Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berani Jujur, Hebat!

10 Mei 2013   12:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:48 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kata orang, kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana saja. Saya meyakini itu, dan saya yakin masih banyak yang meyakini itu. Tapi realitas yang ada di masyarakat seperti tidak mengamini pernyataan itu. Ketidakjujuran seolah sesuatu yang biasa saja yang terjadi di masyarakat. Mulai dari menyonteknya siswa ketika ulangan sekolah, kebocoran soal Ujian Nasional dan banyaknya kunci jawaban yang tersebar di siswa, kasus korupsi yang terjadi di lembaga pemerintahan sudah mengindikasikan bahwa jujur itu semakin langka dan tidak laku dalam kegiatan keseharian.

Sebagai seorang guru, saya selalu mengharapkan agar para peserta didik yang saya ajar akan selalu menjadi orang-orang yang jujur dalam keseharian mereka. Tentu saja harapan saya dan para guru di seluruh Indonesia bahwa generasi yang sekarang adalah menjadi pribadi hebat dan salah satu karakter yang ada dalam diri mereka adalah kejujuran. Mereka bisa mandiri, kreatif, cerdas, tetapi kalau mereka tidak jujur terutama pada diri sendiri maka itu adalah hal terburuk bagi tumbuh kembang mereka. Bohong pada Tuhan dan orang lain adalah perkara yang mungkin sering dilakukan. Tetapi ketika seseorang sudah berani membohongi dirinya sendiri maka kemanusiaannya sudah sama sekali tidak ada harganya.

Sekolah adalah sarana untuk pembentukan karakter dan tentu hanya menjadi salah satu sarana saja. Kementerian punya program pendidikan karakter yang secara massif disosialisasikan ke sekolah sekolah. Kurang lebih ada 18 karakter yang disosialisasikan oleh pemerintah antara lain yaitu religius, jujur, toleran, kerja keras, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Tentu 18 karakter yang disampaikan tersebut akan sangat hebat jika pengimplementasiannya juga hebat. Sayangnya karakter ideal tersebut masih berat sekali untuk dilaksanakan dengan baik. Dalam konteks pendidikan di sekolah misalnya, nilai pelajaran masih jadi acuan utama, sehingga tindakan curang terkadang masih menjadi sesuatu yang dianggap halal. Sehingga bagaimanapun cara yang dilakukan untuk mendapatkan nilai yang bagus itu akan dilakukan dan mengabaikan nilai kejujuran. Jujur memang mudah diucapkan tetapi sulit dilaksanakan.

Saya juga mungkin dalam keseharian belum mampu menjadi bagian dari warga negara Indonesia yang baik, atau bagian dari umat yang baik. Juga tak abai dari perilaku yang mungkin tidak sesuai dengan aturan negara dan aturan Tuhan. Implementasi dari sikap Rasullah yang saya agungkan bahwa dari aspek sifatnya sidiq, amanah, tablig dan fathonah, tentu masih jauh dari keseharian saya pribadi. Tapi saya sangat berharap para peserta didik yang saya ajar dapat menjadi pribadi yang lebih hebat di masa depan. Tidak mengejar nilai menjadi satu-satunya hal yang ingin dicapai. Pribadi yang jujur dengan dirinya sendiri. Kemudian saya teringat kata-kata salah satu Dosen yaitu Prof. Klopper pada Bung Karno ketika ia lulus kuliah, “ Ir. Soekarno, ijazah ini dapat robek dan hancur menjadi abu pada suatu saat. Ia tidak kekal. Ingatlah satu-satunya kekuatan yang bisa hidup terus dan kekal adalah karakter seseorang. Ia akan hidup dalam hati rakyat, sekalipun sesuah mati.” Dan terbukti, bahwa yang akan hidup dalam hati rakyat adalah karakter Bung Karno, seseorang yang memiliki karakter berani, memiliki leadership dan sangat mencintai bangsanya. Orang jarang yang ingat bahwa Bung Karno adalah seorang Insinyur Teknil Sipil (aspek akademik). Karakterlah yang membuat seseorang diingat oleh orang lain, bukan lembaran ijazah yang suatu saat akan hilang dan tak berarti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun