Mohon tunggu...
Andreas S
Andreas S Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Law enforcement for all.... 2014 is a milestone for law enforcement for Indonesia with new leader to lead.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Santri NU Tolak PKS, PKS Tamat

6 Juni 2013   00:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:28 6670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Miris melihat nasib PKS. Boro-boro mau jadi 3 besar, yang ada kiamat. PKS sudah tamat. PKS sudah kiamat. PKS tinggal nama. Itulah hasil dari perbuatan para elit PKS selama ini. Anda menabur angin, maka Anda akan menuai badai. Pepatah itu mestinya dipegang para elit PKS baik-baik, supaya mereka tidak jumawa, tidak lupa daratan.

PKS bisa saja bermanuver dan melakukan langkah-langkah kontroversial, tapi keputusan sudah diambil. Masa penghakiman telah tiba, dan keputusan sudah diambil. Sayangnya, keputusan bukan milik PKS, dan tidak memihak PKS. PKS adalah pihak yang dihakimi dan dijatuhi hukuman.

Masih ingat beberapa waktu lalu ketika Anis Matta melakukan tahlilan politik dan mempolitisasi tahlilan di makan Sunan Kalijaga, Demak, Jawa Tengah? Jika Anda kurang paham, saya sudah membuat beberapa tulisan berseri yang Anda bisa baca di sini, lanjut lagi ke sini, dan ke sini. Saya harus akui, di tulisan saya yang ketiga, saya kurang tepat memprediksi apa yang akan terjadi. Saya tidak menduga bahwa nasib PKS akan seburuk yang terjadi sekarang. Awalnya saya kira NU dan para santrinya akan berpaling kepada PKS karena perseteruan internal PKB antara pengikut setia Gus Dur dan pengikut Muhaminin Iskandar. Ternyata, perkembangan kasus mantan Presiden PKS, LHI, tampaknya telah membuat PKS menjadi pihak yang tidak dapat diberi kesempatan.

Seusai melakukan ziarah dan politisasi tahlilan a la Anis Matta, Anis Matta dan beberapa orang yang ikut dengannya sowan kepada budayawan Ainun Najib atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cak Nun, ke Yogyakarta. Bahasanya sih silaturahmi. Tujuan yang baik tentunya. Tetapi, bagi yang bisa membaca keadaan "cuaca", tentu paham apa arti silaturahmi tersebut: silahturahmi yang tulus apa silaturahmi yang bulus. Dalam acara "ramah-tamah" tersebut, Cak Nun menyelipkan pesan-pesan yang mengatakan (lebih kurang): urusan hukum biarlah urusan hukum, dan biarkan diselesaikan secara hukum. Tetapi, urusan hati adalah kepada Yang Maha Kuasa. Cak Nun melanjutkan supaya Anis Matta berani bersumpah atas nama yang Maha Kuasa dan kitab suci bahwa para elit PKS tidak melakukan korupsi. Untuk yang terakhir ini, Anis Matta hanya senyum-senyun dan tidak berani melakukannya.

Sebagaimana diberitakan oleh detikcom, terjadi penolakan para santri kepada Anis Matta, Presiden PKS. Kejadian yang tidak diharapkan ini terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Kramat (Bani Thoyyib), Pasuruan, Jawa Sarkiya. Sejumlah santri membentangkan dua buah papan bertuliskan penolakan pada PKS. Penolakan kedatangan orang nomor satu di PKS juga terjadi di Ponpes Sidogiri, yang merupakan pesantren berpengaruh di Pasuruan. Isi tulisan tersebut adalah "Pondok Kramat Anti PKS". Satu papan lagi bertuliskan "Pondok Kramat Tidak Ikut Partai PKS!!!". Ini tentu usaha para santri tersebut untuk menghindarkan diri mereka tercemar oleh PKS, dan bisa juga untuk menghindari fitnah bahwa Ponpes mereka telah berafiliasi dengan partai politik yang banyak diberitakan karena kasus-kasus yang menimpa mereka, berita negatif yang tidak mengenakkan. Terkait penolakan kepada Anis Matta tersebut, salah seorang dari santri mengatakan, "Ini perintah dari keluarga pondok".

Santri membentangkan papan penolakan kepada Anis Matta dan PKS (foto: detikcom)

Masih mengutip apa yang diberitakan oleh detikcom di atas, ternyata penolakan pada PKS dan Anis Matta tidak hanya terjadi di Ponpes Kramat. Di Ponpes Sidogiri juga terjadi penolakan yang sama. Bahkan, di Ponpes ini lebih berat lagi. Seorang satpam mengatakan bahwa satpam tersebut mengaku diperintahkan untuk menghalangi jika Anis Matta dan rombongan datang. “Jika Anis Matta datang, kita disuruh bilang kyai tidak ada,” kata satpam tersebut. Tak ayal, rencana Anis Matta ke Ponpes Sidogiri tersebut pun akhirnya batal dan Anis Matta pun harus menelan ludah dan malu.

Dari kejadian yang tidak mengenakkan tersebut, semestinyalah para elit PKS sadar dan tau diri bahwa mereka sudah ditolak. Bahkan sekedar menerima mereka pun sebuah Ponpes tidak mau, sesuatu yang tidak lazim dalam tradisi Ponpes. Itu berarti bahwa Ponpes tersebut memandang apa yang terjadi dengan PKS sudah tidak bisa dimaafkan lagi, dan telah begitu cemar hingga untuk sekedar bersamalan dengan mereka pun pengasuh Ponpes Sidogiri tersebut tidak mau lagi.

Sadarlah elit PKS, Anda sudah tamat. Partai Anda hanya akan tinggal nama. Minta maaflah kepada masyarakat dan ucapkan selamat tinggal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun