Mohon tunggu...
Andi Firmansyah
Andi Firmansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang bertugas di Tanjung Balai Karimun Prov. Kepri Aktif menulis di beberapa forum yang berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Obama Dream atau Obama Nightmare?

23 Oktober 2014   03:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:03 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum membaca lebih lanjut tentang artikel ini, coba simak artikel saya sebelumnya. Kebijakan Obama yang bikin ciut nyali orang Amerika. Dibawah kebijakan inilah katanya imigran dibawah umur yang sudah lama tinggal di Amerika gak bakalan di deportasi. Kebijakan ini otomatis memberi angin segar bagi para imigran yang telah lama menetap di Amerika. Makanya sejak kebijakan itu digulirkan, ramai – ramai mereka menghubungi sanak saudaranya di perantauan untuk hijrah ke Amerika.

Bak gayung bersambut, ajakan ini tentu saja membangkitkan gelombang para imigran untuk ramai-ramai menyeberangi perbatasan menuju tanah impian.

Sejak saat itu pula masalah yang sebelumnya hanya dihadapi oleh Negara bagian Arizona dan Texas, sekarang menjadi masalah baru bagi Illinois, California dan juga New York.

Mulai saat itu pula kebijakan yang tadinya berlabel “Dream Act” sekarang mulai berubah menjadi “Nightmare Act” baginya. Salah satu kebijakan populis Obama untuk memenuhi janjinya kepada para pendukungnya dulu yang kebanyakan imigran. Akankah Jokowi mengalami hal yang serupa?

Tak pelak kebijakan ini menghasilkan kecaman dari berbagai pihak. Termasuk dari para aktifis perlindungan anak di Amerika. Mereka mengatakan bahwa apabila Obama sanggup untuk membiayai anak-anak para imigran ini dengan alasan kemanusiaan, maka seharusnya Obama juga harus punya ruang untuk anak – anak asli Amerika yang mengalami kekerasan disana.

Berdasarkan data mereka saja untuk minggu keempat Juli sudah 60 anak mengalami kekerasan di Chicago dengan 9 diantaranya tewas. Ini tentu saja memantik kecemburuan para aktifis tersebut yang menyebutkan kalau Obama sanggup menganggarkan dana sebesar US$ 4 Trilyun untuk anak-anak imigran tersebut maka Obama wajib memenuhi paling tidak setengahnya untuk menyantuni para korban kekerasan yang emak dan bapaknya warga asli Amerika. Bukan cuma para aktifis diatas saja yang cemburu, para tunawisma yang ada di Amerika pun protes dengan kebijakan tersebut dengan mengatakan bahwa Obama seenak perutnya aja mempersilahkan orang luar untuk masuk ke Amerika sementara mereka sendiri yang sudah lama menetap di Amerika hidupnya masih terlunta-lunta.

Sebenarnya inti dari semua permasalahan ini ada pada sistem jaminan social yang ada di Amerika. Kalau dulu sejak pertama sekali Amerika membuka pintunya bagi para imigran gak ada yang namanya jaminan social. Sistem yang berlaku sama di semua Negara bagian. Kalau anda mau sukses, maka anda harus kerja keras atau anda miskin dan mati. Negara tidak bertanggung jawab terhadap hidup anda. Tapi sekarang kan situasinya berbeda. Jaminan social lah yang memicu para imigran untuk berani berspekulasi menghadapi kerasnya Amerika. Paling tidak kalau gagal kan masih bisa makan dari santunan. Mungkin begitu pikir mereka.

Maka tak heran kalau Obama akhirnya banyak menuai protes. Arizona, Illinois, Connecticut, Maryland, New York, Michigan, dan Pennsylvania semuanya pada berteriak. Sekarang keputusan ada ditangan Obama, apakah masih berpihak kepada para pendukungnya yang kebanyakan imigran itu atau mulai bernegosiasi dengan warga kulit hitam dan para tunawisma yang mulai berteriak minta keadilan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun