

Tidak banyak orang yang tahu mengenai kisah di balik adanya bangunan berbentuk kapal dan sebuah monumen yang berada di pintu masuk sebelah kanan Pantai Boom Banyuwangi. Bangunan berbentuk kapal dan monumen tersebut merupakan bagian dari komplek Taman Makam Pahlawan Pasukan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) 0032. Kecamatan Banyuwangi sendiri mempunyai dua Taman Makam Pahlawan. Salah satunya menyelinap di antara rimbunan pohon bakau ini.

Taman Makam Pahlawan ini dibangun untuk mengenang kisah heroik dari Pasukan ALRI 0032 dalam usaha mempertahankan Banyuwangi dari Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda I terjadi pada 21 Juli 1947. Dalam agresi militer tersebut, pihak Republik Indonesia kehilangan sebagian wilayahnya dan ribuan orang gugur.

Sejak dini hari 21 Juli 1947 bertepatan dengan Bulan Ramadhan, masyarakat Banyuwangi yang sedang melaksanakan makan sahur telah dikejutkan dengan bunyi tembakan meriam. Tembakan meriam tersebut berasal dari kapal-kapal perang Belanda yang ditujukan ke pantai-pantai sekitar Kota Banyuwangi untuk mengamankan pendaratan pasukan. Namun, baru pada pukul 12 siang pasukan Belanda berhasil mendarat di Pantai Ketapang, sebelah utara Kota Banyuwangi. Pasukan Belanda kemudian berusaha menerobos pertahanan Kota Banyuwangi.

Kurangnya komunikasi antar kesatuan menambah suasana menjadi kalut saat itu. Pasukan ALRI 0032 maupun dari Pangkalan X yang bertugas mempertahankan Pelabuhan Banyuwangi telah mendapat perintah dari Markas Besar ALRI di Lawang untuk segera mundur. Namun, perintah menarik diri dari pertempuran ditolak oleh Letnan Soeleman.

Pukul 3 sore, tiba-tiba terdengar berondongan tembakan dari arah Kota Banyuwangi. Suara tembakan itu dianggap berasal dari tentara republik di Asrama Inggrisan yang mengira Pasukan ALRI adalah tentara Belanda yang sudah mendarat di pelabuhan. Pasukan ALRI baru tersadar, setelah Sersan Mayor Puji Harjo gugur tertembak. Sersan Mayor Puji Harjo gugur setelah menaiki tanggul perlindungan mengibarkan bendera merah putih dengan berteriak "Teman sendiri bung! Jangan tembak!". Tentara Belanda dengan mudah membidikkan senjatanya ke arah Sersan Mayor Puji Harjo.

Gugurnya Sersan Mayor Puji Harjo menyebabkan Pasukan ALRI 0032 segera mengambil posisi untuk menghadapi serangan Belanda. Kemudian, terjadilah pertempuran yang sengit di Pelabuhan Banyuwangi, yang berlangsung kurang lebih selama satu jam. Dalam jalannya pertempuran, Letnan Soeleman sempat memerintahkan untuk mundur melewati sungai sebelah selatan pelabuhan. Pelabuhan Banyuwangi merupakan pulau kecil yang dikelilingi oleh sungai dan laut yang membuat tentara republik mengalami kesulitan untuk meloloskan diri. Namun, mempermudah pasukan Belanda untuk membunuh mereka. Mereka yang selamat dari maut sebanyak dua puluh satu orang menjadi tawanan, termasuk pimpinan pasukan, Letnan Soeleman. Kedua puluh satu orang tawanan tersebut ditangkap dan kemudian disiksa.

Setelah disiksa, pada pukul 18.30 semua tawanan yang tertangkap digiring untuk dieksekusi mati. Sebelum hukuman dijatuhkan Letnan Suleman sempat melayangkan protes meminta supaya:

  • Diperlakukan sebagai tawanan perang sesuai dengan hukum Internasional,                                      
  • Diberi kesempatan untuk menaikkan Sang Saka Merah Putih,
  • Menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya,
  • Memekikkan "Merdeka" sebanyak tiga kali.

Monumen dan makam berbentuk kapal di TMP ALRI 0032 Banyuwangi (Dokpri)
Monumen dan makam berbentuk kapal di TMP ALRI 0032 Banyuwangi (Dokpri)
Keempat permintaan ini tidak digubris, tetapi tangan mereka malah diikat ke belakang dengan tampar bekas tali kelambu yang didapat dari asrama Pasukan ALRI. Mereka diikat bergandengan memanjang dengan posisi duduk membentuk tapal kuda. Disusul rentetan tembakan sten-gun kaliber 9 mm yang menyebabkan bergelimpanganlah kedua puluh satu orang itu. Namun, Tuhan Yang Maha Esa menghendaki lain, dari dua puluh satu orang itu ada enam orang yang masih hidup, yaitu:
  • Sersan Soecipto
  • Kopral Soebadi
  • Prajurit Satu Sahal
  • Prajurit Satu Soekima
  • Prajurit Satu Turmudi
  • Prajurit Satu Karjono

Pada tahun 1950 Presiden Sukarno menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Pasukan ALRI 0032 ini dan beliau berkenan pula membubuhkan prasasti dengan tulisan tangan beliau sendiri, yang tertulis: "Hormatku Padamu Pahlawan" serta beliau tanda tangani. Membaca dan menulisnya kembali membuat saya yang lahir di kemerdekaan berfikir. Apa yang sudah saya lakukan untuk Indonesia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun