Mohon tunggu...
Andhika Heru
Andhika Heru Mohon Tunggu... -

Seorang yang sejak kecil bercita-cita menjadi wartawan, dan sering memenangkan penghargaan dalam Lomba serta Festival menulis puisi, cerpen dan sandiwara di tingkat sekolah, namun kenyataannya kini menjadi seorang akuntan di perusahaan swasta, dan sedang merintis usaha untuk menjadi seorang wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran dari "Penjual Koran yang Cacat" di Pomp Bensin Casablanca

13 Maret 2013   07:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:52 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini saya buat berdasarkan pengamatan saya ketika berkendara menuju kantor pagi ini hari Rabu 13 Maret 2013.

Awalnya, saya mulai mengamati adanya seorang penjual koran yang cacat akibat penyakit kulit (mungkin sejenis kusta/lepra), sehingga wajahnya ....maaf lebih mirip tengkorak, tanpa batang hidung, hanya lubang nya saja yang terlihat pada bagian hidung.

Ia biasa berjualan di pomp bensin Pertamina di jalan Casablanca, Tebet, Jakarta Selatan, kira-kira di seberang mal baru "Kota Kasablanka", hampir setiap pagi. Ia biasanya berjualan di dekat jalan keluar pomp bensin, agar tampak terlihat oleh calon pembeli, baik yang dari dalam pomp bensin ingin keluar, atau pun para pengendara kendaraan bermotor yang melalui jalan Casablanca dari arah Kampung Melayu menuju HR Rasuna Said (Kuningan) atau ke arah Sudirman melalui jl. Prof. Dr. Satrio.

Bahkan terkadang si Bapak penjual koran tersebut, pernah terlihat berjualan dengan hampir separuh wajah nya terbalut perban....mungkin sedang kumat gatal-gatal atau infeksi nya.

Hal pertama yang saya pelajari dari beliau adalah:

1. Walaupun cacat, ia mencari nafkah dengan berjualan, bukan mengemis

Ya, hal pertama yang membuat saya salut, dan akhirnya membuat saya tertarik untuk berlangganan koran dengannya hampir setiap pagi, adalah karena dengan kondisi wajahnya yang "tidak normal" tersebut, beliau berjualan koran. Bukan mengemis.

Beliau pun menggunakan strategi berjualan yang tepat, menjual koran, bukan menjual barang-barang yang sulit laris.

Terbukti, terlepas dari rasa kasihan atau memang perlu, banyak pengendara kendaraan bermotor yang lewat Casablanca setiap pagi, membeli koran dari nya. Seringkali beberapa koran yang saya cari, yang biasa ia jual seperti Kompas ataupun SINDO, sudah habis saat saya hendak membeli darinya, padahal waktu baru menunjukkan jam 8 pagi.

Tanpa bermaksud riya'....terkadang para pembeli, termasuk saya membayar dengan uang lebih, tanpa minta kembalian, karena ingin sekedar membantu kehidupan nya.

Begini lah yang sanggup kita lakukan terlebih dahulu, belum sanggup membantu biaya operasi plastik wajahnya, dan tidak mau juga kami sekedar memberi uang seperti memberi kepada pengemis, yang bahkan sudah mulai diharamkan kini oleh sebagian ulama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun