[caption caption="ilustrasi: rumput kapas. (cdn.c.photoshelter.com)"][/caption]Kalaulah harapan seputih kapas di tangan, lantas tolonglah urai mohon rajutkan. Jadikan benang sepanjang yang dibutuhkan. Sulamlah menjadi kain, seindah bentuk yang diinginkan. Hingga kain layak kupakai kugunakan, menjadi pakaian pelindung tak baik di badan.Â
Tidak kuharap pakaian yang kausulam dari benang sutra. Sebab diri tahu sejauh mana asa yang ada. Telah jauh kuterima, sebab diri sering berkaca. Meski kadang hanya berupa mimpi, seperti Cindai yang tak mungkin berhias…takut cermin retak berbelah seribu, cemas sutra robek tak pantas di badan yang lusuh.Â
Tidak pula kain jalinan benang emas. Tiada berpadanan tiada pantas. Kemilau menggoda, tak sebanding pada rupa pada paras. Dan itu…hanya akan membuatku…getas.
Biarlah pakaian jelmaan kapas, terciprat noda kan kuadukan pada sungai yang tak lagi jernih. Bening hilang berganti keruh. Meninggalkan jejak warna lain pada bentangan kain.
Biarkanlah seperti itu…
Agar aku tahu, sejauh mana kasih yang kupunya.
Dan aku akan tahu…hidupku penuh warna.
Â
---o0o---
TULISAN INI PERTAMA KALI DIPUBLIKASIKAN DI WWW.KOMPASIANA.COM COPASING DIIZINKAN DENGAN MENYERTAKAN URL LENGKAPPOSTINGAN DI ATAS, ATAU DENGAN TIDAK MENGUBAH/MENGEDIT AMARAN INI.
Ando Ajo, Depok 12 April 2016.
Terima Kasih Admin Kompasiana^^