Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhir dari Cinta

6 Mei 2019   13:31 Diperbarui: 6 Mei 2019   20:20 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : Pixabay


Langit mendung tertutup awan hitam. Aku meringkik di balik selimut tebalku. Mencoba menghangatkan tubuh yang mulai menggigil akibat hawa dingin. Tak henti aku memejam-mejamkan mataku yang rasanya susah sekali terpejam. Kenangan dan luka lalu mendadak berkelebat di otakku.

Sepuluh tahun yang lalu, aku adalah seorang gadis polos yang tak mengerti tentang hubungan cinta dengan lawan jenis. Aku cuek, dingin dengan makhluk bernama laki-laki. Aku hanya fokus dan terus fokus pada pendidikanku. Hidupku tak banyak warna. Di saat teman-temanku menikmati masa mudanya dengan menjalin hubungan asmara bersama kaum laki-laki, aku malah sibuk berkutat dengan buku-buku pelajaran yang memang sudah menjadi teman setiaku sejak lama.

"Lisa, selamat, Nduk."

Aku memeluk Ibu dan ayahku. Mereka cinta sejatiku. Berkat didikan merekalah aku berhasil meraih yang terbaik. Aku berhasil meraih predikat cumlaude dan IPK tertinggi se-UNISBA. Lihatlah! Bahkan mentari seakan turut merayakan hari kemenanganku. Ia bertengger gagah menampakkan sinarnya yang cerah.

"Apa enggak sebaiknya kamu tetap di Bandung saja, Nduk. Di Bekasi kan kamu tidak ada siapa-siapa?" ucap Ibu.

Beliau selalu saja khawatir denganku. Lupakah Ibu bahwa sekarang aku sudah dewasa? Aku seorang lulusan sarjana, bukan lagi anak SMA.

"Bu, kesempatan tidak datang dua kali. Lagi pula, untuk menambah-nambah pengalaman Lisa. Lisa kan juga pengen bisa berkeliling kota. Masa Lisa tahunya Brebes sama Bandung doang," ucapku merayu, memonyongkan sedikit bibirku.

"Ya, sudahlah Nduk. Kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu, Ibu terima saja. Ibu hanya bisa mendoakanmu dari jauh." Ibu mencium dan membelai rambutku yang memang sedari tadi berbaring di pangkuannya. Ibu, beliau adalah surgaku.

***

Cinta? Aku tak paham apa itu cinta, lantas kenapa di saat aku baru saja mengenal apa itu cinta seakan membuatku tersiksa? Apa memang beginilah yang disebut cinta?

"Ibu tidak suka dengan orang Medan. Carilah yang dekat-dekat saja," ujar suara di seberang sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun