Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Memanusiakan Manusia

10 Agustus 2017   06:58 Diperbarui: 10 Agustus 2017   07:15 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memanusiakan Manusia - www.dutadamai.id

Di Bekasi, kemarin sempat terjadi aksi main hakim sendiri. Muhammad Zahra dibakar karena dituduh telah melakukan pencurian alat elektronik di masjid. Seandainya terbukti mencari, aksi main hakim sendiri dengan cara membakar Zahra hidup-hidup, tentu tidak dibenarkan. Indonesia merupakan negara hukum, dimana hukum dijadikan alat untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat. 

Tidak ada pembenaran sedikit pun, yang membenarkan aksi main hakim sendiri, apalagi dengan cara membakar manusia hidup-hidup. Jika hukum dianggap tidak bekerja, Tuhan memberikan akal dan pikiran pada diri manusia. Karena akal inilah menjadikan manusia punya perasaan. Lalu dimana perasaan itu dalam kasus aksi main hakim sendiri? Apakah kemanusiaan itu benar-benar sudah tidak ada?

Beberapa waktu lalu, aksi persekusi juga sempat mewarnai masyarakat kita. Hanya karena tersinggung postingan serang remaja di media sosial, sekelompok ormas keagamaan mendatangi rumah remaja tersebut, kemudian mengintimidasi, mengancam, meminta maaf di depan publik dan lain sebagainya. Tindakan semacam ini, juga sama halnya dengan aksi main hakim sendiri. Mungkin semangatnya untuk mengingatkan, atau membantu polisi atau faktor yang lain, tindakan yang membuat masyarakat terintimidasi dan terteror, itu tidak dibenarkan dan melanggar hukum.

Sebagai negara beragama, Indonesia mengakui banyak agama. Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Semua agama di Indonesia tidak ada satupun yang mengajarkan kekerasan. Indonesia juga terdiri banyak suku. Dan semua suku di Indonesia, juga tidak ada satupun yang mengajarkan aksi main hakim sendiri. Tidak ada kearifan lokal yang menganjurkan aksi main hakim sendiri. Jika ada ormas atau sekelompok masyarakat melakukan sweeping, atau hal-hal lain yang tidak sesuai aturan hukum, tentu itu juga tidak dibenarkan.

Ingat, menegakkan hukum tidak boleh melanggar hukum. Kita tidak hanya tinggal di negara hukum, tapi juga tinggal di negara yang berbudaya. Sudah semesitnya, perilaku kita berdasarkan pada hukum dan budaya yang berlaku. Adakah budaya main hakim sendiri dengan membakar manusia? Mari kita introspeksi diri. Manusia tempatnya salah. Tapi bukan berarti orang salah tidak bisa benar. Di mata Tuhan, semua manusia itu mendapatkan posisi yang sama. Tuhan tidak pernah melihat statusnya dia sebagai orang miskin atau kaya, mantan pencuri atau mantan pejabat.

Dalam QS Al Isra ayat 70 disebutkan, "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan". Ayat diatas menegaskan bahwa manusia memiliki kelebihan yang banyak dibandingkan makhluk lainnya.

Jika kesempurnaan ini dimanfaatkan untuk hal yang tidak manusiawi, tentu sangat disayangkan. Gunakan akal dan pikiran kita, untuk memanusiakan manusia. Gunakan logika kita, untuk membedakan mana baik dan mana buruk. Gunakan rasa kita untuk introspeksi diri. Agar kita bisa menjadi manusia yang humanis, bukan manusia barbar yang mudah marah dan membenci.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun