Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Formula-E Harus di Monas? Atau Kenapa Harus Ada?

20 Februari 2020   15:19 Diperbarui: 20 Februari 2020   15:18 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: *Andre Vincent Wenas*

Akhirnya Bu Megawati Soekarnoputri angkat bicara soal rencana gelaran Formula-E di kawasan Monas.

Beliau bertanya, ""Nah, Gubernur DKI ini tahu apa tidak, kenapa sih kalau mau bikin Formula E itu, kenapa sih harus di situ (di Monas)? Kenapa sih nggak di tempat lain? Kan begitu, peraturan itu ya peraturan, kalian juga mesti tahu jangan sampai melanggar peraturan." Ujarnya di kantor PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Februari 2020 kemarin.

Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri juga mempertanyakan alasan Formula E digelar di kawasan cagar budaya. "Monas itu di dalam keputusan peraturan itu adalah cagar budaya, garis bawahi, tapi jangan pula saya dibentur-benturkan (dengan) Pak Anies, bahwa Monas itu adalah sudah pasti peraturannya merupakan cagar budaya, artinya tidak boleh dipergunakan untuk apapun juga, rumah saya itu masuk dalam cagar budaya DKI, saya kalau mau betulin (renovasi), mesti izin, karena ada hal-hal yang tidak ada dalam arsitektur rumah yang lain," kata Megawati. (Sumber)

Bagus, kita menyambut dengan senang. Bahwa rencana gelaran yang tidak bermanfaat bagi rakyat ini mendapat perhatian dan kritik dari pimpinan partai besar pemenang pemilu.

Rencana gelaran balap mobil listrik Formula-E ini sudah direncanakan anggarannya pada tahun lalu dan disetujui DRPD DKI Jakarta periode 2014-2019). Pemda DKI pun sudah membayar panjer (uang muka tanda jadi) kepada pemegang lisensi Formula-E, jumlahnya lebih dari 300 milyar rupiah!

Rencana gelaran Formula-E di Monas ini mulai menuai kontroversi dan polemik publik sejak dikritik tajam oleh Fraksi PSI di DPRD-DKI Jakarta akhir tahun 2019 lalu.

Setelah itu banyak kejanggalan yang muncul ke permukaan. Mulai dari tragedi Mahoni yang hilang lalu ditengarai sudah jadi mebel, sampai yang baru-baru ini soal pengaspalan batu alam di Monas dan isu manipulasi rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).

Sampai-sampai Kadis-Sekda mesti pasang badan, demi menolong atasannya yang kerap blunder bicara atau salah ketik. Mungkin lantaran ia lebih dikenal sebagai seorang ahli tata-kata, bukan ahli-ketik.

Pendeknya, isu Formula-E yang sejatinya non-manfaat-publik ini sudah menghabiskan waktu, tenaga dan anggaran dengan percuma. Publik pun sudah direcoki dengan isu yang remeh yang ujungnya dicurigai cuma soal bancakan ABPD dan perampokan aset negara.

Sebetulnya, anggaran yang satu trilyun lebih untuk gelaran Formula-E ini bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang jauh lebih esensial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun