Istilahnya Pak Beye, "bukan gossip, bukan rumor, tapi fakta...!" Ya, bagi Anda yang berkunjung ke Makassar, apalagi bagi yang suka wisata kuliner anda akan menemukan fakta ini.... Tapiiii eiittt..., tunggu dulu, ini tak ada kaitannya dengan fakta yang dimaksud Pak Beye mengenai temuan intelijen berkaitan dengan adanya upaya menjadikan dirinya sebagai sasaran teroris, lho...! Fakta yang saya maksud adalah bahwa di Makassar, ada "Pallubasa Serigala..!" Apaan tuhhhh...???!!! Pallubasa adalah masakan sejenis sup daging..., tentu saja bukan daging serigala, melainkan daging sapiiii....! Mirip-mirip coto Makassar, namun yang ini dagingnya agak lain lho, lebih empukkk.... Masakan pallubasa menggunakan daging pelipis sapi selain as, jero-jeroan dan segala macam lemak-lemakan berkolesterol tinggi tentu saja. Perbedaannya dengan coto, karena pallubasa dilengkapi dengan bumbu khusus khas kelapa sangrai serta kuah yang kental. Nah..., mengenai ''pallubasa serigala'', karena warung penjual pallubasa paling kesohor di kampung Pak JK ini terletak di tepi Jalan Serigala. Warung tenda biasa, mirip dengan warung tenda Sari Laut yang ada di mana-mana. Minggu pagi saya megunjungi warung tersebut. Tujuannya tentu saja untuk makan. Wisata kulinerlah ceritanya, he he he. Saya datang pukul 9 pagi dengan harapan tidak antre. Saya pikir, biasanya kan warung ini buka pukul 9.30, jadi mungkin sayalah pengunjung pertamanya. Eh eh ehhh...., ternyata harapan itu meleset total. Di sana sudah ada puluhan pengunjung yang antre, menunggu adanya bangku yang kosong. Padahal...., gerobak jualannya aja belum nongol. Karena sudah telanjur datang, yaaa..., tunggu aja. Sekitar setengah jam kemudian, barulah penjualnya siap melayani. Tapi saya belum dapat giliran..., masih ada di belakang pengunjung yang dengan lahapnya menyantap palbas serigala. Setengah jam selanjutnya, barulah ada tempat duduk yang lowong. Saya langsung nyosor, ikut berdesak-desakan. Waduh.., Panasnya bukan main, apalagi bangku yang saya duduki pas berdekatan dengan tungku..., hu hu huuuu.... Tak lama berselang..., nyam nyam nyam..., saya larut menikmati pallubasa. Weleh weleeeh, ternyata memang enuak euyyyyy..., maknyosssss...!!!! Saya keringatan, dan..., ''Daeng, tambaaah.....!'' Saya sampai lupa tadi antrenya cukup lama, he he he... Makan di warung ini, bukan hanya nunggu makannya yang antre, ternyata teman-teman Kompasianer....! Saya juga masih harus antre sekitar setengah jam untuk bayar. Ini karena pengunjungnya sangat padat. Jadi yah..., berjuang lagi... Capek dehhhh.... ''35 ribu pak,'' kata kasirnya, setelah menghitung dengan kalkulator harga pesanan saya, 2 mangkuk pallubasa plus alas telur, 2 piring nasi putih dan sebotol teh dingin. Harganya relatif murah bukan jika dibanding dengan rasanya.., he he he...