Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perkawinan Basa-basi

29 Desember 2017   11:29 Diperbarui: 29 Desember 2017   16:33 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SERIAL SUZANNA FAMILY

Setiap kali aku menunggui Elang di TK, aku selalu melihat perempuan itu murung sendiri. Tidak bergaul dengan ibu yang lain, meskipun hanya sekedar untuk bersapa. Aku heran mengapa dia selalu murung. Kalau di lihat sekilas harusnya dia seorang perempuan yang bahagia.

Tubuhnya tinggi langsing. Kulitnya putih bersih dan terlihat sehat tanpa rekayasa. Tidak perlu berhias atau berdandan karena pipinya sudah merah, dan bibirnya mungil indah. Konon dia seorang bekas pramugari. Semua orang tahu, seorang pramugari harus memiliki tubuh yang sempurna. Wajah yang sempurna dan kehidupan yang sempurna.

Selain itu, dia memiliki dua orang anak yang sehat. Yang pertama, anak perempuan cantik dengan mata cemerlang indah. Denty, Anak perempuan yang suka bergerak kesana kemari. Langkah-langkahnya ringan dan menyenangkan. Sedangkan anak keduanya laki-laki, Busra, bertubuh subur dengan wajah murung. Entah karena apa, dia seperti anak yang agresif, kurang kasih sayang.

Anak kedua ini yang sekelas dengan Elang, puteraku. Semua ibu yang mengantarkan TK membentengi anaknya dari Busra. Busra suka menyerang anak lain. Tenaganya sangat kuat. Kalau mendorong anak lain, anak bisa terjerembab jatuh. Kalau sedang main pasir bersama, Busra seringkali melempar pasir ke muka anak lain. Dan Elang pernah menjadi korban. Matanya merah karena debu-debu pasir masuk ke matanya.

Kalau ibu yang lain pasti sudah melabrak pembantunya, anak-anak itu biasa diasuh pembantu. Tetapi aku tidak, aku datangi anak itu sambil kugandeng Elang.

"Busra, jangan melempar pasir ke mata temanmu lagi, lihat matanya Elang, merah, perih, kasihan  kan?" kataku.

Dia ketakutan dan menangis. Dan sejak saat itu, dia tak pernah mengganggu Elang lagi. Setiap ibu di sekolahan matanya selalu mengawasi anaknya, takut di serang Busra. Dan memang banyak korban karena agresifitas Busra ini. Semua ibu mencoba melindungi anaknya dari Busra. Aku sendiri juga heran, kenapa Busra bisa bersikap seperti itu.

Dara menghempaskan rambutnya yang dicat kemerahan. Setiap kali memeluk anak-anaknya, yang terlihat adalah bahwa perempuan ini seorang ibu yang sempurna. Cantik, lembut, menyenangkan dan sangat penyayang. Tetapi benarkah semua itu.

Pada kesempatan yang lain aku bertemu Jarot. Di sebuah pesta para selebriti dan politisi untuk kemenangan walikota yang baru. Harusnya aku bersama dokter Tata, tetapi dokter muda itu seperti alergi dengan dunia politik. Setelah mengunduran dirinya sebagai wakil walikota terpilih, Tata mengurung dirinya di rumah, dan tidak mau datang pada acara pesta syukuran walikota.

Jarot laki-laki perlente dengan segudang masa depan politik. Kacamata minusnya menambah kesan baginya sebagai seorang yang cerdas. Aku kaget ketika, laki-laki itu menyanding Dara, perempuan pemurung yang sering kutemui di sekolah Elang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun