Mohon tunggu...
Saiful Anwar
Saiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar yang masih terus belajar. Tinggal di Pangkalpinang Bangka Belitung

Pengajar yang masih terus belajar. Tinggal di Pangkalpinang Bangka Belitung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Masa Lalu untuk Masa Depan

16 Januari 2020   15:05 Diperbarui: 16 Januari 2020   15:14 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Swafoto di bekas pondok nginap tukang bangunan depan perpust. UBB

Hari ini saya membaca buku terbitan Arsip Nasional Republik Indonesia, judulnya Arsip dan Sejarah. Hari ini pula, saya berharap bisa mulai kembali agak rajin mengisi halaman akun saya. Bagi saya, 'agak rajin' saja sudah cukup.

Saya pinjam sebentar dari perpustakaan Universitas Bangka Belitung (UBB) yang belum kelar beres-beres karena pindahan. Karena tak boleh ngopi sambil merokok di dalam, saya baca di pondok berdinding triplek bekas yang tempo hari sebagai tempat nginapnya para tukang bangunan yang membangun gedung perpustakaan. Posisinya tepat di depan gedung perpustakaan yang kebetulan belum dibongkar.

Yang saya baca itu buku lama, terbitan Maret 1980. Buku antologi, berisi kumpulan makalah ceramah dalam rangka Pekan Arsip Internasional 1979. Sudah lama sekali, saya pun belum lahir tahun segitu.

Saya berani menduga buku setebal 79 halaman itu, buku yang saya pinjam dari perpustakaan UBB, belum pernah dibaca. Pada beberapa halaman awal buku terdapat dua lembar halaman yang menyatu tak terpotong dengan sempurna dari percetakan. Sehingga, mohon maaf, memaksa saya untuk merobeknya secara radikal agar dapat dibuka. Kasus lembaran yang tak terpotong sempurna itu juga terdapat di beberapa halaman bagian tengah.

Pada halaman awal saya baca makalah ceramahnya Roeslan Abdulgani. Apakah beliau ini yang pernah jadi menteri Luar Negeri tahun 1956-57 atau sosok yang lain, saya tak tahu persis. Sebab bisa saja dua orang yang berbeda dengan nama yang sama. Lagian di buku itu juga tak ada bagian tersendiri yang menerangkan biodata para penulisnya. 

Tapi saya kuat menduga, itu pasti beliau yang akrab dipanggil Cak Roes. Jangan tanya darimana dugaan itu muncul. Saya yakin, gitu saja. Judul makalahnya keren sekali, Kesadaran Sejarah dan Hari Depan Indonesia. Setidaknya keren menurut saya sendiri.

Membaca makalah itu, saya kemudian mendapati semacam simpulan singkat bahwa membangun kesadaran sejarah bukan pekerjaan kaleng-kaleng. Jelas tak semudah membangun gedung perpustakaan.

Meski tak dituliskan atau disebutkan secara eksplisit, namun dalam kesadaran sejarah itu sendiri juga memuat kesadaran untuk membangun hari depan. 

Tulis Cak Roes dalam makalah itu, membangun kesadaran sejarah berarti mengaitkan dua hal yang keduanya berbeda secara dimensi waktu. Kesadaran sejarah menyangkut masa lampau. Suatu dimensi waktu masa lalu yang konkrit pernah terjadi tetapi masih dapat kita hidupkan kembali dalam ingatan. Sementara masa depan menyangkut dimensi masa yang akan datang. 

Dimensi waktu yang belum terjadi, namun dapat kita imajinasikan dalam angan-angan. Kalau bahasa kerennya, mengaitkan ilmu 'history' dengan ilmu 'futurology'. Lha, mengaitkan kedua hal ini 'kan jelas bukan pekerjaan mudah tapi penting. Berat! Maka biarkan para pakar saja yang mengerjakan. Kita yang 'sadar' itu pekerjaan berat, maka jauhilah mbacot!

Simpulan singkat itu kemudian mendorong saya menemukan sedikit gambaran. Ya, sedikit saja perihal pertanyaan-pertanyaan untuk apa belajar sejarah, apa pentingnya belajar sejarah dan sejumlah pertanyaan lain seputar sejarah yang masih saja menjadi semacam pertanyaan template ketika seseorang disuguhi pelajaran sejarah. Pertanyaan yang juga masih ngekos di kepala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun