Mohon tunggu...
Andi Ansyori
Andi Ansyori Mohon Tunggu... advokat -

selalu ingin belajar, bersahabat, menambah pengetahuan " Tidak ada salahnya baik dengan orang " dan lebih senang mendalami masalah hukum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diskusi dengan JIN IFRIT

25 Februari 2012   12:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:28 3322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13301744522144999217

[caption id="attachment_165083" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi dari google"][/caption] Hari kian beranjak malam. Lalu lalang kendaraan mulai berkurang, seiring dengan rintik hujan yang mulai surut dan menyisakan basah jalanan aspal. Para penghuni kota yang biasanya berlalulalang saat  ini lebih suka berdiam diri didalam rumah masing-masing. Beda dengan hari hari biasannya. Walaupun larut malam jalan jalan disekitar tempat tinggal tetap ramai. Tapi malam ini  Jarang sekali diantara mereka yang bepergian di kala malam. Jikapun ada, hanya satu-dua orang. Dia  kembali merapatkan  kain plekat lusuh menyelimuti tubuhnya disudut ranjang yang terbuat dari kayu , menghindarkan diri dari jatuhnya sisa sisa rintik hujan dari atap seng rumahnya yang bocor. Ia  mencoba untuk kembali terlelap. Tapi  gagal. Rumahnya yang layak disebut Gubuk.  sebenarnya  tidak layak huni ,dinding terbuat dari anyaman bambu bekas  dan beratap seng tua. Ukuran rumahnya tiga kali empat terletak dipinggir Rel Kereta Api diujung salah satu Satasiun Kereta api  di  Kota Jakarta. Dia adalah Jono. Seorang pemuda berasal dari  salah satu desa miskin disalah satu kabupaten di sekitar Yogyakarta. Ia mencoba  merantau ke Jakarta  untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya. Isteri dan anaknya semata wayang  sengaja dititipkannya dengan mertuanya didesa . Ia berjanji kalau sudah berhasil mendapat banyak uang , ia akan kembali berkumpul  lagi dengan keluarganya.  Hanya sayang Jono merantau kenegeri orang hanya bermodalkan  nekad. Karena kemiskinanan keluargannya Ia hanya sempat mengenyam pendidikan setingkat  sekolah lanjutan tingkat pertama dan itupun tidak tamat…. Karena kesulitan ekonomilah yang membawanya kejakarta, dengan harapan dikota ini dia akan dapat mempebaiki ekonomi kelaurganya. Tapi kenyataan berbeda ia kini di Kota Besar. Ia terdampar disebuah gubuk kumuh di pinggir Rel Kereta Api diujung salah satu Stasiun Kereta Api  di ibukota. Malam semakin  larut , Ia sudah tertidur lelap  disudut rajang tua itu. Kakinya merapat satu dengan lainnnya meringkuk, Antara tidur dan tidak. Ia bermimpi bertemu dengan seorang Jin Ifrit sebangsa dedemit berbadan besar tingggi.  Ia  ketakutan dan berulangkali membaca mantera pengusir setan yang diajarkan eyangnya . “ Ingsun amatak ajiku si semar mesem , mutmutaku inten , cahyane manjing ono pilinganku kiwo tengen , sing nyawang kegiwang , opo maneh yen sing nyawang kang tumancep kumanthil inh telenging sanubariku………..” Tapi Jin Ifrit itu, bukannya lenyap, bahkan tertawa terkekeh kekeh metertawakannya. Tapi Jono yang semakin  ketakutan dan ia hanya tahu satu satunya mantra dari eyang kakungnya. Ia terus mengulang ulang mantera  itu. “ Berhenti “ bentak Jin Ifrit.  Bacaan yang engkau ulangi itu bukan mantra  untuk mengusir Setan ,jin dan sebangsa dedemit lainnya , tapi mantera “ buluh perindu “ Didalam lakon  pewayangan  dinamakan  juga dengan Mantra Semar Mesem . Mahluk yang kau  tuju  bukannya lari ketakutan tapi sebaliknya jatuh cinta kepada mu. Jono tersenyum kecut l mendengar pejelasan Jin Ifrit. Kini ia baru tau arti mantera yang diajarkan eyang kakungnya .  Berarti program program semacam mantera yang ditujukan kepada rakyat seperti diri dan kawan kawannya  untuk mengusir kemiskinan selama ini bukan mantra pengusir kemiskinan dari rakyat seperti dirinya , tapi justru semacam mantera buluh perindu yang Cuma membuat rakyat jatuh cinta pada penguasa meskipun mereka tetap miskin” Tanya Jono dengan suara gemetar dengan bulu kuduknya brdiri.. “ Kenyataanya begitu “ tukas Jin  dengan mata merahnya memandang tajam kearah Jono. “ Kamu pikir sendiri , Seperti salah satu program Bantuan Langsung Tunai (BLT) ,  konpensasi kenaikan BBM. Setiap rumah tangga miskin akan diberi BLT , Seratus ribu rupiah perbulan dengan komposisi empat orang yang terdiri dari sepasang suami isteri ditambah dua anak. , apa bisa mengentaskan kemiskinan “  Ujar Jin Lagi.  “ “ Menurut logika tidak menutup kemungkinan karena kasyikan ngelamun menunggu datangnya BLT, kamu  jadi malas bekerja.” Tambah Jin sembari jarinya yang berkuku tajam menunjuk kearah Jono “ Ah kamu  Pak Jin ,  sok tau aja kerjaan orang yang lain alam dengan mu “ Timpal Jono, begitulah  , setelah rasa takutnya yang sangat  mencekamnya , kini  sebercak keberanian mulai timbul dalam dirinya mulai berani membantah dalam diskusi dengan Jin Ifrit yang menakutkan itu. Jin sepertinya tidak mendengarkan celotehan Jono. “ Lebih lagi kalau kamu  terkena mantra Buluh perindu seperti  mantera Semar Semem itu , tidak saja suka ngelamun, tapi kamu juga sering lupa makan dan lupa tidur “ Ujar Jin lagi. “ kondsi kejiwaan seperti itu  dalam bahasa perwayangannya disebut “ Gandrung “ … rela berkorban apa saja asal  bisa mendapatkan yang dirindunya. “ Jadi kalau gitu  Pak Jin “ Ujar Jono lagi.  “ dalam bentuk apapun program semacam BLT itu bersifat negative, Karena rakyat miskin bukannya berjuang untuk memperbaiki ekonomi keluargannnya mengetaskan diri dari kemiskinan tapi sebaliknya menggandrungi pada bantuan penguasa. “ Celakanya bantuan yang disalurkan penguasa melalui program kejiwaan melalui BLT itu, tidak dapat benar benar mengetaskan kemiskinan keluargannya. Malah karena kegandrungan jiwanya membuat  keluarganya turun temurun di lembah derita. Dalam kodisi seperti ini, tidak ada kata  lain penguasa terus menerus menciptakan lapangan pekerjaan. Permudah perizinan investasi dan sungguh sungguh berantas krupsi… “ Kita akhiri diskusi ini “ Tukas Jin lagi dan… berangsur angsurtubuh besar tinggi pak  jin berubah menjadi gulungan asap terbang menembus atap rumahnya Tiba tiba Jono , terbangun dari tidurnya …… Jantung nya berdegub…napasnya terengah engah.. dan baju nya kaos oblong yang dikenakannya bahsa oleh keringat…Ia bingung ….apakah tadi ia bermimpi atau memang ia ditemui Jin Ifrit….. hi… hi… ia bergidik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun