Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Macet, Logistik, dan Kereta Api

28 September 2019   20:56 Diperbarui: 28 September 2019   21:06 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Naik Kereta Api Tut tut tuuuut.....Begitu lagu Ibu Sud yang sangat melegenda. Mengajak kita menikmati naik kereta api dalam kegembiraan.

Saya juga senang menggunakan moda angkutan ini karena praktis dan cepat. Jelas saya tiba di tempat tujuan akan tetap segar karena tidak penat akibat lalu lintas.

Ya lalu lintas yang membuat semua terasa penat akibat rasa jengkel dan capek karena terlalu lama di perjalanan. Macet, itulah yang saya hindari.

Truk-truk berisi barang tambang dan logistik hampir 24 jam memenuhi jalan. Dengan badan besar otomatis membuat percepatan sangat kecil begitu juga kecepatan yang sangat lamban. 

Badan besar yang membuat kendaraan lain sulit mendahului yang mengakibatkan kemacetan dn tersendatnya perjalanan. Pernah lho saya memakai kendaraan sendiri dari Mojokerto ke Jogja dengan waktu tempuh selama 9 jam sebelum adanya jalan tol, karena keberadaan truk-truk ini.

Lalu mengapa banyak logistik lebih memilih jalan raya menggunakan truk untuk mengirim barangnya? jelas...karena Murah.......

Saat ini angkutan logistik didominasi jalan raya dengan 90%, laut 8%, udara 1% dan kereta api 1%.....mirissssss....kita tarik ke belakang lagi saat kereta api ditemukan 1800an. Kereta api digunakan untuk pengiriman logistik.

Saat perang juga kereta api aspek yang sangat vital karena masih hal yang sama...logistik. Kini kereta tercatat membawa lebih dari 40% barang di seluruh dunia dan mendistribusikannya antar kota, negara, dan benua. Besar lho angka 40% itu.....tapi di tempat kita hanya 1% lho.

Karena itu tadi...dianggap mahal. Mengapa mahal? jelas saja, misal angkutan dengan truk sebesar 4 juta, dengan kereta api dapat menjadi 6 juta rupiah dalam rute yang sama. Inilah yang menjadikan pengusaha menghindarinya. lebih mahal 50% jumlah yang sangat besar.

Kok bisa ya? ya karena sumber daya yang ada belum mendukung. Dimulai dari kebijakan yang memfasilitasi komponen kereta api. Komponen masih mahal karena kebijakan ini. 

Kemudian adalah Pajak, jika Penghapusan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap angkutan barang berbasis kereta api dilakukan jelas akan membuat harga kompetitif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun