Mohon tunggu...
anne rufaidah
anne rufaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas, Penyuka Jajan dan Jalan-Jalan

Menyukai hal bernuansa Humaniora, Budaya, Seni, dan Bersenang-senang dengan berbagai cara :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Suka Primata? Yuks, Pelajari Kehidupannya di Pusat Rehabilitasi Primata Ciwidey

14 Agustus 2018   13:41 Diperbarui: 14 Agustus 2018   14:37 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Owa Jawa rehabilitan yang dilepasliarkan di hutan lindung petak 92 KNPH Kanaan / Foto : Anne Rufaidah

KAB. BANDUNG - Lima dan Salsa, keduanya adalah seekor Owa Jawa yang dilepas liarkan di hutan lindung petak 92 KNPH Kanaan, Kebun Teh Negara, Ciwidey, Kab. Bandung pada bulan April lalu. Sebelumnya, mereka selama 2 tahun lebih tinggal di pusat rehabilitasi untuk dikembalikan lagi perilaku liarnya. 

Selama itu pulalah mereka dilatih untuk menjadi primata yang memiliki insting alami. Pasalnya, kedua Owa tersebut merupakan hasil penegakan hukum BKSDA DKI jakarta dari seorang pemilik pribadi, sehingga tidak heran jika perilakunya tidak liar dan cenderung seperti hewan peliharaan. 

Cerita soal Lima dan Salsa, hanyalah segelintir cerita primata yang direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Primata milik The Aspinal Foundation - Indonesia, yang berlokasi Ciwidey Kab. Bandung. Ada puluhan primata dari berbagai latar belakang yang hidup di tempat rehabilitasi ini. 

Menurut Kepala Perawat Satwa The Aspinal Foundation - Indonesia, Sigit Ibrahim, ada 3 sumber pemasukan satwa yang akhirnya diterima di tempat rehabilitasi inii. Diantaranya, berasal dari masyarakat yang secara sukarela mengantar dan menyerahkan satwa tersebut, ada pula yang merupakah satwa hasil penegakan hukum dari BKSDA, namun banyak juga yang berasal dari hasil repatriasi atau hasil pemulangan kembali satwa dari kebun binatang dari luar negeri. 

"Setiap tahun kami menerima hasil repatriasi satwa dari kebun binatang di Inggris, Pet Zoo di Autralia, hingga kebun binatang di Perancis. Untuk satwa yang berasal dari masyarakat, biasanya mereka yang mengatas namakan pecinta satwa seringkali salah paham soal cara mengekspresikan kecintaannya tersebut. 

Mereka cenderung memesan dan bahkan membeli satwa via online, padahal itu adalah satwa yang dilindungi. Ini juga jadi PR bagi kita semua bahwa satwa-satwa tersebut tidak boleh diperjualbelikan," terangnya. 

Di sepanjang tahun 2011 hingga 2018, tidak kurang dari 115 individu primata telah dilepas liarkan. Mereka diantaranya adalah Lutung, Owa Jawa, dan Surili. Jumlah tersebut merupakan jumlah lepas liar dari 2 kantor yang dimiliki The Aspinal Foundation di Indonesia, yakni di Jawa Barat dan Jawa Timur. Sedikitnya, sudah 43 primata khas Jawa yang sudah dilepasliarkan di Gunung Tilu Jawa Barat. 

Sigit menuturkan, untuk melepas liarkan primata ke alam bebas, harus melalui proses panjang dan tidak mudah. Sebelumnya, ia dan tim melakukan berbagai kajian wilayah, mulai dari berapa banyak pohon yang jadi potensi pakan alami primata, luasan area yang harus memadai untuk aktifitas primata rehabilitan (primata yang sebelumnya tingga; di pusat rehabilitasi) dengan primata liar, hingga keberadaan primata dan satwa lainnya yang diharapkan bisa hidup berdampingan dengan primata rehabilitan. Belum lagi dari sisi primata yang akan dilepaskan. 

Mereka harus melalui masa karantina, masa sosialisasi untuk dilatih perilaku liar, hingga pada tahap proses habituasi dan adaptasi dengan habitatnya.Setelah dipastikan semua tahapan itu dilewati hingga muncul kembali perilaku liarnya, hal yang tak kalah penting dipastikan yaitu primata tersebut harus sudah benar-benar sehat dan tidak memiliki penyakit menular. 

"Jika dipastikan dia sudah sehat, tidak ada penyakit menular, pola makannya juga sudah banyak berubah karena yang tadinya dipelihara orang kini berubah jadi mencari makan sendiri, hingga mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan primata lainnya, barulah kita berani melepas liarkan primata rehabilitan," jelas Sigit. 

Foto : Anne Rufaidah
Foto : Anne Rufaidah
Kenapa Primata Tetap Harus Ada?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun