Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menerbitkan Buku Demi "Marketable" atau "Spiritable"

26 Desember 2019   05:14 Diperbarui: 26 Desember 2019   06:19 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menemukan lokasi pertemuan, acara sharing kepenulisan akhir tahun Komalku Raya yang terletak di BOBA Library sebagai tempat diskusi literasi akhir tahun KomalkuRaya ternyata agak sulit juga. Padahal saya sudah menggunakan google map. Lokasi utama ternyata terletak beberapa  meter dari arah yang diminta suara merdu sang bidadari  google. Syukurlah,  akhirnya  sampai juga.

Agenda acara sebetulnya masih jam 15.00 sore,  tetapi saya usahakan datang lebih awal.  Disamping khawatir tidak bisa menemukan lokasi dengan mudah juga karena ada Ning Evi Ghozaly yang bersedia datang.

Icon KomalkuRaya,  yang untuk datang ke acara harus mengatur jadwal terlebih  dahulu.  Saya tidak ingin kedahuluan beliau.  Tuan rumah yang baik harus menyambut bukan?  Dan saya merasa sebagai tuan rumahnya.  

img-20191205-wa0334-5e03d83fd541df1e4d514b73.jpg
img-20191205-wa0334-5e03d83fd541df1e4d514b73.jpg
Persis seperti yang saya duga. Beberapa menit kemudian Ning Evi  datang.  Wajah sumringah dengan buah tangan kudapan. Berdua saja kami mulanya ditemani Rezza sang pemilik Boba Library. Dengan cerita  mula memiliki buku pribadi ribuan itu yang dia datangkan dari Australia.  Tidak sengaja, mengingat tujuan utama memang bukan membuat perpustakaan untuk  publik.  

Rezza bercerita bahwa dia dulu kuliah s2 di Australia.  Hobi membaca membuatnya suka membeli buku.  Begitu  akan pulang ke Indonesia,  bukunya terkumpul dengan kargo 1 ton.  Di luar perkiraan, maka dia bawa pulanh semua bukunya itu hingga tercetuslah membuat perpustakaan pribadi yang bisa diakses publik.  Mengingat jumlah bukunya yang lumayan banyak.  

Rezza dan perpustakaan Boba,  Boleh Baca Library
Rezza dan perpustakaan Boba,  Boleh Baca Library
Ruang diskusi di Boba semakin sore semakin ramai. Doktor Asriana, penulis dan dosen datang berikutnya lalu Deddy Husein, kompasianer sekaligus sekretaris KomalkuRaya,  Komunitas Menulis Buku Malang Raya dan Sekitarnya. Disusul bu Enny Wahyuni  guru Bahasa Indonesia MAN Jalan Bandung Kota Malang.
Rencana kerja KomalkuRaya setahun ke depan kami bicarakan. Menerbitkan  buku,  mengadakan Workshop kepenulisan,  sharing kepenulisan,  kunjungan literasi,  itu beberapa program yang kami canangkan.  Waktu,  tempatnya,  teknis pelaksanaannya menjadi hal menarik untuk didiskusikan.  

Ning Evi,  penulis buku Mendidik dengan Cinta mengutarakan keinginannya. " Saya ingin buku yang kita terbitkan itu dibaca,  dibeli oleh banyak orang. Jangan hanya asal menerbitkan lalu mengalami kesulitan dalam penjualan tetapi betul-betul harus dipikirkan supaya punya nilai jual. "

Ning Evi Ghozaly menggendong anaknya Rezza
Ning Evi Ghozaly menggendong anaknya Rezza
Marketable,  itu tangkapan saya dari kemauan Ning Evi.  Sesuatu yang nomor kesekian ketika saya akan menerbitkan  buku kawan kawan Komalku. Bukan tidak mau uang atau enggan dibaca orang banyak. Siapa sih yang menolak hal itu, tetapi menulis buku bagi saya pribadi adalah proses pendokumentasian semangat.  

Sayang saja bila ide yang pernah ditulis kemudian terlupakan begitu saja. Maka buku adalah jejaknya. Agar tak hilang atau terlupa.  Saya pribadi sepakat dengan pemikiran Ning Evi, tetapi itu tidak serta merta bisa kami laksanakan. Untuk kelas dia yang punya nama besar dan penggemar tentu bukan masalah. 

 Menjual buku sejumlah 2000 biji sebulan tidak sulit baginya. Road Show manggungnya sebagai konsultan dan motivator menjadi salah satu jalan yang memungkinkan itu semua terjadi.

Penerbit tahu betul jadwal Ning Evi,  dan buku menjadi pendamping di setiap kegiatan yang dia lakukan.  Peluang ini tentu saja  mempengaruhi oplag penjualan. Disamping tentu  karena buku Ning Evi memang menarik untuk dibaca.  Bernas,  berkualitas sehingga  pantas jika laris manis bak pisang goreng.

Maka kalau kemudian dia juga bisa menerima ide saya menerbitkan buku yang tidak market oriented,  spiritable saya apresiasi.  Dua hal berbeda untuk tujuan menulis buku ini menyatukan gerak kami. Giat literasi, berkarya apapun tujuannya, bagaimanapun prosesnya. Karya literasi adalah sesuatu yang berharga. Dibukukan dengan jumlah cetak sedikit atau banyak bagi saya sama berharganya.

Karya itu terkumpul,  tidak hilang.  Tentang distribusi atau jumlah orang yang berkenan membaca saya yakin akan ada peluang ke sana untuk siapapun. Suatu saat nanti, penulis yang telah membukukan karyanya insyaallah akan terus bersemangat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun