Mohon tunggu...
a_selaludihati
a_selaludihati Mohon Tunggu... Guru - Andy Hermawan

Terlahir dengan nama Andy Hermawan, saat ini berprofesi sebagai edupreneur dan pendongeng.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Eyang Soenarto Pr, Pendiri Sanggarbambu

25 Juli 2019   00:25 Diperbarui: 25 Juli 2019   00:43 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soenarto bin Moe'id Prawirohardjono lahir di Bobotsari-Purbalingga, 20 Nopember 1931 adalah seorang seniman yang setia dengan idealismenya dalam dunia seni seperti yang pernah diucapkannya:

"Seni adalah universal dan untuk kemanusiaan. Karena itu seni bisa dan mampu menggugah semangat dan gairah hidup seluruh manusia, di mana pun dia berada."

Setelah menyelesaikan pendidikannya di ASRI Yogyakarta tahun 1954, ia dan beberapa teman-temannya seperti Mulyadi W, Wardoyo, Soemadji dan Soeharto Pr mendirikan Sanggarbambu pada 1 April 1959. Kelebihan sanggar itu dipuji oleh maestro seni rupa Indonesia Affandi. Menurutnya "Sanggarbambu adalah sanggar yang benar-benar sanggar di Indonesia" beliau ucapkan pada tahun 1967.

Pada pertengahan tahun 50-an perantauannya yang tidak lama di Pulau Dewata menghasilkan beberapa lukisan pastel yang dikoleksi antara lain oleh Istana Negara Republik Indonesia. Karena piawai menggunakan pastel sebagai spesialisasinya, maka Soenarto Pr disebut sebagai salah satu "Raja Pastel Indonesia" (raja pastel yang lain alm. Wardoyo).

Idealisme pula yang membuatnya pernah mengajar melukis bagi para pasien Rumah Sakit Jiwa Grogol pada awal tahun 80-an, sebagai suatu terapi alternatif penyembuhan penderita gangguan jiwa. Salah satu motto hidupnya yang mengutip perkataan Ki Ageng Suryometaram dalam enam SA "Sabutuhe, Saperlune, Sacukupe, Sabenere, Samestine, Sakepenake" (se butuhnya, seperlunya, secukupnya, sebenarnya, semestinya, senyamannya) dan tidak komersil membuatnya seperti "salah tempat tinggal" di Jakarta, sehingga Putu Wijaya pun menjulukinya sebagai "Pertapa di tengah kota".

Selain melukis, Soenarto Pr juga dikenal sebagai seorang pematung yang sebagian besar karyanya bersama Sanggarbambu berupa monumen/patung dada/relief pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, antara lain:

  • Monumen & Relief Jend. Ahmad Yani di Museum Sasmita Loka, Jakarta
  • Monumen & Relief S.Parman di Wisma Sandi Pala, Jakarta
  • Patung dada Ki Hajar Dewantara di Pusat Pendidikan Jl Salemba,Jakarta
  • 15 Patung dada Pahlawan di Gedung Joang 45, Jakarta
  • Monumen Gatot Subroto Naik Kuda di Berkoh, Purwokerto
  • Patung Kasih Ibu di STIE Perbanas Kuningan, Jakarta
  • Patung dada Gatot Subroto di Lapangan Tembak Kopassus Cijantung, Jakarta
  • Patung MH Thamrin di bekas kediaman MH Thamrin di Gg Kenari, Jakarta
  • Monumen Latuharhary di Pulau Haruku, Ambon
  • Relief Rama & Sinta di Wisma Negara Jl. Merdeka Utara, Jakarta
  • Mozaik Kehidupan di Air,Darat&Udara di Bank BNI Jakarta Kota
  • Prasasti Batu di Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Kelor dan Pulau Cipir, Kepulauan Seribu
  • Relief Arjunawiwaha di Bank BNI Jakarta Kota
  • Patung dada Sudirman dan Hasanuddin di Balai Prajurit, Ujung Pandang
  • 7 Patung dari fragmen kisah Panji Asmarabangun & Dewi Sekartaji di Taman Bunga Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta

Karya-karya lukisan yang dikoleksi beberapa kolektor, antara lain:

  1. "Gadis kecil" (1956) - Museum Ubud, Bali
  2. "Pemuda Duduk" (1956) - Robert Armstrong, Amerika
  3. "Bawuk" (1957) - Perwakilan RI di Malaysia
  4. " Persawahan di Desa" (1957) -- Perwakilan RI di India
  5. "Potret diri bertopi" (1957) -- Galeri Nasional Indonesia
  6. "Gadis Bali" (1958) -- Bung Karno, Istana Negara
  7. "Potret Diri" 9 (sembilan) lukisan selama 1957-1967; "Wanita Tidur", "Turun ke Kota" dan beberapa lagi yang lain - Drg. Kusmargono, Yogyakarta
  8. "Kuda-kuda Beriringan Berlarian" (1964) - Ibu Ahmad Tahir
  9. "Potret Diri" (1988) -- Galeri Nasional Indonesia
  10. "Potret Diri", "Dien Menyisir Mia", "Dien '94-'95" - Bentara Budaya Jakarta
  11. "Potret Diri dan Kwitansi Kosong"; "Ibu Guru" - Taman Ismail Marzuki Jakarta
  12. "Potret Diri" dan beberapa lukisan lain - Balai Senirupa DKI Jakarta
  13. "Studi Fatahillah" (beberapa lukisan) (1992 - 1994) - Budi Prayitno, MA
  14. "Seratus Tahun Parade Lintas Serayu I" (1994) - August Parengkuan
  15. "Seratus Tahun Parade Lintas Serayu II" (1995) - Tumbu Astriani
  16. "Seratus Tahun Parade Lintas Serayu III" (1995) - Yogi Sintara
  17. "Potret Diri '97" - Betty Sastra Lino
  18. "Potret Diri dan Globalisasi" (1999) dan 2 lukisan lain - Raimin, MBA
  19. "Studi Sayu Wiwit" (2000) - Djoko Pekik
  20. "Bagaikan Mawar..." (2000) - Waluyo
  21. "Potret Diri 2000", "Senja Merah Jambu-100 Tahun Bung Karno" - Nina Saputra
  22. Beberapa lukisan "Potret Tokoh Nasional" -- Nasirun, Yogyakarta

Penghargaan yang pernah diterima:

  • Lencana Karya Dharma, Veteran RI
  • Respect Award Biennale X Jogja 2009, Kementrian Kebudayaan&Pariwisata
  • Anugrah Budaya Seniman dan Budayawan 2016, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

 

Seperti diceritakan oleh Mirah Maharani, puteri almarhum Soenarto Pr, tulisan ini dibuat untuk mengenang setahun berpulangnya Sang Maestro. Soenarto Pr meninggal dunia pada tanggal 24 Juli 2018 pada usia 87 tahun dan dimakamkan di kompleks Makam Seniman Girisapto, Imogiri, Bantul, DIY. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun