Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Segala Hal Hangat Bersama Keluarga Saat Santap

27 Agustus 2016   16:38 Diperbarui: 27 Agustus 2016   17:07 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, seminggu lalu saya pulang dari Kalimantan ke kampung halaman. Lebaran bulan lalu saya gagal pulang, meskipun saya pikir telah mempraktikan penghematan yang berlebihan. Kekhawatiran orang tua terhadap anaknya yang jauh dari rumah sederhana. "Jaga diri baik-baik saja. Jangan lupa makan."

Supaya kalimatnya terdengar menyedihkan, ibu saya, suatu kali, pada sebuah kesempatan makan malam keluarga, menelpon saya. Beliau bilang, "Kami sedang makan malam bersama; sama ayah dan adik-adikmu, pake ayam dan sambal kesukaanmu. Kamu sudah makan?" Lalu di ujung telepon terdengar suara isak tangisan. Kata ayah, ibu tak jadi makan. Karena beliau merasa bersalah setiap kali makan enak tanpa saya. Sementara ia ragu kondisi saya di tanah rantau orang seperti apa.

Sejak kejadian itu saya selalu berusaha mengabarkan kepada orang tua bahwa hidup saya membahagiakan di tanah rantau. Dan menghindari cerita-cerita sedih setiap kali kami bertukar informasi.

Ketika mengetahui saya akan pulang, ibu saya sangat bahagia. Saya juga. Dan sepanjang perjalanan pulang, menyetel "lagu rantau" milik Silampukau, adalah kesenangan tersendiri yang membuat hasrat kerinduan kampung halaman semakin memuncak. Cepat kembali.

Burung pulang ke sarang
Ketam diam di liang
Dan di lautan ikan-ikan berenang.
Sumpah, aku ingin pulang.  

(lirik lagu Silampukau-Lagu Rantau)

Makan Bersama Keluarga Adalah Kekayaan Tiada Ganti

Saya tiba pukul 8.40 malam dan kehadiran saya telah dinantikan sebagai pelengkap makan malam keluarga. Saya sengaja tak singgah sebentar ke rumah makan saat perjalanan pulang itu, karena tahu betul, ibu saya, suka sekali menyaksikan saya -anaknya- makan dengan lahap karena masakannya. Dan malam itu beliau telah menyiapkan makanan favorit saya.

Si bungsu, ia masih SMP, adalah anak yang tidak sabaran. Kami ber-enam telah duduk melingkar. Dan ayah mulai memimpin doa.

Tata Tertib Makam Malam Keluarga Kami

Ritual makan bersama, sebenarnya telah ayah terapkan sejak kami begitu kecil. Ketika kami benar-benar kecil dan bermain layaknya anak kecil, ayah paling cerewet menugasi ibu agar anak-anaknya berkumpul ketika kami, misalnya, sedang bermain supaya menghentikan aktivitas selagi memasuki jam makan. Tapi biasanya anggota keluarga hanya lengkap ketika jam makan malam saja, karena alasan-alasan tertentu seperti sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun